Logo
>

Deflasi Bisa Jadi Batu Sandungan bagi BRI

Rasio kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) BRI pada akhir Maret 2025 tercatat 2,97 persen, membaik dari 3,11 persen dibanding akhir Maret 2024.

Ditulis oleh Hutama Prayoga
Deflasi Bisa Jadi Batu Sandungan bagi BRI
Pengunjung melintas di depan gerai BRI Prioritas di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Senin, 17 Februari 2025. (Foto: KabarBursa/Abbas Sandji)

KABARBURSA.COM - Penurunan harga barang yang belakangan mulai terasa di beberapa sektor ekonomi boleh jadi menjadi kabar baik bagi konsumen. Namun bagi PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI, kondisi ini justru bisa menjadi batu sandungan. 

Sebagai bank yang fokus pada pembiayaan sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), BRI sangat bergantung pada perputaran ekonomi rakyat. Bila tren deflasi terus berlanjut, bukan tak mungkin permintaan kredit melemah, margin bunga menyempit, dan risiko kredit bermasalah meningkat. 

Hal ini menjadi tantangan serius bagi BRI yang selama ini dikenal tangguh di tengah tekanan ekonomi.

Direktur PT Reliance Sekuritas Indonesia Tbk Reza Priyambada mengatakan, adanya deflasi sering kali diartikan menurunnya daya beli masyarakat secara agregat. 

Jika benar demikian, ia menyebut kondisi ini dapat mempengaruhi kinerja dari para UMKM terutama yang menargetkan kelas menengah-bawah.

"Asumsinya masyarakat kelas ini akan cenderung menahan diri maupun membatasi pembelian," ujar dia kepada KabarBursa.com, Senin, 16 Juni 2025.

Reza menyampaikan, penurunan ini dapat mempengaruhi ke kondisi cashflow dari UMKM tersebut. Namun, permohonan keringanan angsuran bisa saja dimungkinkan diajukan jika para UMKM tersebut nantinya mengalami kesulitan cashflow karena penurunan kondisi itu. 

Ia mengkhawatirkan ada UMKM yang bermasalah dengan Non-Performing Loan (NPL). Menurutnya jika kondisi ini terjadi, maka bisa mengganggu potensi pertumbuhan kinerja dari BRI.

"Oleh karena itu, bisa saja para UMKM ini diberikan keringanan sehingga mereka dapat mengatur pembayaran angsuran sesuai kemampuan mereka maupun diadakan promo-promo seperti event bazar atau sejenisnya dimana para UMKM ini dapat memasarkan produknya melalui program pembinaan dari BRI," pungkasnya. 

Kualitas Kredit BRI (BBRI) Membaik di Kuartal I 2025

Sebelumnya, BRI mencatat perbaikan kualitas kredit pada kuartal I 2025. Hal ini ditopang oleh kinerja positif dari berbagai sisi. 

Direktur Manajemen Risiko BRI Mucharom, mengatakan rasio kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) BRI pada akhir Maret 2025 tercatat 2,97 persen, membaik dari 3,11 persen dibanding akhir Maret 2024.

"Penurunan rasio NPL ini merupakan hasil dari penerapan manajemen risiko yang efektif dan prinsip kehati-hatian (prudent) dalam proses penyaluran kredit di seluruh segmen bisnis BRI,” ujar Mucharom dalam keterangan resmi dikutip dari situs resmi BRI, Jumat, 9 Mei 2025.

Selain itu, BRI juga mencatat perbaikan kualitas kredit setelah rasio loan at risk (LAR) mengalami penurunan dari 12,68 persen pada kuartal I 2024 menjadi 11,12 persen pada kuartal I 2025. 

Menurut Mucharom, perbaikan ini menggambarkan pengelolaan portofolio kredit BRI yang semakin sehat dan terkendali, meskipun sektor usaha masih menghadapi tantangan eksternal seperti ketidakpastian geopolitik.

Tak hanya itu, Rasio NPL Coverage BRI terbilang sangat kuat dengan rasio sebesar 200,60 persen hingga akhir Maret tahun ini. 

Dengan coverage ratio yang sangat memadai ini, kata Mucharom, BRI tidak hanya mampu menjaga stabilitas neraca secara berkelanjutan, namun juga memberikan keyakinan kepada investor, regulator, dan seluruh stakeholders. 

"Bahwa perseroan memiliki fundamental yang kuat dalam menghadapi dinamika ekonomi, terutama di tengah kondisi tekanan ekonomi dan geopolitik global seperti perang tarif," ungkapnya.

Dari sisi penyaluran kredit, BRI mencetak penyaluran kredit sebesar Rp1.373,66 triliun hingga akhir kuartal I 2025 atau tumbuh 4,97 persen year on year (yoy). 

Menurut keterangan manajemen, penyaluran kredit ini didominasi oleh segmen UMKM dengan porsi mencapai 81,97 persen dari total kredit BRI, atau dengan nominal sebesar Rp1.126,02 triliun.(*)

Disclaimer:
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Hutama Prayoga

Hutama Prayoga telah meniti karier di dunia jurnalistik sejak 2019. Pada 2024, pria yang akrab disapa Yoga ini mulai fokus di desk ekonomi dan kini bertanggung jawab dalam peliputan berita seputar pasar modal.

Sebagai jurnalis, Yoga berkomitmen untuk menyajikan berita akurat, berimbang, dan berbasis data yang dihimpun dengan cermat. Prinsip jurnalistik yang dipegang memastikan bahwa setiap informasi yang disajikan tidak hanya faktual tetapi juga relevan bagi pembaca.