KABARBURSA.COM - Kinerja dua emiten minuman mengandung alkohol terbesar di Indonesia, PT Delta Djakarta Tbk (DLTA) dan PT Multi Bintang Indonesia Tbk (MLBI), sedang tertekan secara signifikan.
Saham kedua perusahaan ini terpantau merosot tajam dalam sepekan terakhir tercermin dari laporan laba bersih yang menunjukkan tren negatif.
Lebih detailnya lagi, kinerja DLTA menunjukkan penurunan yang signifikan dalam beberapa waktu terakhir. Hal ini tercermin dari harga sahamnya yang merosot hingga 3,92 persen dalam satu pekan terakhir, dengan harga penutupan di Rp2.450 per lembar saham.
Sementara itu, kinerja MLBI menunjukkan tanda-tanda pelemahan dalam beberapa waktu terakhir. Harga sahamnya turun sebesar 1,67 persen dalam satu minggu terakhir, ditutup pada Rp5.900 per lembar saham.
Sedangkan dari sisi pendapatan, tahun 2024 menjadi tahun yang cukup berat bagi Delta Djakarta.
Pada kuartal pertama, perusahaan mencatat pendapatan sebesar Rp43 miliar, menurun dibandingkan periode yang sama setahun sebelumnya yang mencapai Rp59 miliar.
Bahkan, pada kuartal kedua lebih parah dengan pendapatan hanya Rp30 miliar, turun dari Rp48 miliar pada tahun 2023. Penurunan ini menandakan adanya perlambatan permintaan produk di pasar.
Jika dilihat secara tahunan, pendapatan tahunan perusahaan yang diannualisasi untuk tahun 2024 diproyeksikan mencapai Rp146 miliar, jauh di bawah pencapaian tahun 2023 yang mencapai Rp199 miliar dan Rp230 miliar pada tahun 2022.
Penurunan ini mencerminkan tantangan yang dihadapi perusahaan dalam menjaga pangsa pasar dan menarik konsumen di tengah persaingan yang ketat dan kondisi ekonomi yang kurang kondusif.
Sementara itu, MLBI mengalami sedikit penurunan di tahun 2024. Pada kuartal pertama, perusahaan mencatat pendapatan sebesar Rp205 miliar, hampir sama dengan Rp204 miliar di tahun 2023. Namun, kuartal kedua mengalami sedikit penurunan dengan pendapatan mencapai Rp239 miliar dibandingkan dengan Rp254 miliar pada periode yang sama tahun lalu.
Jika dilihat secara tahunan, pendapatan tahunan yang diannualisasi pada tahun 2024 diperkirakan mencapai Rp888 miliar, lebih rendah dibandingkan dengan Rp1,06 triliun di tahun 2023. Hal ini menunjukkan adanya penurunan penjualan yang dapat mempengaruhi kinerja jangka panjang perusahaan.
Meski masih mencatat keuntungan, margin keuntungan Delta Djakarta mengalami tekanan. Margin laba kotor (gross profit margin) pada kuartal terakhir tercatat sebesar 65,27 persen, sedangkan margin laba operasional (operating profit margin) dan margin laba bersih (net profit margin) masing-masing berada di angka 19,58 persen dan 20,77 persen.
Angka-angka ini memang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mengelola biaya produksi, tetapi penurunan pendapatan telah mempengaruhi keseluruhan profitabilitas.
Kemudian, MLBI masih mampu mempertahankan tingkat profitabilitas yang tinggi. Return on Equity (tingkat pengembalian ekuitas) tercatat mencapai 105,21 persen, menunjukkan bahwa perusahaan masih mampu memberikan pengembalian yang tinggi kepada pemegang saham. Margin laba bersih (net profit margin) untuk kuartal terakhir tercatat sebesar 32,88 persen, yang masih menunjukkan efisiensi perusahaan dalam mengelola biaya.
Arus Kas dan Pertumbuhan
Dari sisi arus kas, Delta Djakarta masih mencatat arus kas dari operasional sebesar Rp142 miliar dalam 12 bulan terakhir. Namun, arus kas dari pendanaan menunjukkan angka negatif Rp224 miliar, yang kemungkinan besar dipengaruhi oleh pembayaran dividen dan kewajiban finansial lainnya.
Free cash flow (arus kas bebas) yang tercatat sebesar Rp124 miliar masih menunjukkan kekuatan perusahaan dalam menghasilkan kas, meski ada tekanan pada sektor pendapatan. Namun, angka pertumbuhan pendapatan dan laba yang negatif menjadi catatan penting.
Pertumbuhan pendapatan tahunan (annual yoy growth) mengalami kontraksi sebesar 5,38 persen, sementara laba bersih mengalami penurunan drastis hingga 31,57 persen untuk tahun berjalan. Penurunan ini mengindikasikan bahwa Delta Djakarta sedang menghadapi tantangan serius dalam menjaga kinerja keuangannya.
Kemudian arus kas MLBI mencatat arus kas dari operasi sebesar Rp1,59 triliun dalam 12 bulan terakhir. Angka ini mencerminkan kuatnya kinerja operasional perusahaan. Namun, arus kas dari pembiayaan (financing) menunjukkan angka negatif Rp350 miliar, yang kemungkinan besar disebabkan oleh pembayaran dividen atau kewajiban finansial lainnya.
Pertumbuhan pendapatan tahunan mengalami penurunan sebesar 7,49 persen, sedangkan pertumbuhan laba bersih tahun berjalan (YTD YoY) turun 2,96 persen. Penurunan ini menjadi sinyal bahwa perusahaan menghadapi tantangan dalam mempertahankan kinerja keuangannya di tengah persaingan pasar yang ketat.
Dividen Masih Tinggi
Satu-satunya kabar baik bagi pemegang saham adalah dividen yang masih tetap tinggi. Dengan dividen per saham sebesar Rp281 dan rasio pembayaran (payout ratio) sebesar 153,59 persen, Delta Djakarta tetap memberikan imbal hasil yang menarik bagi investor. Namun, dividen yang tinggi ini mungkin tidak cukup untuk menutupi kekhawatiran investor terhadap penurunan laba dan performa saham yang terus tergerus.
Sementara itu, MLBI tetap memberikan dividen yang cukup tinggi dengan jumlah Rp506 per saham dan rasio pembayaran (payout ratio) sebesar 120,01 persen.
Meski demikian, dividen yang tinggi ini mungkin tidak sepenuhnya mampu mengimbangi kekhawatiran investor terhadap penurunan kinerja laba dan pendapatan.
Sebagai informasi, pada tahun 2021, tercatat Pemprov DKI Jakarta memiliki komposisi saham di PT Delta Djakarta Tbk sebesar 26,25 persen atau sebanyak 210.200.700 lembar saham. Pemegang saham lainnya yakni San Miguel Malaysia 58,33 persen dan Masyarakat sebesar 15,42 persen. (*)