KABARBURSA.COM - Harga minyak mentah melemah di awal perdagangan Asia pada pekan ini, Senin 17 Juni 2024. Hal ini dipicu oleh survei pada Jumat, 14 Juni 2024 yang menunjukkan permintaan konsumen di Amerika Serikat (AS) menurun dan investor menantikan rilis data ekonomi utama dari China, negara importir minyak mentah terbesar di dunia.
Pada Senin, 17 Juni 2024, pukul 07.45 WIB, harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Agustus 2024 turun 15 sen atau 0,18 persen menjadi USD82,47 per barel.
Secara paralel, harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate untuk pengiriman Juli 2024 turun 16 sen atau 0,2 persen menjadi USD78,29 per barel.
Penurunan harga minyak terjadi setelah survei menunjukkan sentimen konsumen AS jatuh ke level terendah dalam tujuh bulan pada Juni 2024, disebabkan oleh kekhawatiran rumah tangga terhadap kondisi keuangan pribadi dan inflasi.
Namun, kedua kontrak acuan ini tetap naik hampir 4 persen pada pekan lalu, menandai kenaikan persentase mingguan tertinggi sejak April, di tengah tanda-tanda permintaan bahan bakar yang lebih kuat.
Data ekonomi dari China pada hari Senin, 17 Juni 2024 akan menentukan arah pasar komoditas minggu ini, kata analis ANZ dalam sebuah catatan.
Produksi kilang China akan memberikan indikator permintaan minyak, sementara penjualan ritel, investasi bisnis, produksi industri, dan angka harga rumah akan memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai aktivitas ekonomi negara importir minyak mentah terbesar di dunia tersebut.
Data produsen dan konsumen pekan lalu menunjukkan bahwa China masih bergulat dengan deflasi. Pasar di pusat perdagangan minyak utama Singapura dan negara-negara lain di kawasan ini ditutup untuk hari libur umum pada hari Senin, 17 Juni 2024.
Menguat Setelah Menurun
Harga minyak menguat pada minggu ini setelah turun dalam tiga pekan berturut-turut. Investor mempertimbangkan perkiraan kuatnya permintaan minyak mentah dan bahan bakar pada tahun 2024.
Harga minyak WTI kontrak Juli 2024 di New York Mercantile Exchange turun 0,22 persen ke USD78,45 per barel pada Jumat, 16 Juni 2024. Dalam sepekan, harga minyak mentah acuan AS menguat 3,87 persen.
Sementara harga minyak Brent kontrak Agustus 2024 di ICE Futures turun 0,16 persen ke USD82,62 per barel. Dalam sepekan, harga minyak acuan internasional ini menguat 3,77 persen.
Kenaikan kedua acuan harga minyak ini merupakan persentase kenaikan tertinggi sejak April. Kedua benchmark tersebut tergelincir setelah survei menunjukkan sentimen konsumen AS melemah pada bulan Juni ke level terendah dalam tujuh bulan.
“Data yang dihasilkan jauh lebih rendah dari perkiraan,” kata Bob Yawger, direktur energi berjangka di Mizuho kepada Reuters. Ini berarti rata-rata konsumen tidak yakin bahwa situasi ekonomi membaik.
Penurunan harga minyak di perdagangan terakhir pekan ini dibatasi oleh perkiraan permintaan yang kuat. Badan Informasi Energi (EIA) AS sedikit menaikkan perkiraan pertumbuhan permintaan minyak untuk tahun 2024. Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) tetap berpegang pada perkiraan pertumbuhan yang relatif kuat sebesar 2,2 juta barel per hari (bph).
Sementara itu Badan Energi Internasional (IEA) memangkas perkiraan pertumbuhan permintaan menjadi di bawah 1 juta barel per hari. Namun, ketiga lembaga ini memperkirakan defisit pasokan setidaknya sampai awal musim dingin.
Juga pada minggu ini, Federal Reserve AS mempertahankan suku bunganya. Investor yakin penurunan suku bunga tidak mungkin terjadi sebelum bulan Desember.
“Mengingat prospek ekonomi yang masih tidak menentu di kawasan ekonomi utama, kenaikan harga lebih lanjut diperkirakan tidak akan terjadi untuk saat ini,” kata analis Commerzbank Barbara Lambrecht.
Jumlah rig minyak aktif AS, yang merupakan indikator awal produksi di masa depan, turun empat menjadi 488 pada minggu ini ke level terendah sejak Januari 2022, kata perusahaan jasa energi Baker Hughes.
Sementara Rusia berjanji untuk memenuhi kewajiban produksinya berdasarkan pakta OPEC+ setelah mengatakan pihaknya melebihi kuota pada bulan Mei. Harga minyak merosot pekan lalu setelah OPEC dan sekutunya mengatakan mereka akan menghentikan pengurangan produksi secara bertahap mulai bulan Oktober.
“Tidak peduli berapa kali mereka berjanji untuk memperbaiki kepatuhan yang buruk di masa depan, pasar hanya melihat lebih banyak minyak dan kesepakatan yang mungkin saja gagal,” kata analis PVM John Evans.
Fokus pasar juga tertuju pada perundingan gencatan senjata di Gaza, yang dapat mengurangi kekhawatiran mengenai potensi gangguan terhadap pasokan minyak dari wilayah tersebut.
Manajer keuangan menaikkan posisi net long minyak mentah berjangka AS dan posisi opsi dalam pekan hingga 11 Juni 2024, kata Komisi Perdagangan Berjangka Komoditas AS (CFTC). (*)