Logo
>

Deflasi Lima Bulan, Emiten Consumer Goods Masih bisa Bertahan

Ditulis oleh Hutama Prayoga
Deflasi Lima Bulan, Emiten Consumer Goods Masih bisa Bertahan

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Sejumlah pengamat memprediksi bahwa sejumlah emiten consumer goods masih bisa bertahan walaupun Indonesia telah mengalami deflasi selama lima bulan berturut-turut. Meskipun pergerakan sahamnya selalu berada di zona merah, emiten-emiten tersebut masih mampu bersaing.

    Senior Economist KB Valbury Sekuritas Fikri C Permana, mengatakan barang kebutuhan pokok akan tetap berjalan baik meski ada deflasi. "Kita lihat kemarin inflasi didorong karena core inflation, jadi saya masih melihat bahwa sektor-sektor terkait consumer masih cukup positif," ujar Fikri kepada Kabarbursa.com, Rabu, 2 Oktober 2024.

    Namun begitu, dia memandang pertumbuhan consumer goods akan berjalan lambat dibandingkan sektor-sektor lainnya. Sementara perbankan masih sektor yang bakal tumbuh karena terdorong pemangkasan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia, bulan lalu.

    Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti, menyebut deflasi pada September 2024 terlihat lebih dalam jika dibandingkan bulan sebelumnya. Adapun kelompok pengeluaran deflasi terbesar adalah makanan, minuman, dan tembakau dengan deflasi sebesar 0,59 persen dan memberikan andil deflasi sebesar 0,17 persen.

    Amalia menuturkan, deflasi pada September 2024 didorong oleh komponen bergejolak dan harga diatur pemerintah. Komponen harga bergejolak mengalami deflasi sebesar 1,34 persen.

    "Komoditas yang dominan memberikan andil deflasi adalah cabai merah, cabai rawit, telur ayam ras, daging ayam ras, dan tomat," ujar Amalia saat konferensi pers, Selasa, 1 Oktober 2024.

    Sementara komponen harga diatur pemerintahan, lanjut Amalia, mengalami deflasi sebesar 0,04 persen dengan andil deflasi sebesar 0,01 persen. Adapun komoditas yang berandil memberikan deflasi pada komponen harga diatur pemerintah adalah bensin.

    "Sebanyak 24 dari 38 provinsi Indonesia mengalami deflasi sedangkan 14 lainnya mengalami inflasi. Deflasi terdalam sebesar 0,92 persen terjadi di Papua barat sementara inflasi tertinggi terjadi di Maluku utara sebesar 0,56 persen," jelas Amalia.

    Sejumlah Emiten Memerah

    Sejumlah emiten consumer goods pada perdagangan saham hari ini dibuka merah. Beberapa di antaranya adalah PT Midi Utama Indonesia Tbk (MIDI), PT HM Sampoerna Tbk (HMSP), dan PT Mayora Indah Tbk (MYOR). Berikut analisis mengenai pergerakan saham ketiganya, mengutip data dari Stockbit, Rabu, 2 Oktober 2024.

    PT Mayora Indah Tbk (MYOR)

    PT Mayora Indah Tbk (MYOR) dikenal sebagai salah satu perusahaan konsumer terkemuka di Indonesia dengan portofolio produk makanan dan minuman yang luas, termasuk biskuit, kopi, permen, dan makanan ringan. Secara fundamental, MYOR memiliki keunggulan dalam menghadapi volatilitas ekonomi, terutama karena permintaan terhadap produk konsumen cenderung stabil bahkan dalam kondisi ekonomi yang bergejolak.

    Mengingat MYOR beroperasi di sektor makanan dan minuman yang esensial, perusahaan ini diuntungkan oleh pertumbuhan konsumsi domestik di Indonesia, terutama dengan pulihnya ekonomi pasca-pandemi. MYOR juga memiliki jaringan distribusi internasional yang kuat, terutama di Asia Tenggara, yang memungkinkan perusahaan untuk terus menumbuhkan pendapatan ekspor.

    Kenaikan harga komoditas global dapat mempengaruhi margin keuntungan MYOR. Meskipun perusahaan ini memiliki strategi pengelolaan biaya yang baik, fluktuasi harga bahan baku seperti gula, gandum, dan minyak nabati tetap menjadi tantangan.

    Untuk jangka pendek, pergerakan harga MYOR perlu diawasi dengan cermat, terutama di sekitar level support Rp2.890 dan resistensi Rp2.980. Penembusan salah satu level ini bisa menjadi sinyal kuat bagi investor dalam mengambil keputusan.

    Bagi investor jangka panjang, saham MYOR tetap menarik karena fundamental bisnis yang kuat dan dominasi di sektor konsumer. Namun, perlu diingat bahwa volatilitas jangka pendek dapat memengaruhi harga saham ini dalam beberapa waktu mendatang.

    PT HM Sampoerna Tbk (HMSP)

    PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP) merupakan salah satu perusahaan produsen rokok terbesar di Indonesia dengan berbagai merek terkenal, termasuk Sampoerna A dan Dji Sam Soe. Meskipun sektor industri rokok sering kali dihadapkan pada regulasi yang ketat dan potensi peningkatan cukai, HMSP tetap menjadi pemain besar dengan pangsa pasar yang signifikan.

