Logo
>

Data Center di RI Berpeluang Tumbuh, Intip Emiten ini

Ditulis oleh Hutama Prayoga
Data Center di RI Berpeluang Tumbuh, Intip Emiten ini

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Keberadaan data center di kawasan Asia Tenggara berpeluang tumbuh. Indonesia menjadi salah satu negara yang berpotensi mengambil kesempatan ini. Saat ini, RI memiliki kapasitas operasi data center sebesar 260 MW (megawatt). Namun angka itu masih kalah dari dua negara lainnya, yakni Malaysia dengan 289 MW dan Singapura yang memiliki 985 MW.

    "Secara sederhana, jika menangkap peluang dari kebutuhan akan Data Center di kawasan Asia Tenggara, potensi pertumbuhan Data Center sangat luas," tulis NH Korindo Sekuritas Indonesia (NHKSI) Research yang diterima Kabar Bursa, Kamis, 12 September 2024.

    Jika dikulik lebih dalam terkait nilai per kapita data center, Singapura saat ini mempunyai angka yang cukup tinggi dengan 100 Watt/kapita dan Jepang mencapai 10 Watt/kapita. Adapun Indonesia sendiri senilai 1.5 Watt/kapita.

    NHKSI Research menyebut, tingginya nilai per kapita data center di Singapura dikarenakan para pelanggan seperti Tiktok, e-commerce, dan cloud companies memilih Negeri Singa sebagai tempat utama mereka.

    "Adanya landbank Singapura yang semakin minim menjadikan Indonesia dan Malaysia menjadi alternatif relokasi Data Center sekaligus ekspansi pembangunan Data Center ke depannya di Asia Tenggara," tulis NHKSI Research.

    Emiten Mengalami Lonjakan

    Dua emiten di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang fokus di bidang industri data center yakni Indointernet Tbk (EDGE) dan DCI Indonesia Tbk (DCII), sukses mencapai batas ARA.

    Pada Kamis, 12 September 2024, DCII ditutup di harga Rp52,200/lembar (+20.00 persen) dan EDGE ditutup di Rp4,830/lembar (+25.00 persen).

    NHKSI Research menyampaikan, DCII berencana membangun data center dengan kapasitas hingga 1,000 MW yang terletak di Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau. Adapun dalam pembangunan ini DCII berkolaborasi dengan Salim Group.

    NHKSI Research menulis, pemilihan tempat di Bintan merupakan hal yang tepat karena bisa menangkap peluang adanya keterbatasan data center di Singapura.

    "Pemilihan lokasi Bintan juga merupakan lokasi yang ideal. Selain dekat dengan Singapura, di mana jika kita menelisik peta zonasi gempa Indonesia, Bintan berada di kawasan yang minim potensi gempa," ungkap NHKSI Research.

    Perlu diketahui, DCII adalah perusahaan dengan kapasitas data center terbesar di Indonesia sebesar 83 MW. Sementara NeutraDC, salah satu anak usaha TLKM, mempunyai kapasitas sebesar 45 MW.  Adapun EDGE memiliki kapasitas dengan angka 29 MW.

    Menurut NHKSI Research, melihat dua perusahaan Tbk data center di Indonesia yaitu DCII dan EDGE (At Price: IDR 52,200/share & IDR 4,830/share), keduanya diperdagangkan di valuasi yang cukup premium, dimana DCII diperdagangkan di 130.1x dan EDGE berada di 25x EV/EBITDA, dengan EBITDA 1H24 yang disetahunkan.

    "Valuasi tersebut cukup premium jika dibandingkan beberapa pemain global (Umumnya di single digit - belasan EV/EBITDA)," tulis NHKSI Research.

    Kinerja DCII

    Berdasarkan data yang dihimpun dari Stockbit pada Jumat, 13 September 2024, kinerja DCII dalam satu bulan terakhir terbilang meningkat sebesar 24.58 persen.

    Pada kuartal kedua 2024, DCII meraup net income sebesar Rp157 miliar, angka ini tumbuh  dibanding tahun lalu dalam periode yang sama yakni Rp121 miliar. Pendapatan bersih DCII pada tahun 2024 diprediksi menyentuh Rp599 miliar, naik dibanding tahun lalu senilai Rp514 miliar.

    Diberitakan sebelumnya, DCII menunjukkan kinerja yang apik sepanjang semester I 2024. Perusahaan mencatat laba bersih senilai Rp299,49 miliar, angka ini meningkat 23,64 persen jika dibandingkan periode serupa tahun lalu.

