Logo
>

Data Non-Farm Payrolls Sokong Indeks Dolar

Ditulis oleh KabarBursa.com
Data Non-Farm Payrolls Sokong Indeks Dolar

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Indeks dolar kembali mencatat kenaikan hingga mencapai level 105, didorong oleh data non-farm payrolls Amerika Serikat (AS) yang melampaui ekspektasi.

    Pada Jumat 7 Juni 2024, data non-farm payrolls AS mencatat penambahan sebesar 272.000 pekerjaan, melampaui perkiraan konsensus sejumlah 185.000.

    Pada Senin 10 Juni 2024 pukul 10.40 WIB, indeks dolar berada di level 105,19, menguat 0,25 persen dari hari sebelumnya. Dalam sepekan, tercatat kenaikan sebesar 1,10 persen.

    Lukman Leong, Pengamat Komoditas dan Mata Uang, menyatakan bahwa kenaikan indeks dolar akan memberikan dampak signifikan terhadap pergerakan mata uang utama. Dolar AS menguat terhadap sejumlah mata uang utama, termasuk euro, USDJPY, USDCHF, dan USDCAD.

    Dampak lainnya dari penguatan indeks dolar adalah penurunan ekspektasi terhadap pemangkasan suku bunga AS. Prospek pemangkasan suku bunga oleh the Fed pada bulan September kembali menurun di bawah 50 persen menjadi sekitar 47 persen.

    Dengan situasi ini, Lukman menilai hanya mata uang dolar AS yang patut dicermati. Sebelumnya, emas juga menarik, namun harga sudah mencapai level yang tinggi dan perkembangan terakhir tidak mendukung, sehingga ia menyarankan untuk menunggu perkembangan selanjutnya.

    Lukman memproyeksikan bahwa dolar AS akan tetap menarik hingga kuartal III, mengingat ekspektasi pemangkasan suku bunga diperkirakan terjadi pada periode tersebut. Namun, ia mengingatkan investor untuk memperhatikan data ekonomi AS, terutama tingkat inflasi dan lapangan kerja yang belakangan ini seringkali mengejutkan.

    Selain sentimen pemangkasan suku bunga, kebijakan ekonomi China juga diprediksi akan memengaruhi pergerakan mata uang regional, kata Lukman.

    Proyeksi Lukman menunjukkan bahwa indeks dolar kemungkinan akan mencapai level 108-110 pada akhir tahun ini. Adapun untuk rupiah, diperkirakan akan berada di kisaran Rp 16.500 - Rp 16.700 per dolar AS pada akhir tahun nanti, kecuali ada intervensi dari Bank Indonesia.

    Indeks dolar mengalami penguatan yang signifikan setelah data-data menunjukkan pertumbuhan ekonomi AS yang menggembirakan.

    Menurut laporan S&P Global, ISM Manufacturing AS melonjak tajam ke angka 50,3 pada bulan Maret, naik dari 47,8 pada bulan Februari sebelumnya. Data tersebut menandai pertama kalinya dalam 16 bulan terakhir indeks ini menyentuh zona ekspansi.

    Data ini mencerminkan kekuatan yang masih besar dalam aktivitas pembelian dan pasokan dari bisnis di AS, mengindikasikan potensi ancaman inflasi yang masih hangat di masa mendatang.

    Pada bulan Februari 2024, inflasi pengeluaran pribadi warga AS atau PCE meningkat menjadi 2,5 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) dari 2,4 persen pada bulan Januari sebelumnya. Meskipun demikian, angka ini sesuai dengan ekspektasi pasar.

    Berdasarkan perangkat CME FedWatch, investor melihat peluang sebesar 56,3 persen bahwa The Fed akan memulai siklus pelonggarannya pada pertemuan Juni, sedangkan ekspektasi pasar berada di 63 persen pekan lalu.

