KABARBURSA.COM - PT Darma Henwa Tbk (DEWA) mengumumkan rencana terkait penyelesaian kewajiban finansial melalui mekanisme Penambahan Modal Tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMTHMETD).
Direktur dan Sekretaris Perusahaan DEWA Ahmad Hilyadi mengungkapkan bahwa langkah PMTHMETD ini dilakukan dalam upaya memperbaiki struktur keuangan dan mengurangi beban utang perusahaan kepada para kreditur yang terafiliasi.
"DEWA memiliki dua pos utang utama yang memenuhi persyaratan untuk dilakukan konversi melalui PMTHMETD, yakni utang kepada PT Madhani Talatah Nusantara (MTN) dan PT Andhesti Tungkas Pratama (ATP), yang totalnya mencapai lebih dari Rp1 triliun," kata Ahmad dalam keterangan resminya, Selasa, 31 Desember 2024.
Secara rinci, rencana ini mengarah pada penerbitan sebanyak 17.167.935.215 saham baru, yang setara dengan sekitar 44 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh perseroan setelah PMTHMETD.
Saham baru tersebut, ujar Ahmad, akan dijual kepada para kreditur, sebagai bagian dari proses penyelesaian kewajiban finansial perusahaan. Saham baru akan diterbitkan dengan harga Rp65 per saham.
Adapun manfaat yang diharapkan dari pelaksanaan PMTHMETD ini antara lain penurunan rasio utang terhadap ekuitas (DER) yang akan memperkuat neraca keuangan perusahaan, beban bunga yang harus dibayar perusahaan berkurang dengan konversi utang menjadi saham.
"Selain itu, dengan menurunnya rasio utang, perusahaan diharapkan memiliki lebih banyak ruang untuk mencari pendanaan baru guna ekspansi dan pengembangan usaha di masa depan," tegas Ahmad.
Tak hanya itu, penyelesaian kewajiban utang dan pengurangan beban keuangan diharapkan akan meningkatkan nilai perusahaan bagi pemegang saham.
Detail Utang yang akan Dikonversi
Terdapat dua kelompok utama kreditur yang terlibat dalam konversi utang melalui PMTHMETD:
- Utang kepada MTN: Perseroan memiliki utang usaha kepada MTN sebesar Rp756.990.789.000 yang timbul dari kontrak jasa penambangan. Berdasarkan perjanjian penyelesaian yang telah disepakati, utang ini akan dikonversi menjadi sekitar 11,64 miliar saham baru, yang akan memberi MTN sekitar 29,84 persen dari modal ditempatkan dan disetor Perseroan setelah PMTHMETD.
- Utang kepada ATP: Perseroan juga memiliki pinjaman bridging kepada ATP sebesar Rp358.925.000.000. Berdasarkan perjanjian penyelesaian dengan ATP, utang ini akan dikonversi menjadi sekitar 5,52 miliar saham biasa Seri B, yang akan memberi ATP sekitar 14,15 persen dari modal ditempatkan dan disetor Perseroan.
Pelaksanaan RUPSLB
Rencana PMTHMETD ini membutuhkan persetujuan dari pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB), yang direncanakan pada 13 Februari 2025. Setelah mendapatkan persetujuan, pelaksanaan PMTHMETD akan dilakukan dengan jadwal yang diatur sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Proses ini akan dilaksanakan paling lambat pada 31 Juli 2025.
Setelah proses PMTHMETD selesai, DEWA berharap dapat mengurangi beban utang dan memperbaiki struktur permodalan, yang pada gilirannya diharapkan dapat meningkatkan fleksibilitas keuangan perusahaan serta meningkatkan nilai perusahaan di mata pemegang saham.
Proses konversi utang menjadi saham ini akan membawa perusahaan lebih dekat ke tujuan finansialnya, sekaligus memberi kesempatan bagi para kreditur untuk menjadi pemegang saham dalam perusahaan yang telah mereka bantu restrukturisasinya.
Keuangan DEWA hingga Kuartal II
Berdasarkan laporan keuangan kuartal kedua 2024, perusahaan mencatat laba bersih sebesar Rp14,2 miliar, naik dari Rp12,8 miliar pada periode yang sama tahun 2023. Namun, margin laba bersih perusahaan masih rendah di angka 0,5 persen, dengan margin EBITDA sebesar 14,2 persen.
Dibandingkan dengan pesaingnya, seperti PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID) yang memiliki margin laba operasi 8 persen, DEWA masih memiliki ruang yang cukup besar untuk perbaikan kinerja.
Pendapatan emiten afiliasi Bakrie Group ini pada semester pertama 2024 tercatat sebesar Rp2,9 triliun, turun 19,4 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Meski pendapatan turun, laba kotor mencapai Rp217,4 miliar, dengan margin laba kotor sebesar 7,5 persen.
EBITDA tercatat sebesar Rp411,3 miliar, namun laba operasi mengalami penyusutan dari Rp582,44 miliar pada periode yang sama tahun lalu menjadi Rp255,43 miliar.
Di sisi lain, Darma Henwa juga memiliki beban keuangan yang cukup tinggi, tercatat sebesar Rp602,83 miliar, meningkat dari Rp583,47 miliar pada periode yang sama tahun lalu. Meskipun demikian, perusahaan masih menunjukkan kemajuan dalam laba sebelum pajak yang naik menjadi Rp110,03 miliar, dari sebelumnya Rp100,03 miliar.
Dengan total aset mencapai Rp7,48 triliun dan total liabilitas sebesar Rp25,30 triliun, DEWA masih menghadapi tantangan dalam menjaga keseimbangan antara utang dan ekuitas.
Meskipun DEWA memiliki potensi besar, investor harus berhati-hati terhadap rasio utang yang cukup tinggi, dengan debt-to-equity ratio sebesar 1,26 dan debt-to-EBITDA sebesar 10,14. Ini menunjukkan beban utang yang cukup berat, yang berpotensi menjadi tantangan di masa depan jika tidak dikelola dengan baik. (*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.