    Selain itu perseroan juga membukukan peningkatan pendapatan senilai 16,51 persen menjadi Rp737,30 miliar, naik dibandingkan periode yang sama tahun lalu Rp632,8 miliar. Catatan ini ditopang oleh pertumbuhan segmen kolokasi yang naik 15,50 persen.

    Kinerja EDGE

    Emiten lainnya yang mengalami pertumbuhan positif ialah EDGE. Mengutip Stockbit, saham EDGE tumbuh mencapai 23.21 persen dalam satu bulan terakhir.

    Pada kuartal kedua 2024, EDGE sukses menghasilkan net income sebesar Rp69 miliar, angka ini naik jika dibanding tahun lalu periode yang sama yakni Rp61 miliar.

    Sedangkan pendapatan bersih EDGE pada tahun 2024 diprediksi menyentuh Rp274 miliar, naik dibanding tahun lalu senilai Rp253 miliar.

    Telkomsel (TLKM) Bertransformasi

    Sementara diberitakan pula, Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Telkom Heri Supriadi menyebutkan, dalam hal inisiatif infraco, TLKM telah mendirikan entitas baru bernama PT Telkom Infrastruktur Indonesia (TIF) yang berfokus pada pengolahan aset infrastruktur Telkomsel. PT Telkom Infrastruktur Indonesia (TIF) juga telah melaksanakan Operational Day One pada 1 Agustus 2024.

    “Kami mengharapkan aset transfer antara Telkom dan TIF akan dilakukan pada tahun depan,” ucap Heri dalam publik expose beberapa waktu lalu.

    Lanjutnya, inisiatif tersebut bisa meningkatkan efisiensi capex dalam pengembangan aset ke depan.

    Sedangkan pada segmen B2C, Telkom Group telah mengimplementasikan X Mobile Convergence atau FMC sejak 1 Juli 2023 dan membuktikan efektivitas strategi tersebut.

    “Ke depannya, kami akan memaksimalkan efek sinergi dari FMC di laporan Kinerja Keuangan Telkom,” terangnya.

    Selanjutnya pada segmen B2B, telkomsel terus beradaptasi dan menciptakan pertumbuhan yang berkelanjutan pada konektivitas digital dengan didukung oleh pengembangan data center. Saat ini Telkom sedang melakukan penambahan data senter sebesar 18 MegaWatt di Cikarang, selain tetap melakukan ekspansi data center.

    “Pada saat ini kami sedang dalam proses pembangunan untuk penambahan kapasitas hyperscale data center di Cikarang, sebesar 18 MW yang diharapkan akan selesai di tahun ini,” tegasnya.

    Selain itu, dalam proses untuk data center hyperscale sedang dibangun di Batam di mana saat ini dalam tahap konstruksi dan diharapkan akan siap pada akhir tahun depan.

    “Kami berharap pada 2030 akan memiliki sekitar 15 hingga 20 persen market share dari suplai domestik yang didorong oleh demand dari dalam negeri maupun dari regional, misalnya dari Singapura. Total demand di Indonesia berdasarkan proyeksi ada sekitar 1,6 sampai 2GW di Indonesia,” jelas Heri.

    Menurutnya, insitiatif tersebut merupakan salah satu yang terbesar di ASEAN dan pihaknya berharap menjadi salah satu dominant player juga di Indonesia.

    Dari segi lainnya, Telkomsel juga memiliki strategic partner yang akan membantu mengakselerasi pertumbuhan pembangunan data center yang direncanakan. Selain itu, strategic partner tentunya membawa know-how dalam hal operasional maupun strategi.

    Strategic partner diharapkan juga bisa membawa pertumbuhan market di Indonesia yang berasal dari global dan ini merupakan salah satu tujuan perseroan. Dengan demikian, perseroan berharap memiliki operating model yang lebih efisien, kapabilitas yang lebih kompetitif dan mumpuni, serta akses ke pasar data center global.(*)

    Disclaimer: Artikel ini bukan untuk mengajak membeli atau menjual saham. Segala rekomendasi dan analisa saham berasal dari analis dari sekuritas yang bersangkutan, dan Kabarbursa.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan Investor. Pelajari dengan teliti sebelum membeli/menjual saham.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Hutama Prayoga

    Hutama Prayoga telah meniti karier di dunia jurnalistik sejak 2019. Pada 2024, pria yang akrab disapa Yoga ini mulai fokus di desk ekonomi dan kini bertanggung jawab dalam peliputan berita seputar pasar modal.

    Sebagai jurnalis, Yoga berkomitmen untuk menyajikan berita akurat, berimbang, dan berbasis data yang dihimpun dengan cermat. Prinsip jurnalistik yang dipegang memastikan bahwa setiap informasi yang disajikan tidak hanya faktual tetapi juga relevan bagi pembaca.