KABARBURSA.COM — Struktur keuangan PT Cakra Buana Resources Energi Tbk (CBRE) memasuki fase krusial. Dengan rasio utang terhadap ekuitas (debt to equity ratio/DER) mencapai sekitar 190 persen per kuartal I 2025, rencana perseroan mengakuisisi kapal pipe-laying senilai USD100 juta menjadi ujian berat bagi kapasitas leverage dan ketahanan modalnya.
Dalam laporan keuangan interim per 31 Maret 2025, total aset CBRE tercatat Rp340,7 miliar, sedangkan liabilitas mencapai Rp222,26 miliar. Dari jumlah itu, utang bank jangka panjang menempati porsi dominan sebesar Rp108,58 miliar. Ekuitas perseroan hanya Rp118,46 miliar, mencerminkan struktur modal yang masih rapuh di tengah rencana ekspansi besar.
Sementara kinerja keuangan masih terbatas, saham CBRE justru melesat tajam. Dalam enam hari perdagangan terakhir, harga saham melonjak dari Rp735 menjadi Rp1.810, atau naik sekitar 146 persen. Nilai transaksi pada 8 Oktober 2025 menembus Rp1,08 triliun, dengan volume lebih dari 6 juta lembar dan frekuensi 152 ribu kali.
Lebih jauh, selama tiga bulan pertama tahun ini, beban bunga sudah mencapai Rp3,3 miliar, dengan laba bersih hanya Rp1,33 miliar. Margin laba yang tipis memperlihatkan kemampuan bayar utang masih terbatas.
Bila proyek akuisisi kapal offshore Hai Long 106 berjalan tanpa dukungan pendanaan ekuitas yang kuat, tekanan likuiditas CBRE akan meningkat tajam.
Dalam keterbukaan informasi, CBRE menyebut nilai transaksi akuisisi kapal Hai Long 106 mencapai USD100 juta atau sekitar Rp1,55 triliun dengan kurs konservatif Rp15.500 per dolar AS. Nilai itu setara 13 kali ekuitas perseroan saat ini.
Kapal tersebut akan digunakan untuk memperluas kegiatan usaha ke segmen offshore engineering dan pipe-laying. Perseroan menyampaikan bahwa proses re-flagging, title transfer, dan finalisasi pembelian ditargetkan rampung pada Desember 2025, dengan operasional komersial dimulai kuartal I 2026.
Namun hingga kini, sumber pendanaan akuisisi belum dipastikan. Perseroan hanya menyebut akan mengandalkan kombinasi pinjaman dan dana hasil Penambahan Modal dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMHMETD) yang masih dalam tahap perencanaan.
CBRE telah mengumumkan rencana PMHMETD dengan jumlah maksimal 48 miliar saham baru bernominal Rp25 per saham. Jika seluruhnya diterbitkan, total saham beredar bisa meningkat dua kali lipat.
Di satu sisi, langkah ini berpotensi memperkuat permodalan. Namun di sisi lain, risiko dilusi terhadap laba per saham (EPS) sangat besar, terutama jika harga pelaksanaan berada di kisaran bawah.
Dengan beban utang eksisting dan rencana ekspansi triliunan rupiah, kombinasi antara gearing tinggi dan potensi dilusi menjadi dilema struktural bagi CBRE. Jika tambahan modal tidak terserap penuh, perseroan mungkin harus menempuh opsi pembiayaan jangka panjang baru, yang dapat memperburuk profil leverage-nya.
Kinerja operasional CBRE sejatinya menunjukkan kenaikan pendapatan, namun tidak cukup untuk memperkuat posisi keuangan. Pendapatan kuartal I 2025 sebesar Rp21,68 miliar naik 43 persen secara tahunan, tetapi laba bersih justru turun dari Rp1,94 miliar menjadi Rp1,33 miliar.
Beban umum dan administrasi naik signifikan menjadi Rp3,77 miliar, sementara margin laba bersih menyusut menjadi sekitar 6 persen. Dengan struktur utang yang besar, rasio interest coverage CBRE diperkirakan di bawah 1 kali, artinya laba operasional belum mampu menutup beban bunga tahunan sepenuhnya.
Kas dan setara kas CBRE pada Maret 2025 tercatat Rp5,36 miliar, naik dari Rp3,25 miliar di akhir 2024, namun masih jauh dari kebutuhan ekspansi.
Di sisi lain, liabilitas sewa pembiayaan mencapai Rp12,17 miliar dan pendapatan diterima dimuka Rp11,3 miliar, menandakan komitmen jangka pendek yang cukup berat.
Jika akuisisi kapal senilai USD100 juta terealisasi tanpa pendanaan yang proporsional, DER CBRE berpotensi melonjak di atas 1.000 persen. Dalam skenario tersebut, setiap kenaikan bunga pinjaman akan langsung menekan profitabilitas. (*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.