Logo
>

Dana Muhammadiyah Terbang: Beri Dampak Jangka Pendek

Ditulis oleh Dian Finka
Dana Muhammadiyah Terbang: Beri Dampak Jangka Pendek

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Pemindahan dana Muhammdaiyah dari Bank Syariah Indonesia (BSI) menjadi sorotan dalam dunia perbankan belakangan ini. Sejumlah isu mengiringi penarikan dana organisasi Islam terbesar di Indonesia ini.

    Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (IDEAS) Yusuf Wibisono, menilai, likuiditas BSI akan terdampak akibat keputusan pengalihan dana simpanan oleh Pimpinan Pusat (PP Muhammadiyah)

    “Dibandingkan dengan DPK (dana pihak ketiga) BSI yang di kisaran Rp 300 triliun, dana Rp 15 triliun yang akan dipindahkan Muhammadiyah adalah hanya sekitar 5 persen saja dari DPK BSI, tidak terlalu signifikan,” kata Yusuf kepada Kabar Bursa, di Jakarta, Jumat, 14 Juni 2024

    “Namun dana Rp 15 triliun tentu akan sangat signifikan mempengaruhi likuiditas BSI dalam jangka pendek,” tambahnya.

    Namun, Yusuf juga menyebut hal tersebut perlu diwaspadai, sebab dampak yang diberikan dari penarikan tersebut dapat mempengaruhi dampak langsung dan dampak tidak langsung dari aksi Muhammadiyah ini terhadap pendanaan dan likuiditas BSI.

    “Lebih jauh, mitigasi tidak hanya dilakukan untuk dampak langsung namun juga dampak tidak langsung,” tutupnya.

    Tak Terbukti


    Berdasarkan keterbukaan informasi, dividen tunai akan dibagikan kepada pemegang saham yang namanya tercantum dalam Daftar Pemegang Saham (DPS) atau recording date pada 31 Mei 2024 dan/atau pemilik saham pada rekening efek PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) pada penutupan perdagangan Bursa Efek Indonesia pada 31 Mei 2024.

    Sementara itu, pergerakan saham BRIS pun sepanjang tahun berjalan 2024 sangat impresif. Hingga menjelang penutupan perdagangan Rabu 12 Juni 2024 kenaikan saham BRIS secara year to date (YtD) mencapai 23,56 persen.

    Pergerakan saham BSI yang relatif positif bahkan disebut sebagai salah satu penggerak IHSG pada paruh pertama tahun ini. Adapun sepanjang tahun berjalan 2024 rentang harga BRIS ada di kisaran level Rp1.740-Rp2.850.

    Ekonom belum melihat dampak signifikan dari langkah Muhammadiyah menarik dana simpanan dan pembiayaan terhadap kinerja Bank Syariah Indonesia (BSI).

    Amin Nurdin, Senior Faculty di Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI), menyampaikan pandangannya bahwa BSI merupakan salah satu bank dengan aset terbesar saat ini. “Sehingga (pengalihan dana Muhammadiyah) tidak begitu berpengaruh, meskipun ada kekhawatiran dampak dari sisi likuiditas atau ekspansi kredit,” ujar Amin.

    Menurutnya, kasus tersebut dinilai menjadi pekerjaan rumah (PR) bagi BSI dalam melakukan pengelolaan nasabah institusi. “Karena mereka (nasabah institusi) sensitif,” ujarnya.

    Menurut Arianto Muditomo, seorang Pengamat Perbankan dan Praktisi Sistem Pembayaran, dalam waktu singkat, pemindahan dana dari BSI oleh Muhammadiyah akan memiliki dampak pada kinerja bank. Namun, dampak tersebut dianggap tidak terlalu besar.

    Selain itu, dia menjelaskan bahwa krisis likuiditas yang disebabkan oleh penarikan dana dari satu institusi saja sebelumnya belum pernah terjadi. Biasanya, krisis likuiditas terjadi karena penarikan dana oleh banyak nasabah.

    Tetapi, BSI masih harus melakukan manajemen risiko likuiditasnya dengan cermat. “Jika penarikan dana besar oleh nasabah dapat menimbulkan risiko likuiditas, pembayaran segera dari debitur besar juga akan mempengaruhi profitabilitas bank,” kata Arianto.

    Sementara itu, menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK), penarikan atau pengalihan dana simpanan nasabah dari suatu bank merupakan hal lumrah. Dian Ediana Rae, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, menyebut, bank perlu memiliki kesiapan kapan pun ketika nasabah menarik dananya, meski dengan jumlah sebesar Rp1 triliun.

    Dia menjelaskan mesti diperhatikan oleh perbankan adalah manajemen likuiditas. “Kami hanya ingin pastikan bank untuk memenuhi kecukupan (likuiditasnya). Jadi manajemen likuiditas, manajemen risiko harus dipertahankan,” ujar Dian dalam konferensi pers Rapat Dewan Komisioner Bulanan (RDKB) OJK.

    Perlu Komunikasi

    Adapun, Dian menilai kondisi BSI saat ini masih sangat likuid. Menurutnya, yang terjadi saat ini menurutnya hanya kesalahpahaman antara bank dan nasabahnya. “Kalau kami lihat alasan khusus (pengalihan dana Muhammadiyah dari BSI) hanya para pihak terkait yang tahu. Ini hanya proses komunikasi yang perlu ditingkatkan antara bank dan nasabahnya,” ujar Dian.

    Sebagai pelengkap, berdasarkan laporan bulanan, BSI telah meraup simpanan nasabah atau dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp291,86 triliun hingga Mei 2024, tumbuh 11,33 persen secara tahunan (year on year/yoy). BSI telah menyalurkan pembiayaan senilai Rp253,36 triliun pada Mei 2024, tumbuh 17,11 persen yoy.

    Mengacu pada kinerja simpanan dan penyaluran pembiayaan pada Mei 2024, likuiditas bank dilihat dari rasio pembiayaan terhadap simpanan (financing to deposit ratio/FDR) di BSI berada pada level 86,8 persen. Sementara itu, dalam lima bulan pertama 2024, BSI telah membukukan laba bersih Rp2,76 triliun, naik 18,54 persen yoy. (ian/prm)

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Dian Finka

    Bergabung di Kabar Bursa sejak 2024, sering menulis pemberitaan mengenai isu-isu ekonomi.