KABARBURSA.COM - Pengamat otomotif dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Yannes Martinus Pasaribu mengungkapkan pemalsuan sertifikat keamanan yang dilakukan pabrikan Toyota, Honda, Suzuki dan Mazda akan berdampak pada penurunan penjualan yang signifikan.
“Penjualan merek-merek mobil terkait bisa jadi akan mengalami penurunan dalam jangka pendek setelah kasus pemalsuan sertifikasi terungkap,” kata Yannes kepada Kabar Bursa, Senin, 10 Juni 2024.
Menurutnya, konsumen bakal menunda pembelian atau beralih ke merek lain karena khawatir akan kualitas dan keamanan produk. Perbuatan tak terpuji ini, kata dia, bakal merusak reputasi merek-merek Jepang, termasuk di mata konsumen Indonesia yang merupakan pasar potensial.
Jika berkaca kepada kasus-kasus yang terjadi sebelumnya, skandal yang menyangkut keselamatan konsumen selalu diganjar dengan penurunan penjualan. Bukan tidak mungkin pabrikan yang tersangkut skandal bakal sulit bangkit dari kemerosotan penjualan kendaraan pada awal tahun 2024.
Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), penjualan mobil di Tanah Air pada awal tahun 2024 merosot. Penjualan mobil turun menjadi 215.069 unit atau 23,77 persen dibandingkan penjualan Januari-Maret 2023 yang mencapai 282.125.
Penjualan dari dealer ke konsumen (ritel) Toyota turun 12,9 persen atau sebesar 26.142 pada kuartal pertama 2024. Pada periode yang sama tahun 2023, penjualan Toyota mencapai 30.008 unit periode Januari-Maret 2023.
Penjualan PT Honda Prospect Motor (HPM) setali tiga uang dengan Toyota. HPM mencatat penurunan kendaraan yang cukup signifikan dibanding periode yang sama tahun lalu. Penjualan ritel HPM mencapai 9.019 unit pada Februari 2024 atau turun 25 persen.
Runtuhnya Spirit Kaizen
Industri otomotif Jepang tidak hanya bersaing dengan Eropa, tapi juga menghadapi China yang kini tak dapat dipandang sebelah mata. Karena, produk-produk China Sementara iklim persaingan di industri otomotif sangat ketat dan kompetitif.
“Industri otomotif sangat kompetitif, dan perusahaan otomotif Jepang menghadapi tekanan besar untuk memenuhi standar keselamatan dan emisi yang ketat dengan harga yang harus kompetitif dengan produk-produk otomotif China yang semakin baik desainnya dan semakin tinggi standar safety-nya,” kata Yannes.
Yannes mengatakan, selama ini proses sertifikasi di pabrikan otomotif bergantung dari data yang diberikan oleh pihak pabrikan. Sementara pihak luar yang melakukan audit berangkat dari data yang diberikan oleh pabrikan. Melalui celah inilah pabrikan otomotif Jepang melakukan kecurangan.
Menurutnya, pengungkapan pemalsuan sertifikasi selama bertahun-tahun oleh pihak luar mengindikasikan bahwa masalah ini seperti fenomena gunung es yang nampak kecil di permukaan dan membesar di bagian bawah.
“Kurangnya pengawasan independen dan audit yang ketat dapat membuka celah bagi manipulasi data dan pemalsuan sertifikasi. Kasus upaya akal-akalan belasan tahun sertifikasi yang terungkap dari media Jepang sendiri pada Toyota, Daihatsu, Honda dan Mazda menunjukkan bahwa masalah ini memang ada dan mungkin lebih luas dari yang diketahui,” terangnya.
Kendati demikian, Yannes mengaku sulit memastikan seberapa sering kecurangan dalam sertifikasi produk ini terjadi. Ia pun menampik jika apa yang dilakukan oleh beberapa pabrikan Jepang merupakan bentuk frustasi karena persaingan ketat dengan mobil China.
“Di sini kita bisa melihat bahwa spirit kaizen dan total quality management Jepang yang awalnya menjadi inspirasi banyak perusahaan di seluruh dunia telah runtuh,” unarnya.
Mengembalikan Kepercayaan Konsumen di Indonesia
Yannes menilai, untuk dapat mengembalikan kepercayaan masyarakat usai pemalsuan sertifikasi keamanan tidaklah mudah. Toyota, Honda dan Mazda perlu ambil langkah komprehensif untuk menunjukkan komitmen mereka terhadap kualitas, transparansi dan integritas.
“Itu jelas membutuhkan biaya yang sangat mahal dan tidak mudah dilakukan. Pertama, secara terbuka mengakui kesalahan dan bertanggung jawab atas tindakan pemalsuan. Ini jelas sulit secara mental,” tuturnya.
Pihak ketiga yang independen dan terpercaya harus dilibatkan untuk audit proses sertifikasi dan memastikan kepatuhan terhadap standar yang berlaku. Namun, Yannes tantangannya adalah mencari pihak ketiga yang kompeten bukan perkara mudah.
Langkah berikutnya, lanjut dia, adalah kampanye kesadaran publik untuk meyakinkan konsumen jika telah mengambil langkah yang diperlukan untuk memastikan kualitas dan keamanan produk.
Jika kemudian pemalsuan sertifikasi terbukti berdampak pada keselamatan atau ada masalah emisi, ia meminta segera dilakukan recall untuk memperbaiki atau mengganti komponen yang bermasalah.
“Ini mahal sekali biayanya. Intinya mereka harus lakukan langkah-langkah tersebut secara konsisten dan sungguh-sungguh, demi memulihkan kepercayaan masyarakat dan membangun kembali reputasi mereka sebagai produsen mobil yang berkualitas dan dapat diandalkan,” ujarnya.
Menurutnya, upaya mengembalikan kepercayaan harus segera dilakukan sebelum pasarnya semakin tergerus dengan banyaknya merek otomotif China yang lebih murah tapi punya desain bagus. (cit/*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.