KABARBURSA.COM - Harga minyak Brent dan emas mengalami lonjakan masing-masing sebesar 4,4 persen dan 1,7 persen secara intraday pada Jumat, 19 April 2024. Kenaikan dipicu dari kekhawatiran atas eskalasi tensi geopolitik di Timur Tengah.
Namun, pada sore harinya, kenaikan harga kedua komoditas tersebut mulai mereda. Harga minyak Brent naik 0,42 persen menjadi USD87,53 per barel, sementara harga emas menguat 0,17 persen menjadi USD2.382 per troy ounce.
Dikutip dari ABC News, lonjakan harga minyak dan emas terjadi seiring munculnya pernyataan anonim dari pejabat AS kepada ABC News yang menyebutkan bahwa Israel telah melancarkan serangan balasan ke Iran dengan misil.
Laporan ini juga didukung oleh kabar dari agensi berita Iran, FARS, yang melaporkan adanya suara ledakan di dekat kota Isfahan, lokasi fasilitas nuklir Iran.
Namun, pejabat anonim dari Iran membantah adanya serangan misil terhadap negaranya, menyatakan bahwa suara ledakan di sekitar Isfahan disebabkan oleh aktivasi sistem pertahanan udara Iran.
Iran juga mengklaim berhasil menembak tiga unit drone di kota tersebut, namun belum dapat mengidentifikasi sumbernya, dengan semua fasilitas di Isfahan dilaporkan aman.
Reaksi pasar terhadap kabar tersebut cukup signifikan, termasuk pasar modal, dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok 79,49 poin (1,11 persen) ke level 7.087,3 pada perdagangan Jumat, 19 April 2024.
Stockbit Sekuritas mengomentari bahwa eskalasi tensi geopolitik ini berpotensi mempengaruhi harga komoditas yang sedang naik sejak awal tahun.
Beberapa emiten di sektor minyak dan jasa pendukungnya, seperti PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC), PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG), PT Elnusa Tbk (ELSA), PT Wintermar Offshore Marine Tbk (WINS), dan PT Logindo Samudramakmur Tbk (LEAD), dapat mendapatkan sentimen positif dari kenaikan harga komoditas.
Di sektor pertambangan emas, seperti PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS), PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA), dan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) atau Antam, juga diyakini akan mendapat manfaat dari situasi tersebut.
Meskipun demikian, Stockbit memperingatkan investor tentang volatilitas harga yang tinggi pada masa-masa ini, sehingga penting untuk tetap memperhatikan risiko dan imbal hasil.
Di sisi lain, Stockbit menilai sentimen negatif di pasar dapat menjadi peluang untuk membeli saham-saham emiten berkualitas dengan valuasi yang lebih rendah, seperti Big 4 Banks, yaitu PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI).
“Sebagai alternatif, investor juga dapat mempertimbangkan untuk membeli obligasi FR dengan imbal hasil (yield) menarik hingga 7 persen (FR0097).
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.