Logo
>

Dividen BBCA Rp300 per Lembar, Kecil atau Besar?

Ditulis oleh Yunila Wati
Dividen BBCA Rp300 per Lembar, Kecil atau Besar?
PT Bank Central Asia Tbk. (Ilustrasi)

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) kembali menunjukkan komitmennya dalam memberikan nilai tambah bagi para pemegang saham melalui pembagian dividen yang signifikan. 

    Dari laba bersih tahun 2024 yang mencapai Rp54,8 triliun, BCA menetapkan dividen sebesar Rp37 triliun atau setara dengan 67,4 persen dari total laba bersih. Dengan keputusan ini, setiap pemegang saham akan menerima dividen sebesar Rp300 per lembar saham.

    Pembagian dividen ini telah memperhitungkan dividen interim yang sebelumnya telah dibayarkan pada 11 Desember 2024 sebesar Rp50 per saham. Dengan demikian, sisa dividen final yang akan diterima pemegang saham mencapai Rp250 per saham. 

    Keputusan ini diumumkan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) yang digelar di Jakarta pada Rabu, 12 Maret 2025. Sisa laba bersih yang tidak dibagikan, yakni Rp17,8 triliun atau setara Rp145 per saham, akan dimasukkan ke dalam saldo laba ditahan untuk mendukung ekspansi dan strategi pertumbuhan perusahaan di masa mendatang.

    Hingga akhir 2024, posisi saldo laba ditahan BCA mencapai Rp243,6 triliun. Dari jumlah tersebut, sekitar Rp3,7 triliun dialokasikan sebagai dana cadangan, sementara Rp239,9 triliun masih belum ditentukan penggunaannya. 

    Strategi ini mencerminkan pendekatan kehati-hatian BCA dalam menjaga keseimbangan antara pembagian keuntungan kepada investor dan penguatan struktur keuangan jangka panjangnya.

    Di pasar saham, respons terhadap kebijakan dividen BCA cukup positif. Pada sesi perdagangan siang, harga saham BBCA menguat 1,68 persen menjadi Rp9.075 per lembar. Dengan asumsi harga saham tersebut, maka indikasi imbal hasil dividen atau dividend yield atas dividen final yang dibagikan mencapai 2,75 persen.

    Tren kenaikan dividen BCA dalam beberapa tahun terakhir juga menjadi bukti konsistensi perusahaan dalam memberikan keuntungan bagi pemegang saham. Pada tahun buku 2023, dividen yang dibagikan mencapai Rp270 per saham, meningkat dari Rp205 per saham pada 2022 dan Rp145 per saham pada 2021.

    Secara keseluruhan, kebijakan dividen BCA yang terus meningkat sejalan dengan pertumbuhan kinerja keuangan perusahaan. Dengan payout ratio yang cukup besar namun tetap mempertahankan saldo laba ditahan dalam jumlah signifikan, BCA menunjukkan strategi yang solid dalam menjaga keseimbangan antara profitabilitas jangka pendek dan pertumbuhan jangka panjang.

    Historical dividen BBCA dalam rentang periode 2019 hingga 2024
    Besar atau Kecil?

    Pembagian dividen PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) sebesar Rp300 per lembar saham untuk tahun buku 2024 telah memicu beragam reaksi dari para investor. Beberapa pihak menganggap angka ini terlalu rendah mengingat kinerja keuangan BCA yang terus mencatat pertumbuhan signifikan dalam beberapa tahun terakhir. 

    Namun, apakah nominal tersebut benar-benar tidak sepadan dengan performa perusahaan?

    Jika melihat kinerja keuangan BCA selama satu dekade terakhir, laba bersih terus mengalami peningkatan konsisten. Pada tahun 2024, laba bersih tahunan mencapai Rp54,8 triliun, naik dari Rp48,6 triliun di tahun sebelumnya. 

    Dibandingkan dengan 2022 yang mencatat laba Rp40,7 triliun, pertumbuhan ini semakin menunjukkan kekuatan fundamental perusahaan. Bahkan, jika ditarik lebih jauh, laba BCA telah hampir tiga kali lipat dibandingkan 2015 yang hanya sebesar Rp18 triliun.

    Pertumbuhan laba ini seharusnya menjadi indikasi positif bagi para investor, terutama dalam konteks pembagian dividen. Dengan payout ratio sebesar 67,4 persen dari laba bersih, kebijakan ini tergolong cukup besar, meskipun angka nominal Rp300 per saham dianggap kurang memuaskan bagi sebagian investor. 

    Jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, dividen per saham BCA memang mengalami peningkatan, dari Rp145 per saham pada 2021 menjadi Rp205 pada 2022, lalu naik lagi menjadi Rp270 pada 2023. 

