KABARBURSA.COM - PT Trimegah Bangun Persada Tbk atau Harita Nickel (IDX: NCKL) membukukan kinerja keuangan yang impresif pada kuartal pertama 2025, dengan pertumbuhan signifikan baik dari sisi pendapatan maupun laba bersih.
Di tengah tekanan harga nikel global dan ketidakpastian ekonomi, NCKL tetap mampu menunjukkan kekuatan fundamentalnya dengan strategi efisiensi operasional yang terukur.
Perusahaan berhasil mencetak pendapatan sebesar Rp7,13 triliun, meningkat 18,12 persen secara tahunan dibandingkan kuartal pertama 2024. Lonjakan pendapatan ini sebagian besar ditopang oleh kontribusi kuat dari lini pengolahan nikel, khususnya melalui operasi hilir dan produk turunan nikel bernilai tinggi. Bisnis ini menjadi tulang punggung NCKL dengan dominasi 83 persen terhadap total pendapatan.
Di sisi laba bersih, NCKL mencatatkan lonjakan 65,47 persen secara tahunan menjadi Rp1,66 triliun. Pertumbuhan ini mencerminkan efisiensi biaya yang berhasil dilakukan secara konsisten oleh manajemen, terutama dalam menekan beban operasional yang tetap terkendali di tengah peningkatan volume produksi dan ekspansi fasilitas pemrosesan seperti HPAL dan smelter feronikel.
Dari sisi margin, laba kotor tercatat sebesar Rp2,10 triliun, sementara net profit margin naik signifikan menjadi 23,39 persen, tumbuh 32,90 persen dibandingkan tahun lalu. Margin ini menunjukkan bahwa NCKL mampu mempertahankan profitabilitas bahkan saat harga nikel mengalami tren penurunan selama dua tahun terakhir. Pendekatan ini juga terefleksi pada return on assets (ROA) sebesar 6 persen dan return on capital (ROC) sebesar 6,76 persen, mencerminkan efektivitas penggunaan modal dan aset perusahaan.
Meski dari sisi EBITDA tercatat penurunan sebesar 20,77 persen menjadi Rp1,68 triliun, kondisi ini tidak mengganggu laju pertumbuhan laba bersih, yang justru menunjukkan bahwa strategi penghematan beban pajak dan efisiensi lainnya berhasil menjaga performa bottom-line perusahaan.
NCKL juga menunjukkan penguatan dalam struktur neraca. Total aset perusahaan tercatat sebesar Rp52,25 triliun, naik 15,38 persen, sementara total liabilitas menurun 6,49 persen menjadi Rp15,80 triliun. Keseimbangan ini menghasilkan total ekuitas sebesar Rp36,45 triliun, menandakan posisi modal yang sangat kuat dan sehat untuk mendukung ekspansi berkelanjutan ke depan. Rasio price to book (PBV) yang berada di level 1,46 kali memperlihatkan bahwa valuasi saham masih dalam zona wajar.
Namun, tantangan tetap ada dari sisi likuiditas jangka pendek. Arus kas dari aktivitas operasional menurun drastis 87,85 persen menjadi Rp197,80 miliar, dan net change in cash berbalik negatif menjadi Rp2,13 triliun. Hal ini disebabkan oleh arus kas investasi sebesar Rp1,35 triliun dan pembiayaan yang juga negatif Rp1,30 triliun, mengindikasikan perusahaan sedang dalam fase ekspansi dan belanja modal intensif—sebuah dinamika umum untuk emiten yang tengah memperkuat lini produksi dan memperluas kapabilitas industri.
Di tengah dinamika pasar dan harga komoditas yang fluktuatif, laporan ini menegaskan bahwa kinerja NCKL tetap solid, dan prospeknya masih sangat menarik untuk diperhatikan investor jangka menengah hingga panjang. Kombinasi pertumbuhan pendapatan, laba bersih yang impresif, efisiensi biaya, serta penguatan struktur modal menjadikan NCKL sebagai salah satu emiten nikel yang berpotensi menonjol di sektor pertambangan tahun ini.
Potensi Pembagian Dividen Semakin Terbuka
Di sisi lain, capaian ini tidak hanya mempertegas efisiensi operasional yang dijalankan manajemen, tetapi juga menjadi katalis penting bagi prospek saham NCKL ke depan. Investor mulai menaruh perhatian terhadap potensi pembagian dividen, peluang revaluasi target harga saham, hingga penguatan keyakinan jangka panjang terhadap fundamental emiten nikel ini.
Dengan pencapaian laba bersih yang signifikan, perhatian investor kini tertuju pada kemungkinan pembagian dividen di tahun berjalan. Harita Nickel sebelumnya telah menunjukkan komitmennya terhadap pemegang saham melalui kebijakan dividen. Pada tahun buku 2023, NCKL membagikan dividen tunai sebesar Rp1,6 triliun atau sekitar Rp26,72 per saham, setara dengan 30 persen dari laba bersih.
Jika tren pertumbuhan laba berlanjut hingga akhir 2025, maka perusahaan berpeluang untuk mempertahankan atau bahkan meningkatkan rasio pembagian dividen. Hal ini menjadi daya tarik tersendiri bagi investor yang mencari kombinasi pertumbuhan modal dan pendapatan pasif dari dividen saham sektor tambang.
