KABARBURSA.COM - Harga saham PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) melonjak lebih dari 3 persen pada perdagangan Kamis, 22 Agustus 2024, mencapai Rp5.450 per lembar. Lonjakan ini mengikuti rilis laporan keuangan solid untuk semester pertama 2024 dan aliran masuk investor asing yang signifikan dalam sepekan terakhir.
Dalam laporan keuangan semester I/2024, BBNI mencatat kinerja yang mengesankan. Pendapatan bunga naik 7,8 persen year-on-year (yoy) menjadi Rp32,17 triliun, sementara pendapatan dari fee based income melonjak 15 persen yoy menjadi Rp10,92 triliun. Meskipun beban bunga meningkat 41,5 persen yoy menjadi Rp13,10 triliun, BBNI berhasil menekan beban provisi hingga 22,2 persen menjadi Rp3,51 triliun. Ini mengakibatkan laba bersih tumbuh 3,8 persen yoy menjadi Rp10,69 triliun.
Pertumbuhan kredit yang ekspansif di atas 11 persen dan perbaikan kualitas aset, dengan Non-Performing Loan (NPL) secara gross berada di level 2 persen, turut memperkuat posisi BBNI. Efisiensi dalam pengurangan provisi ini mencerminkan optimisme terhadap potensi penurunan suku bunga pada paruh kedua tahun ini, yang dapat memberikan keringanan beban.
Dalam sepekan berakhir kemarin, aliran dana asing ke saham BBNI sangat signifikan, dengan net buy sebesar Rp18,62 miliar di pasar reguler. Beberapa investor besar yang aktif membeli saham BBNI termasuk:
- HSBC Holdings PLC: Menambah 720.500 lembar saham dalam sepekan. Pembelian terbesar terjadi pada Jumat, 16 Agustus 2024 dengan 327.500 lembar, diikuti oleh pembelian 393.000 lembar pada hari berikutnya.
- BlackRock Inc.: Menambah 666.311 lembar saham. Pembelian terbesar terjadi pada 16 Agustus 2024 dengan 455.000 lembar, diikuti oleh pembelian 207.300 lembar pada hari berikutnya dan 4.011 lembar pada 21 Agustus 2024.
- FIL Ltd (Fidelity International): Meningkatkan kepemilikan dengan membeli 310.000 lembar saham pada Rabu, 21 Agustus 2024.
- American Century Cos Inc: Membeli 179.400 lembar saham pada Rabu, 21 Agustus 2024.
- RHB OSK Asset Management PTE LTD: Menambah 177.500 lembar saham pada Jumat, 16 Agustus 2024.
Kenaikan saham BBNI ini mencerminkan optimisme investor terhadap kinerja keuangan yang solid dan prospek masa depan yang menjanjikan.
Kinerja Keuangan BBNI
BNI berhasil mencatat laba bersih sebesar Rp10,7 triliun untuk periode Januari-Juni 2024, yang meningkat 3,8 persen secara tahunan (year on year/yoy).
Peningkatan laba ini didukung oleh pertumbuhan kredit yang naik 11,7 persen yoy menjadi Rp727 triliun pada akhir Juni 2024. Penyaluran kredit atau loan disbursement BNI (bank saja) selama semester I 2024 mencapai Rp171 triliun, naik 48 persen dibandingkan semester I 2023.
“Kami fokus pada ekspansi kredit kepada debitur top tier di berbagai industri dan regional, serta mengoptimalkan bisnis dari ekosistem debitur, sehingga mendorong pertumbuhan kredit di segmen lainnya, seperti kredit konsumer yang tumbuh hingga 15,1 persen yoy,” ungkap Direktur Utama BNI, Royke Tumilaar.
Kinerja kredit BBNI masih lebih tinggi dibandingkan rata-rata perbankan nasional. Berdasarkan laporan Bank Indonesia (BI), kredit perbankan pada Mei 2024 tumbuh sebesar 12,15 persen, yang lebih lambat dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 13,09 persen. Pertumbuhan ini menjadi yang tertinggi dalam sektor perbankan selama lima tahun terakhir.
Dari penyaluran kredit tersebut, BNI berhasil mengumpulkan pendapatan bunga sebesar Rp 26,09 triliun, meningkat 4,82 persen (yoy) pada Mei 2024. Sayangnya, beban bunga juga meningkat tajam hingga 36,76 persen (yoy) menjadi Rp 10,80 triliun.
BBNI telah menjelaskan bahwa biaya dana pihak ketiga (cost of third-party funds) terus meningkat sejak akhir 2022 hingga saat ini. Rata-rata biaya dana pihak ketiga BBNI telah meningkat 139 basis poin (bps) dari 1,40 persen pada kuartal III-2022 menjadi 2,79 persen pada kuartal I 2024.
Peningkatan biaya dana ini sejalan dengan kenaikan BI Rate yang dimulai pada Agustus 2022, yang telah meningkat sebesar 275 basis poin, dari 3,50 persen menjadi 6,25 persen. Hal ini berkontribusi pada penurunan pendapatan bunga bersih (net interest income/NII), yang tercatat turun 10,04 persen (yoy) menjadi Rp 15,28 triliun pada Mei 2024.
Namun, ada kabar baik dari sisi beban operasional lainnya, yang tercatat lebih rendah atau turun 23,90 persen (yoy) menjadi Rp 5,05 triliun. Penurunan ini terutama didukung oleh pengurangan kerugian dari penurunan nilai wajar aset keuangan dan pengurangan beban penurunan nilai (impairment). Sementara itu, pendapatan dari komisi, provisi, dan fee administrasi tetap menunjukkan pertumbuhan positif.
Di sisi lain, BNI terus melanjutkan upayanya untuk melakukan diversifikasi pendanaan di tengah tantangan tingginya biaya dana (cost of fund/CoF) perbankan saat ini. Selain diversifikasi melalui penerbitan obligasi global, BNI juga terus memperkuat komposisi dana murah (current account saving account/CASA) dalam dana pihak ketiga (DPK).
Pada Mei 2024, CASA BNI berhasil meningkat menjadi 70,91 persen, naik 66 basis poin dari posisi bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 70,25 persen. Rasio CASA ini juga lebih tinggi dibandingkan Mei 2023 yang tercatat sebesar 69,73 persen.
Secara nominal, CASA tumbuh 9,03 persen (yoy) menjadi Rp 559,11 triliun, dengan peningkatan utama berasal dari instrumen giro yang naik 13,81 persen (yoy) menjadi Rp 323,44 triliun. Namun, laju pertumbuhan giro melambat dibandingkan April 2024 yang naik 20,45 persen (yoy).
Sedangkan, tabungan di BNI naik 3,10 persen menjadi Rp 235,66 triliun pada Mei 2024. Pertumbuhan tabungan ini sedikit lebih tinggi dari bulan sebelumnya yang mencapai 3,05 persen.
Sementara itu, DPK dari instrumen deposito naik sebesar 3,05 persen (yoy) menjadi Rp 229,34 triliun pada Mei 2024. Instrumen dengan biaya dana yang lebih tinggi ini menunjukkan perlambatan dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai 8,88 persen. (*)