Logo
>

Dipicu Perang, IHSG Melemah dengan Outflow Asing Rp4,6 Triliun

IHSG turun 3,61% pekan lalu. IPOT rekomendasikan saham BRPT, BBNI, ISAT, dan Obligasi FR0097 untuk diversifikasi saat pasar penuh tekanan global.

Ditulis oleh Desty Luthfiani
Dipicu Perang, IHSG Melemah dengan Outflow Asing Rp4,6 Triliun
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pekan lalu ditutup melemah signifikan sebesar 3,61 persen

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pekan lalu ditutup melemah signifikan sebesar 3,61 persen sepanjang pekan yang berakhir Jumat, 20 Juni 2025. IHSG tercatat pada penutupan perdagangan Jumat, 20 Juni 2025 kemarin berada di level 6.907, turun dari pekan sebelumnya. 

    Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas (IPOT), David Kurniawan, membeberkan melemahnya indeks diiringi dengan arus keluar dana asing yang cukup besar, yaitu mencapai Rp4,6 triliun di pasar reguler.

    Ia menkelaskan tekanan yang dialami IHSG pekan lalu juga ditandai dengan sinyal teknikal negatif. Menurut dia saat ini IHSG sudah menembus level psikologis 7.000 dan membentuk pola double top pada grafik harian. 

    “Hal ini dikonfirmasi pada perdagangan Jumat lalu bahwa area neckline dari double top sudah tertembus dan cenderung mengarah bearish," ujarnya melalui keterangan resmi David pada Senin, 23 Juni 2025.

    Dari sisi eksternal, pelemahan IHSG tidak lepas dari berbagai sentimen global. Ketegangan geopolitik antara Amerika Serikat dan kawasan Timur Tengah sempat mereda setelah Presiden AS menunda aksi militer terhadap Iran selama dua minggu guna memberi ruang bagi diplomasi.

    Meski demikian, ketidakpastian masih tinggi, terutama karena harga minyak dunia yang tetap fluktuatif di kisaran 75 hingga 78 dolar AS per barel.

    Selain itu, keputusan Federal Reserve untuk mempertahankan suku bunga di level 4,25 hingga 4,50 persen turut memberi tekanan. Pasar menilai kebijakan ini bersifat hawkish karena inflasi di AS masih tinggi. Sebaliknya, bank sentral di negara lain seperti Swiss dan Norwegia memilih memangkas suku bunga untuk menyesuaikan diri dengan pelemahan mata uang dan tekanan ekonomi domestik mereka.

    Sementara dari dalam negeri, Bank Indonesia juga memutuskan untuk menahan suku bunga acuannya di level 5,50 persen. Kebijakan ini ditempuh guna menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, yang tengah mendapat tekanan dari penguatan dolar AS dan kebijakan moneter global yang ketat.

    David juga menyoroti pentingnya pengembangan energi terbarukan di dalam negeri. Pemerintah Indonesia menargetkan bauran energi terbarukan mencapai 23 persen pada tahun 2025. Ini menjadi langkah penting dalam upaya transisi energi bersih nasional.

    Memasuki pekan ini yang hanya berlangsung selama empat hari perdagangan karena libur Tahun Baru Islam pada Jumat, 27 Juni 2025, IPOT menyarankan investor untuk lebih cermat menghadapi dua sentimen utama, yakni dinamika geopolitik dan pergerakan harga energi.

    "Geopolitik antara Israel dan Iran masih krusial. Jika konflik mereda, harga minyak cenderung turun dan saham sektor konsumen akan diuntungkan. Sebaliknya, jika eskalasi meningkat, sektor energi dan pertahanan akan lebih menarik," kata David.

    Untuk merespons dinamika pasar tersebut, IPOT merekomendasikan sejumlah saham yang dinilai potensial berdasarkan analisis teknikal maupun fundamental.

    Salah satu yang menjadi pilihan utama adalah PT Barito Pacific Tbk (BRPT) yang bergerak di sektor petrokimia dan energi. Saat ini harga saham BRPT berada di level Rp1.500 per saham, dengan target penguatan ke Rp1.600 atau potensi kenaikan sekitar 6,67 persen.