Revaluasi Saham oleh Analis Mulai Menguat
Peningkatan laba bersih yang solid dan manajemen biaya yang efisien turut memicu revisi target harga saham oleh sejumlah analis. Salah satunya adalah Samuel Sekuritas yang memberikan rekomendasi "Buy" untuk saham NCKL dengan target harga Rp1.200 per saham, yang mencerminkan potensi kenaikan hingga 44 persen dari level harga saat ini. Revisi ini turut didukung oleh proyeksi pertumbuhan laba bersih hingga Rp9,38 triliun pada akhir 2025, seiring rampungnya proyek hilirisasi strategis dan efisiensi yang terus ditingkatkan.
Proyeksi ini menjadi sinyal kuat bahwa valuasi saham NCKL dapat mengalami re-rating ke level yang lebih tinggi, terutama jika perusahaan mampu mempertahankan pertumbuhan dan tata kelola keuangan yang stabil.
Salah satu indikator paling kuat terhadap prospek jangka panjang suatu saham adalah keyakinan dari investor institusi besar. Dalam hal ini, Harita Nickel memperoleh kepercayaan dari investor global. Vanguard, salah satu manajer investasi terbesar dunia, tercatat telah meningkatkan kepemilikan saham NCKL menjadi 313,97 juta lembar saham pada April 2025, menjadikannya sebagai pemegang saham terbesar kedua di perusahaan.
Langkah ini mencerminkan keyakinan terhadap posisi strategis NCKL dalam industri nikel global, terutama dalam konteks peningkatan permintaan nikel untuk baterai kendaraan listrik dan keberhasilan perusahaan dalam menerapkan standar lingkungan dan tata kelola berkelanjutan (ESG). Progres audit Responsible Minerals Assurance Process (RMAP) dan IRMA yang dijalankan NCKL turut memperkuat persepsi positif dari investor jangka panjang.
Volatilitas Tinggi, Tapi Minat Asing Tetap Kuat
Saham NCKL saat ini diperdagangkan di rentang harga Rp620–Rp640 per saham, mengalami koreksi dari level harga penawaran umum perdana (IPO) yang sempat mencapai Rp1.250 per saham. Dalam rentang waktu tiga bulan terakhir, saham ini telah mencatatkan titik tertinggi di sekitar Rp900 dan titik terendah di sekitar Rp570, mencerminkan tingkat volatilitas yang tinggi dalam pergerakan harga.
Meskipun terjadi penurunan harga, likuiditas saham tetap terjaga dengan volume perdagangan harian rata-rata mencapai 39,4 juta saham, dan nilai transaksi berada di kisaran Rp26,2 miliar. Data ini mengindikasikan bahwa saham NCKL masih menarik perhatian pelaku pasar, baik dari investor ritel maupun institusi.
Minat investor asing terhadap saham Harita Nickel juga masih tergolong tinggi. Sejak IPO, NCKL telah menarik partisipasi investor institusional dari berbagai kawasan, termasuk Eropa, Amerika Serikat, dan Asia. Keterlibatan institusi asing ini mencerminkan keyakinan terhadap fundamental perusahaan serta posisi strategis NCKL dalam rantai pasok nikel global, terutama dalam konteks hilirisasi dan keberlanjutan.
Sejumlah analis pasar modal juga masih memberikan pandangan positif terhadap saham NCKL. Hal ini didukung oleh kinerja keuangan yang kuat dan strategi operasional yang efisien.
OCBC Sekuritas, misalnya, memberikan rekomendasi “Buy” dengan target harga Rp1.100 per saham. Sementara itu, Edvisor Profina memberikan rentang target harga antara Rp800 hingga Rp850 per saham.
Samuel Sekuritas menjadi salah satu yang paling optimis dengan memberikan target harga Rp1.200, mencerminkan potensi kenaikan sekitar 44 persen dari harga pasar saat ini. Optimisme ini didasarkan pada proyeksi bahwa laba bersih NCKL untuk tahun penuh 2025 dapat mencapai Rp9,38 triliun, seiring dengan rampungnya proyek-proyek strategis seperti smelter feronikel dan fasilitas HPAL.
Namun demikian, tidak semua pandangan bersifat agresif. BCA Sekuritas menurunkan target harga saham NCKL menjadi Rp770 per saham, dengan mempertimbangkan potensi tekanan pada margin laba produk nickel pig iron (NPI) dan nikel olahan HPAL di tengah tren pelemahan harga nikel global.
Saham NCKL Cocok untuk Jangka Panjang dan Fokus ESG
Dengan rasio Price to Earnings (P/E) yang diperkirakan berada di kisaran 6 kali untuk FY2025, saham NCKL saat ini diperdagangkan pada valuasi yang relatif menarik, terutama jika dibandingkan dengan rerata industri pertambangan nikel yang berkisar antara 5 hingga 20 kali. Hal ini membuka peluang bagi investor jangka menengah hingga panjang untuk masuk di level harga yang lebih rendah, dengan potensi apresiasi harga saham ke depan.
Selain itu, NCKL memiliki kebijakan pembagian dividen minimal 30 persen dari laba bersih, seperti yang telah dijalankan pada tahun buku 2023. Bagi investor yang mencari saham dengan potensi pendapatan pasif dan stabilitas fundamental, saham NCKL layak dipertimbangkan.
Dengan peran strategis dalam rantai pasok nikel baterai dan komitmen terhadap praktik tambang berkelanjutan melalui proses sertifikasi RMAP dan IRMA, NCKL juga menjadi pilihan menarik bagi investor yang mempertimbangkan aspek ESG (Environmental, Social, Governance) dalam portofolionya.
Meski begitu, penting untuk tetap memperhatikan faktor risiko seperti volatilitas harga komoditas global, sentimen pasar terhadap sektor pertambangan, serta perkembangan kebijakan pemerintah terkait hilirisasi dan ekspor nikel.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.