    Berdasarkan data yang ada, HMSP saat ini sedang dalam fase penurunan (downtrend) dengan tekanan jual yang kuat. Berikut beberapa level harga penting yang perlu diperhatikan:

    1. Support di Rp735: Harga terendah dalam sesi ini menjadi level support penting bagi HMSP. Jika harga terus bertahan di atas level ini, ada peluang terjadinya rebound. Namun, jika level ini ditembus ke bawah, potensi penurunan lebih lanjut dapat terjadi, menguji support berikutnya di kisaran Rp700-Rp710.
    2. Resistance di Rp775: Harga pembukaan sekaligus harga tertinggi pada sesi ini menjadi resistensi jangka pendek. Untuk membalikkan tren penurunan ini, HMSP perlu menembus level Rp775 dan mempertahankan pergerakan di atasnya untuk menarik minat beli yang lebih besar.
    3. Auto Rejection (ARA dan ARB): Rentang ARA berada di Rp935 dan ARB di Rp565. Ini memberi gambaran batas fluktuasi maksimum saham dalam satu sesi perdagangan.

    HMSP memiliki pangsa pasar yang sangat besar di industri rokok Indonesia, terutama di segmen rokok kretek yang populer. HMSP juga secara aktif mengembangkan lini produknya untuk mengatasi tantangan peraturan dan perubahan preferensi konsumen, termasuk di pasar rokok elektrik dan produk tembakau alternatif.

    Salah satu risiko utama bagi HMSP adalah potensi kenaikan cukai rokok yang dapat berdampak pada margin keuntungan. Peningkatan beban cukai bisa menyebabkan kenaikan harga jual yang berpotensi menekan volume penjualan. Peraturan pemerintah yang lebih ketat terkait penjualan dan iklan rokok dapat menjadi hambatan bagi pertumbuhan pendapatan HMSP di masa mendatang.

    Berdasarkan analisis teknikal dan fundamental, saham HMSP saat ini sedang berada di fase konsolidasi dalam tren penurunan. Untuk investor jangka pendek, level support di Rp735 menjadi area penting yang perlu diawasi. Jika harga berhasil bertahan dan rebound dari level ini, ada potensi kenaikan menuju resistensi di Rp775.

    Untuk jangka panjang, HMSP masih memiliki prospek yang kuat sebagai pemimpin pasar di industri rokok Indonesia, meskipun tekanan dari regulasi dan kenaikan cukai tetap menjadi tantangan yang perlu diwaspadai.

    PT Midi Utama Indonesia Tbk (MIDI)

    Saham PT Midi Utama Indonesia Tbk (MIDI) mengalami penurunan cukup signifikan dalam sesi perdagangan terakhir, turun sebesar 3,46 persen atau 16 poin, dengan harga akhir berada di Rp446. Pada artikel ini, kita akan menganalisis pergerakan saham MIDI dan prospek ke depannya berdasarkan data perdagangan terbaru.

    Berdasarkan data teknikal, saham MIDI saat ini berada dalam fase koreksi setelah mengalami tekanan jual yang cukup kuat. Berikut beberapa level kunci yang perlu diperhatikan:

    1. Support di Rp444: Harga terendah pada sesi ini menjadi support penting yang perlu diawasi. Jika level ini bertahan, ada potensi saham MIDI untuk rebound.
    2. Resistance di Rp464: Harga tertinggi pada sesi ini sekaligus menjadi resistensi jangka pendek. Jika saham berhasil menembus level ini, maka momentum kenaikan dapat berlanjut menuju target berikutnya.
    3. Auto Rejection (ARA dan ARB): Batas ARA berada di Rp575, sementara ARB di Rp348. Ini memberikan gambaran potensi fluktuasi harga dalam satu sesi perdagangan.

    Sebagai salah satu pemain utama di sektor ritel, MIDI memiliki jaringan luas yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia, dan beroperasi di segmen ritel yang terus berkembang dengan baik.

    Dengan meningkatnya urbanisasi dan perubahan gaya hidup konsumen, segmen ritel modern seperti Alfamidi mengalami pertumbuhan signifikan. Ekspansi gerai baru dan inovasi dalam layanan digital juga berkontribusi pada pertumbuhan bisnis.

    MIDI terus mengembangkan portofolio produknya, termasuk layanan pengiriman barang dan penjualan produk segar, yang diharapkan dapat meningkatkan daya saingnya di pasar yang kompetitif.

    Salah satu tantangan utama bagi bisnis ritel adalah meningkatnya biaya operasional, termasuk biaya sewa dan logistik, yang dapat menekan margin keuntungan.

    Persaingan di industri ritel, terutama dari pemain besar seperti Indomaret dan supermarket besar lainnya, menjadi tantangan bagi MIDI dalam mempertahankan pangsa pasarnya.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Hutama Prayoga

    Hutama Prayoga telah meniti karier di dunia jurnalistik sejak 2019. Pada 2024, pria yang akrab disapa Yoga ini mulai fokus di desk ekonomi dan kini bertanggung jawab dalam peliputan berita seputar pasar modal.

    Sebagai jurnalis, Yoga berkomitmen untuk menyajikan berita akurat, berimbang, dan berbasis data yang dihimpun dengan cermat. Prinsip jurnalistik yang dipegang memastikan bahwa setiap informasi yang disajikan tidak hanya faktual tetapi juga relevan bagi pembaca.