    Revisi terbaru data pertumbuhan ekonomi AS menunjukkan pertumbuhan sebesar 3,4 persen (year on year/yoy) pada kuartal IV-2023, naik dari 3,2 persen sebelumnya.

    Klaim pengangguran juga mengalami penurunan menjadi 210.000 pada pekan yang berakhir pada 23 Maret 2024, turun dari 212.000 pada pekan sebelumnya.

    Investor kini menantikan data pembukaan lapangan kerja JOLTS periode Februari 2024 yang akan dirilis hari ini, Selasa (2/4/2024).

    Konsensus pasar dalam Trading Economics memperkirakan pembukaan lapangan kerja JOLTS akan turun menjadi 8,79 juta lapangan kerja, dari 8,86 juta lapangan kerja pada bulan Januari.

    Sementara itu, data penggajian non-pertanian (non-farm payroll/NFP) AS periode Maret 2024 akan dirilis pada Jumat mendatang.

    Konsensus pasar Trading Economics memproyeksikan NFP AS akan turun menjadi 200.000 dari 275.000 pada bulan Februari, menjadi yang terendah dalam tiga bulan terakhir.

    Tak hanya NFP, AS juga akan merilis tingkat pengangguran periode Maret 2024 pada hari yang sama. Konsensus pasar memperkirakan tingkat pengangguran AS akan stabil di 3,9 persen.

    Sementara itu, tingkat penghasilan rata-rata per jam diperkirakan akan meningkat sebesar 0,3 persen secara bulanan.

    Data-data ini akan dipantau dengan ketat oleh pelaku pasar dan The Fed, yang sedang mencari petunjuk dari data untuk mengarahkan kebijakan moneternya.

    Indeks Dolar dan Mata Uang Asia

    Penguatan indeks dolar menjadi salah satu faktor yang mengakibatkan pelemahan mata uang rupiah serta mata uang Asia utama lainnya. Penguatan ini menjadi indikasi bahwa investor sedang mencari dolar dan kemungkinan besar menjual investasi mereka dalam mata uang selain dolar.

    Hari ini, nilai tukar rupiah melemah sebesar 0,06 persen menjadi 15.895/US$1. Yuan China juga melemah sebesar 0,07 persen, ringgit Malaysia turun 0,51 persen, dan Baht Thailand terdepresiasi sebesar 0,22 persen.

    Rupiah sempat mengalami pelemahan sebesar 0,44 persen sebelum berhasil memangkas kerugiannya. Jika indeks dolar terus menguat, maka rupiah berpotensi mengalami tekanan lebih lanjut.

    Pelemahan rupiah bukan hanya menjadi masalah bagi nilai tukar, namun juga memiliki dampak yang lebih luas terhadap ekonomi Indonesia.

    Penguatan indeks dolar memperumit situasi, karena dapat menekan daya beli masyarakat serta memperumit kebijakan moneter yang harus diambil oleh Bank Indonesia.

    Selain itu, pelemahan rupiah juga dapat mempengaruhi biaya impor barang dan bahan baku, yang pada gilirannya dapat meningkatkan tekanan inflasi di dalam negeri.

    Sementara itu, pemerintah dan bank sentral harus bertindak cepat dan tepat dalam menanggapi kondisi ini, dengan mencari solusi yang dapat mengurangi dampak negatifnya terhadap perekonomian.

    Dengan perubahan-perubahan yang terjadi dalam pasar keuangan global, terutama terkait dengan indeks dolar dan mata uang Asia, prospek masa depan menjadi semakin tidak pasti.

    Investor dan pelaku pasar di seluruh dunia akan terus memantau perkembangan situasi ini, mencari petunjuk dan peluang yang mungkin muncul di tengah ketidakpastian.

    Sementara itu, penting bagi pemerintah, bank sentral, dan semua pemangku kepentingan ekonomi untuk tetap waspada dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk menjaga stabilitas dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. (*)

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    KabarBursa.com

    Redaksi