KABARBURSA.COM - Tiga hari berturut-turut saham PT Arsy Buana Travelindo Tbk (IDX: HAJJ) terkunci di zona Auto Reject Bawah (ARB). Kondisi ini memicu kegelisahan di kalangan investor ritel.
Harga saham yang sebelumnya sempat menyentuh level tertinggi di Rp288 kini tergerus tajam hingga ke Rp212 per saham, turun lebih dari 25 persen hanya dalam hitungan hari.
Namun di balik gejolak harga yang mencolok ini, sejumlah analis dan pelaku pasar justru melihat potensi pergerakan balik yang cukup menjanjikan.
Apakah ini momen panik semata, atau justru peluang tersembunyi menjelang laporan keuangan semester pertama 2025?
Namun tak semua melihat situasi ini sebagai sinyal bahaya. Pengamat pasar modal Hasan Zein Mahmud menilai, gejolak harga yang terjadi bukanlah tanpa alasan.
“Tekanan yang menimpa HAJJ justru merupakan bagian dari siklus pasar yang lebih luas, dan bisa menjadi titik awal untuk pembalikan arah jika dilihat dari kacamata fundamental,” tulis Hasan dalam risetnya, dikutip Jumat, 23 Mei 2025.
Laba Bersih Kuartal I-2025 Naik Signifikan
Dari sisi kinerja, HAJJ sebenarnya mencatatkan pencapaian luar biasa di awal tahun ini. Laporan keuangan kuartal I-2025 menunjukkan lonjakan laba bersih yang signifikan.
Laba per saham (EPS) yang semula hanya Rp4,32 pada periode yang sama tahun lalu, melonjak hampir tiga kali lipat menjadi Rp11,72. Angka ini memberi sinyal kuat bahwa bisnis perusahaan tengah berkembang pesat.
Kinerja keuangan yang solid itu pun sempat direspons pasar dengan kenaikan harga saham yang agresif.
Dalam kurun waktu setahun, harga HAJJ melonjak dari Rp72 ke puncaknya di Rp288—naik lebih dari 300 persen. Lonjakan inilah yang kemudian memunculkan antusiasme tinggi terhadap saham ini.
Konversi Waran ke Saham Tekan Harga
Namun di balik euforia, ada dinamika yang ikut menekan harga. Salah satunya adalah aktivitas konversi waran ke saham. Banyak investor memanfaatkan perbedaan harga antara waran dan saham induk untuk meraih keuntungan instan.
“Strateginya sederhana, beli waran murah, konversi menjadi saham, lalu jual saham tersebut ke pasar,” ujar mantan bos BEI ini.
Mekanisme ini, menurut Hasan, membuat suplai saham HAJJ di pasar meningkat drastis. Hanya dalam satu hari, 22 Mei kemarin, lebih dari 30 juta saham baru masuk ke pasar.
Lonjakan suplai ini memperberat tekanan jual dan membuat harga saham tertekan secara abnormal.
Meski begitu, Hasan Zein melihat tekanan ini tidak akan bertahan lama. Ia menyebut, penurunan dalam beberapa hari terakhir kemungkinan besar menjadi koreksi terakhir sebelum saham ini berbalik arah.
Apalagi, laporan keuangan semester pertama diperkirakan masih akan mencatatkan kinerja positif, didukung oleh musim haji yang menjadi momen puncak bagi bisnis perusahaan.
HAJJ Ke Arah yang Lebih Sehat
Lebih jauh, ia menilai bahwa secara struktur, HAJJ justru sedang menuju tahap yang lebih sehat. Dengan bertambahnya jumlah saham beredar, likuiditas saham meningkat, membuatnya lebih atraktif bagi investor institusi.
Dana hasil konversi waran bisa dimanfaatkan untuk memperluas jangkauan bisnis, dan kapitalisasi pasar saat ini masih jauh lebih tinggi dibanding saat perusahaan pertama kali melantai di bursa.
Semua indikator ini, menurut Hasan Zein, bisa menjadi bahan bakar baru untuk mendorong HAJJ naik kelas ke papan perdagangan yang lebih tinggi.
Maka meski tekanan jangka pendek terlihat mencolok, sinyal pemulihan tetap terbuka. Investor yang hanya fokus pada pergerakan harga harian mungkin terpancing panik.
Tapi, bagi mereka yang memandang lebih jauh, ini bisa jadi saat terbaik untuk bersikap tenang, mencermati ulang potensi fundamental, dan bersiap jika peluang itu benar-benar muncul.(*)