KABARBURSA.COM - The Federal Reserve (The Fed) memperkirakan rata-rata tiga kali penurunan suku bunga acuan pada tahun 2024. Proyeksi ini serupa dengan yang sebelumnya pada bulan Desember.
Hanya saja, proyeksi rata-rata untuk tahun 2025 naik dari 3,6persen menjadi 3,9persen. Lalu bagimana dampak fiskal dan moneter untuk Indonesia?
Senior Ekonomi INDEF, Tauhid Ahmad menerangkan The Fed memang menjadi faktor dan pusat keuangan dunua.
Menurutnya, kalau mislanya Bank Indonesia (BI) menurunkan suku bunga dahulu otomatis dampaknya akan rugi, yang harus dilakukan BI adalah menunggu atau melakulan pergerakan dovish sekitar satu hingga dua bulan.
"Akibatnya capital in flow di pasar keuangan kita nantinya akan efek ke moneter dan mendorong rupiah menjadi kuat, " tutur Tauhid Ahmad dalam acara diskusi bersama media, dikutip Sabtu 23 Maret 2024.
Lalu apakah dampaknya ke suku bunga? Tauhid menjelaskan lambat laut suku bunga akan disesuaikan, namun perlu dipertimbangkan karena perilaku banking di Indonesia sangat volatil. Kecuali ada desakan dari bank pemerintah supaya bisa lebih cepat turun.
Sedangkan dari sisi fiskal, otomatis akan turun Surat Berharga Negara (SBN) nya dan portofolio akan menurun.
"Cenderung saya lihat jika yeld semakin turun biasanya Pemerintah coba akan tahan dulu untuk nambah utang, tunggu sampai titik terendah dan baru turun, " tuturnya.
Dari segi lainya, menurut Tauhid Ajmad bagi perusahaan swasta ini akan sangat bagus.
"Utang swasta besar misalkan namun bunga turun dampaknya akan bagus, kan mereka jika ada utang di Singapura , China, Malaysia akan berdampak dengana adanya suku bunga yang turun, " pungkasnya. (nia/prm)