Logo
>

Defisit Konsumsi RI, Rupiah Makin Keropos

Ditulis oleh KabarBursa.com
Defisit Konsumsi RI, Rupiah Makin Keropos

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Defisit transaksi berjalan Indonesia diperkirakan akan melebar menjadi sekitar 1 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) pada tahun ini, akibat dampak geopolitik dan normalisasi harga komoditas global.

    Pada kuartal I 2024, neraca transaksi berjalan Indonesia mencatat defisit sebesar USD2,2 miliar, atau sekitar 0,6 persen dari PDB.

    “Jika kondisi komoditas tetap lemah, defisit transaksi berjalan kita mungkin akan terus membesar. Ini akan membatasi ruang untuk penguatan rupiah, menjelaskan mengapa penguatan rupiah tidak begitu signifikan,” ujar Kepala Ekonom Mandiri Sekuritas, Rangga Cipta, dalam Economic and Market Outlook di kantornya, Rabu 7 Agustus 2024.

    Menurut Rangga, meski rupiah mengalami penguatan, pergerakannya masih sangat terbatas. Belakangan ini, mata uang negara berkembang memang menguat terhadap dolar AS, tetapi rupiah tercatat sebagai salah satu yang paling sedikit penguatannya.

    “Secara fundamental, rupiah kurang atraktif. Ada potensi pelebaran defisit fiskal dan defisit transaksi berjalan. Ke depan, pertumbuhan kemungkinan akan dipengaruhi oleh pelemahan harga komoditas,” tambahnya.

    Di tingkat global, Rangga juga mengingatkan tentang dampak pemilihan umum di AS. Survei menunjukkan bahwa Donald Trump menjadi calon presiden unggulan dalam pemilu mendatang. Narasi yang dibawanya menunjukkan kemungkinan kenaikan tarif impor barang, terutama dari China.

    “Ini bisa berdampak pada Indonesia, karena ekspor Indonesia ke China dapat turun. Ini yang akan menekan neraca perdagangan kita,” jelas Rangga.

    Sebagai contoh, pada 2018-2019, pembatasan ekspor menyebabkan penurunan ekspor Indonesia ke China. Jika Trump terpilih kembali, dampaknya terhadap kinerja ekspor RI diperkirakan akan sangat signifikan.

    Di sisi lain, investasi asing (PMA/FDI) yang sempat melambat karena investor masih menunggu kepastian, diprediksi akan segera pulih setelah transisi pemerintahan.

    “Biasanya, investasi asing akan menguat menjelang akhir pemilu dan setelahnya. Data hingga kuartal I menunjukkan bahwa Foreign Direct Investment sudah mulai menguat,” ujar Rangga.

    Pada 26 Juli 2024, rupiah melemah ke level Rp16.290/USD, mencatat penurunan 0,62 persen dibandingkan pekan sebelumnya. Ini menjadi pelemahan terburuk di Asia, diikuti oleh dolar Taiwan (-0,29 persen), rupee India (-0,07 persen), dan peso Filipina (-0,01 persen). Sebagian besar mata uang Asia lainnya cenderung menguat selama pekan tersebut.

    Bank Indonesia (BI) memperkirakan defisit transaksi berjalan pada 2024 akan berada dalam kisaran 0,1 persen-0,9 persen terhadap PDB. Sementara itu, BI memproyeksikan neraca transaksi modal dan finansial akan mencatat surplus.

    Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan bahwa pemerintah akan menempatkan perhatian khusus pada tingkat konsumsi sebagai salah satu indikator kunci dalam upaya mencapai target pertumbuhan ekonomi sebesar 5,2 persen pada semester kedua tahun 2024. Pernyataan ini muncul sebagai respons terhadap laporan pertumbuhan ekonomi kuartal II-2024 yang menunjukkan perlambatan menjadi 5,05 persen secara tahunan (year on year/YoY).

    “Untuk menjaga agar pertumbuhan ekonomi tetap stabil, kami akan memantau berbagai faktor seperti konsumsi, investasi, ekspor, dan impor,” ujar Sri Mulyani di hadapan wartawan di Kantor Presiden, Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, pada Senin (5/8/2024). Ia juga menargetkan pertumbuhan ekonomi berada pada kisaran 5,1-5,2 persen pada semester kedua tahun ini.

    Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat konsumsi rumah tangga sebagai kontributor utama tumbuh sebesar 4,93 persen (YoY) pada kuartal II-2024. Angka ini menunjukkan penurunan dari 5,22 persen (YoY) pada kuartal II-2023 dan 5,52 persen (YoY) pada kuartal II-2022. Meskipun demikian, Sri Mulyani menilai bahwa pertumbuhan ekonomi RI yang masih di atas 5 persen tetap menunjukkan performa yang cukup baik.

    “BPS melaporkan bahwa pertumbuhan di kuartal kedua ini masih positif dan memiliki momentum yang perlu kita pertahankan,” tambahnya. Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini mengakui bahwa menjaga stabilitas ekonomi bukanlah tugas yang mudah, terutama di tengah pelemahan dan fragmentasi ekonomi global.

    Untuk mengatasi tantangan ini, Sri Mulyani bersama Presiden Joko Widodo dan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto akan menerapkan sejumlah langkah kebijakan di tahun ini. “Kami akan merancang kebijakan-kebijakan yang akan dimasukkan dalam APBN 2024. Rincian lebih lanjut akan diumumkan pada waktu yang akan datang,” jelasnya.

    Sebelumnya, BPS melaporkan bahwa ekonomi Indonesia pada kuartal II-2024 tumbuh 5,05 persen secara tahunan, melambat dibandingkan kuartal I-2024 dan kuartal II-2023. Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS, Moh Edy Mahmud, menjelaskan bahwa angka pertumbuhan tersebut diperoleh dari produk domestik bruto (PDB) atas dasar harga berlaku (ADHB) sebesar Rp 5.536,5 triliun dan atas dasar harga konstan (ADHK) sebesar Rp 3.231 triliun. (*)

     

     

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    KabarBursa.com

    Redaksi