KABARBURSA.COM - Astra International (ASII) kembali mengejutkan pasar dengan langkah agresif memperluas investasi ke sektor layanan kesehatan. Raksasa otomotif ini telah menggelontorkan dana lebih dari Rp8,6 triliun ke Halodoc, RS Hermina (HEAL), hingga Rumah Sakit Heartology.
Meski saham ASII justru turun tipis 0,42 persen pada perdagangan Rabu pagi, 24 September 2025, sinyal teknikal harian menunjukkan tren “sangat beli”.
Pertanyaannya, apakah strategi diversifikasi ke sektor kesehatan ini akan menjadi pilihan tepat di tengah tantangan industri dan fluktuasi harga saham?
Langkah Astra masuk ke sektor kesehatan bukan hal baru. Sejak 2021, perusahaan perlahan memperkuat posisinya dengan mengerek porsi kepemilikan di Halodoc menjadi 31 peren dan di Medikaloka Hermina menjadi 20,02 persen.
Terbaru, melalui anak usaha Astra Healthcare Indonesia, perseroan menambah hampir tiga juta saham HEAL senilai Rp4,98 miliar. Jika ditotal, kepemilikan Astra di RS Hermina kini setara 3,07 miliar saham atau 20,02 persen dari modal ditempatkan.
Dana jumbo juga sudah digelontorkan, mencapai Rp2,69 triliun hanya untuk akumulasi saham HEAL sepanjang September ini.
Manajemen Astra menegaskan langkah ini bukan sekadar diversifikasi, melainkan upaya membangun ekosistem kesehatan yang terintegrasi, dengan layanan lebih luas dan harga terjangkau. Ambisi tersebut datang di saat sektor kesehatan dalam negeri yang masih menghadapi tantangan besar, mulai dari kualitas layanan yang belum merata hingga daya beli masyarakat.
Namun, justru di situlah Astra melihat peluang jangka panjang. Permintaan kesehatan tidak pernah surut, dan digitalisasi melalui Halodoc membuka jalan untuk menjangkau masyarakat yang lebih luas.
Di sisi pasar, respon investor masih campuran. Saham ASII ditutup turun tipis ke Rp5.875, melemah 0,42 persen dibanding sesi sebelumnya.
Tekanan jual tipis ini lebih dipicu aksi ambil untung setelah saham sempat menyentuh level tertinggi setahun terakhir di Rp5.950. Meski begitu, analisis teknikal harian menunjukkan sinyal optimistis. Indikator utama mulai dari RSI, MACD, ADX hingga moving average kompak memberi sinyal beli.
Bahkan, moving average jangka pendek hingga panjang seluruhnya berada di zona bullish. Rangkuman indikator teknikal juga jelas menunjukkan posisi “sangat beli”.
Dengan valuasi yang relatif rendah (P/E ratio 7,06) dan imbal hasil dividen cukup menarik di kisaran 6,91 persen, Astra tetap menjadi salah satu emiten defensif di Bursa Efek Indonesia.
Sentimen ekspansi ke sektor kesehatan memberikan narasi baru, bahwa Astra tidak lagi sekadar otomotif dan finansial, melainkan berupaya menancapkan kaki di sektor dengan potensi pertumbuhan struktural jangka panjang.
Bagi investor, pelemahan tipis hari ini lebih tepat dibaca sebagai fase konsolidasi ketimbang tanda pelemahan fundamental. Dengan sinyal teknikal yang kuat di sisi beli dan strategi diversifikasi yang dinilai tepat sasaran, Astra tetap layak dipertahankan dalam portofolio jangka menengah hingga panjang.
Bagi trader jangka pendek, momentum koreksi ringan ini justru bisa dipandang sebagai peluang akumulasi, sebelum katalis positif dari ekspansi kesehatan benar-benar diapresiasi pasar.
Kesimpulannya, langkah Astra masuk lebih dalam ke dunia kesehatan bisa dibaca sebagai strategi berani namun visioner. Meski sektor ini masih penuh tantangan, potensi jangka panjangnya sangat besar.
Investor yang sabar bisa melihat penurunan tipis saham ASII hari ini bukan sebagai ancaman, melainkan peluang untuk menguatkan posisi di salah satu konglomerasi terbesar Indonesia yang kini sedang menyiapkan mesin pertumbuhan baru.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.