Logo
>

Dividen ASII 2025 dan Prospek Sahamnya dengan Yield Menarik

Rincian pembagian dividen ASII 2025 sebesar Rp406 per saham dan analisis sahamnya dari sisi yield, valuasi, dan performa pasar.

Ditulis oleh Syahrianto
Dividen ASII 2025 dan Prospek Sahamnya dengan Yield Menarik
Menara Astra International. (Foto: Wikimedia Commons/MrRamChandra)

KABARBURSA.COM - Para pemegang saham PT Astra International Tbk (ASII) menyetujui pembagian dividen tunai total sebesar Rp406 per saham, mencakup dividen interim senilai Rp98 yang telah dibayarkan pada 31 Oktober 2024, dan dividen final Rp308 yang akan dibayarkan pada 5 Juni 2025.  

Dividen ini berdasarkan laporan keuangan konsolidasian tahun buku 2024 tanpa catatan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) yang digelar Kamis, 8 Mei 2025. 

Pembayaran dividen final akan dilaksanakan kepada pemegang saham yang tercatat dalam Daftar Pemegang Saham (DPS) per 22 Mei 2025 pukul 16.00 WIB. Cum dividen di pasar reguler dan negosiasi jatuh pada 20 Mei 2025, sementara cum dividen di pasar tunai pada 22 Mei 2025. 

Bagi pemegang saham yang tercatat dalam penitipan kolektif di KSEI, dividen akan disalurkan melalui pemegang rekening KSEI. Adapun pemegang saham warkat harus menyampaikan data rekening bank ke biro administrasi efek, PT Raya Saham Registra, paling lambat pada tanggal yang sama. 

Analisis Dividen ASII dan Kesehatan Keuangan

Total dividen tunai yang dibagikan Astra International tahun buku 2024 mencapai Rp16,4 triliun. Dengan laba bersih yang diatribusikan kepada entitas induk mencapai Rp34,05 triliun, payout ratio perusahaan tercatat di level 59,28 persen. 

Rasio ini mencerminkan komitmen perusahaan dalam menjaga keseimbangan antara pembagian laba dan retensi untuk ekspansi atau investasi strategis, mengingat saldo laba ditahan yang tidak dibatasi penggunaannya mencapai Rp201,69 triliun.

Dengan harga saham ASII yang saat ini diperdagangkan di level Rp4.800, yield dividen Astra mencapai 8,46 persen, angka yang tergolong tinggi dan menarik bagi investor income-seeking, terutama di tengah tren suku bunga tinggi yang membuat pasar menuntut imbal hasil kompetitif. Porsi dividen terhadap laba ini juga tetap sehat jika mempertimbangkan kekuatan fundamental perusahaan.

Secara neraca, Astra membukukan total aset senilai Rp472,9 triliun dan total ekuitas sebesar Rp271,5 triliun, mencerminkan struktur permodalan yang solid dengan debt-to-equity ratio yang terjaga. Pendapatan konsolidasian tahun 2024 mencapai Rp330,9 triliun, sementara laba bersih per saham (EPS) berada di Rp845. 

Kemampuan Astra menghasilkan arus kas dari aktivitas operasional juga sangat kuat, yakni sebesar Rp45 triliun, yang turut mendukung pembayaran dividen tanpa mengganggu likuiditas.

Adapun, jika menengok rekam jejak dividen dalam lima tahun terakhir, ASII tercatat konsisten membagikan dividen dengan nominal yang stabil dan cenderung meningkat. Pada tahun 2023, perusahaan membagikan dividen total Rp519 per saham, terdiri dari interim Rp98 dan final Rp421. 

Pada 2022, nilai totalnya bahkan lebih tinggi, yakni Rp640 per saham. Konsistensi Astra membagikan dividen, termasuk dalam kondisi pasar yang menantang sekalipun, mencerminkan fundamental yang kuat dan arus kas yang terjaga. Dividen interim tahunan juga rutin dikucurkan setiap Oktober, menjadikan saham ini favorit bagi investor yang memprioritaskan arus kas periodik.

Dengan demikian, kekuatan laporan keuangan Astra di tahun 2024 tidak hanya menopang pembagian dividen dalam jumlah besar, tetapi juga memperkuat citra ASII sebagai emiten yang stabil dan andal dalam memberikan imbal hasil berkelanjutan kepada pemegang sahamnya.

Analisis Valuasi Saham ASII

Di pasar, saham ASII menguat tipis 0,42 persen ke level Rp4.800 pada perdagangan sesi II Jumat, 9 Mei 2025, dengan volume transaksi mencapai 16,72 juta saham dan nilai perdagangan Rp80,3 miliar. 

Sepanjang 2025 berjalan (year-to-date), kinerja saham ASII masih terkoreksi tipis 2,04 persen, meski dalam sebulan terakhir mencatatkan rebound sebesar 3,90 persen.

Stabilitas harga saham di kisaran support kuat Rp4.700–4.800 disertai dengan meningkatnya permintaan menjelang cum date dividen menunjukkan bahwa investor mulai melakukan akumulasi untuk mengejar dividend yield yang kompetitif.

Dari sisi valuasi, saham ASII berada dalam posisi undervalued. Price to Earnings Ratio (PER) trailing 12 bulan hanya sebesar 5,80 kali, jauh di bawah median PER IHSG yang tercatat 7,87 kali. 

Dengan earnings yield 17,25 persen dan Price to Book Value (PBV) 0,88 kali, saham ini mencerminkan valuasi diskon terhadap nilai bukunya.

Price to Sales (P/S) sebesar 0,58 kali dan Price to Cashflow (TTM) 4,30 kali juga menunjukkan efisiensi operasional yang baik serta kemampuan perusahaan menghasilkan arus kas kuat. 

Free Cash Flow per Share yang mencapai Rp683,66 turut menegaskan bahwa Astra memiliki fleksibilitas likuiditas untuk mendukung ekspansi sekaligus membayar dividen.

Menariknya, meski PER berada di level rendah, PEG ratio tahunan berada di angka 9,02. Namun jika dilihat dari tiga tahun ke belakang (PEG 3yr), nilainya hanya 0,30 yang menandakan bahwa pertumbuhan laba sebelumnya jauh melampaui ekspektasi pasar terhadap valuasi saat ini. (*)

Disclaimer:
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Syahrianto

Jurnalis ekonomi yang telah berkarier sejak 2019 dan memperoleh sertifikasi Wartawan Muda dari Dewan Pers pada 2021. Sejak 2024, mulai memfokuskan diri sebagai jurnalis pasar modal.

Saat ini, bertanggung jawab atas rubrik "Market Hari Ini" di Kabarbursa.com, menyajikan laporan terkini, analisis berbasis data, serta insight tentang pergerakan pasar saham di Indonesia.

Dengan lebih dari satu tahun secara khusus meliput dan menganalisis isu-isu pasar modal, secara konsisten menghasilkan tulisan premium (premium content) yang menawarkan perspektif kedua (second opinion) strategis bagi investor.

Sebagai seorang jurnalis yang berkomitmen pada akurasi, transparansi, dan kualitas informasi, saya terus mengedepankan standar tinggi dalam jurnalisme ekonomi dan pasar modal.