    Saham BRPT dinilai menarik karena tengah berada dalam tren naik (uptrend) dan saat ini sedang mengalami fase konsolidasi yang memberikan peluang entry dengan risiko terukur. Selain itu, posisi BRPT sejalan dengan target pemerintah dalam mempercepat transisi ke energi bersih.

    Rekomendasi kedua adalah saham PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) yang beroperasi di sektor perbankan. Saham BBNI berada pada harga Rp4.110 dan direkomendasikan untuk dibeli dengan target harga Rp4.300 atau potensi kenaikan sebesar 4,62 persen.

    Meskipun secara teknikal saham ini sedang bergerak menurun, namun saat ini berada di area support penting sehingga menawarkan peluang entry yang menarik dengan risiko yang sangat terbatas. Kebijakan Bank Indonesia yang menahan suku bunga turut menjadi sentimen positif bagi sektor perbankan.

    Selanjutnya, IPOT juga merekomendasikan saham PT Indosat Tbk (ISAT) yang bergerak di sektor telekomunikasi. Harga saham ISAT berada di level Rp2.100 per saham dengan target penguatan ke Rp2.250 atau potensi naik sekitar 7,14 persen.

    Secara teknikal, pergerakan harga ISAT masih dalam tren positif, di mana candlestick-nya terus berada di atas moving average lima hari (MA5). Jika saham ini mampu menembus area konsolidasi dengan volume besar, maka peluang penguatan lebih lanjut terbuka lebar.

    Tak hanya saham, IPOT juga memperkenalkan produk investasi baru di segmen obligasi, yaitu IPOT Bond. Melalui platform ini, investor ritel dapat mengakses produk obligasi pemerintah dengan harga lebih kompetitif.

    Salah satu seri yang direkomendasikan adalah Obligasi Negara FR0097. Obligasi ini memiliki tenor 10 tahun dan menawarkan kupon tahunan sebesar 7,125 persen. Tanggal jatuh tempo obligasi ini pada 15 Juni 2043, dengan imbal hasil hingga jatuh tempo (yield to maturity) yang saat ini tercatat di level 6,9 persen.

    Angka ini lebih tinggi dari rata-rata yield obligasi 10 tahun Indonesia (ID10Y), sehingga menjadi pilihan menarik untuk diversifikasi portofolio di tengah volatilitas pasar saat ini.

    Dengan kombinasi antara saham sektor energi, perbankan, dan telekomunikasi, serta diversifikasi ke obligasi berimbal hasil menarik, IPOT menilai investor memiliki peluang yang solid untuk mengelola risiko sekaligus memanfaatkan momentum pasar yang dinamis.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Desty Luthfiani

    Desty Luthfiani seorang jurnalis muda yang bergabung dengan KabarBursa.com sejak Desember 2024 lalu. Perempuan yang akrab dengan sapaan Desty ini sudah berkecimpung di dunia jurnalistik cukup lama. Dimulai sejak mengenyam pendidikan di salah satu Universitas negeri di Surakarta dengan fokus komunikasi jurnalistik. Perempuan asal Jawa Tengah dulu juga aktif dalam kegiatan organisasi teater kampus, radio kampus dan pers mahasiswa jurusan. Selain itu dia juga sempat mendirikan komunitas peduli budaya dengan konten-konten kebudayaan bernama "Mata Budaya". 

    Karir jurnalisnya dimulai saat Desty menjalani magang pendidikan di Times Indonesia biro Yogyakarta pada 2019-2020. Kemudian dilanjutkan magang pendidikan lagi di media lokal Solopos pada 2020. Dilanjutkan bekerja di beberapa media maenstream yang terverifikasi dewan pers.

    Ia pernah ditempatkan di desk hukum kriminal, ekonomi dan nasional politik. Sekarang fokus penulisan di KabarBursa.com mengulas informasi seputar ekonomi dan pasar modal.

    Motivasi yang diilhami Desty yakni "do anything what i want artinya melakukan segala sesuatu yang disuka. Melakukan segala sesuatu semaksimal mungkin, berpegang teguh pada kebenaran dan menjadi bermanfaat untuk Republik".