    Tren ini menunjukkan upaya perusahaan dalam menjaga keseimbangan antara memberikan keuntungan kepada pemegang saham dan mempertahankan likuiditas untuk ekspansi bisnis.

    Di sisi lain, investor yang mengharapkan dividen lebih tinggi mungkin mempertimbangkan rasio imbal hasil dividen (dividend yield) yang saat ini berada di angka sekitar 2,75 persen. 

    Meskipun lebih rendah dibandingkan dengan beberapa emiten lain yang memiliki dividend yield lebih besar, posisi BCA sebagai bank swasta terbesar di Indonesia dengan kapitalisasi pasar yang tinggi memberikan keuntungan dalam aspek stabilitas dan pertumbuhan jangka panjang.

    Selain itu, BCA juga menjaga cadangan laba yang cukup besar untuk memastikan keberlanjutan ekspansinya. Hingga akhir 2024, saldo laba ditahan perusahaan mencapai Rp243,6 triliun. 

    Dengan jumlah ini, perusahaan memiliki fleksibilitas yang tinggi untuk investasi strategis, penguatan modal, dan pengembangan bisnis tanpa bergantung pada pendanaan eksternal.

    Dari perspektif investor, keputusan untuk tetap bertahan dengan saham BCA atau mencari opsi lain bergantung pada strategi investasi masing-masing. Bagi mereka yang mencari dividen besar dalam jangka pendek, mungkin angka Rp300 per saham terasa kurang menarik. 

    Namun, bagi investor yang berorientasi pada pertumbuhan jangka panjang, kestabilan kinerja BCA serta strategi ekspansi yang solid menjadikannya pilihan investasi yang tetap menjanjikan.

    Menatap Fundamental BBCA

    Bank Central Asia Tbk (BBCA) terus menunjukkan performa keuangan yang solid dengan fundamental yang kuat, menjadikannya salah satu saham yang paling diperhitungkan di pasar modal Indonesia. Dengan kapitalisasi pasar mencapai Rp1.118 triliun, BBCA tetap menjadi bank dengan valuasi terbesar di Bursa Efek Indonesia.

    Dari sisi profitabilitas, BBCA memiliki margin laba bersih sebesar 51,60 persen, yang mencerminkan efisiensi operasional yang tinggi dan manajemen biaya yang baik. 

    Net income untuk periode 2024 mencapai Rp54,8 triliun, meningkat dari Rp48,6 triliun di tahun sebelumnya. Ini menunjukkan pertumbuhan yang berkelanjutan seiring dengan meningkatnya pendapatan bunga dan efisiensi biaya operasional yang terus dijaga.

    Dalam hal pertumbuhan, pendapatan BBCA pada kuartal terakhir meningkat sebesar 7,39 persen secara tahunan (YoY), dengan laba bersih yang juga tumbuh 12,63 persen YoY. Ini menandakan bahwa BBCA tetap mampu menghasilkan keuntungan yang tinggi, bahkan dalam kondisi pasar yang penuh tantangan.

    Valuasi saham BBCA saat ini cukup premium dengan Price to Earnings (PE) Ratio sebesar 20,40 kali, jauh di atas median IHSG yang hanya 7,61 kali. Meskipun demikian, valuasi ini sejalan dengan kualitas kinerja keuangan BBCA yang stabil dan tingkat pengembalian yang tinggi. 

    Return on Equity (ROE) BBCA berada di level 20,88 persen, yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dari modal yang dimiliki.

    Dari sisi solvabilitas, BBCA memiliki leverage finansial sebesar 5,52 kali, dengan total liabilitas terhadap ekuitas mencapai 4,52 kali. Meskipun angka ini cukup tinggi, BBCA tetap dalam kondisi keuangan yang sehat karena memiliki total aset yang mencapai Rp1.449 triliun, dengan ekuitas sebesar Rp262 triliun. 

    Likuiditas bank juga tetap terjaga dengan posisi kas per saham sebesar Rp237,81.

    Dari perspektif arus kas, BBCA mencatat arus kas operasi sebesar Rp53,8 triliun, dengan belanja modal (capital expenditure) hanya Rp3,56 triliun. Free Cash Flow (FCF) mencapai Rp50,2 triliun, yang menunjukkan bahwa BBCA memiliki fleksibilitas keuangan yang baik untuk membayar dividen atau melakukan ekspansi bisnis lebih lanjut.

    Dalam hal pembagian dividen, BBCA memiliki payout ratio sebesar 62,38 persen dengan dividen yield sebesar 3,06 persen. Meskipun ada beberapa investor yang merasa dividen per lembar saham sebesar Rp300 terlalu rendah, kebijakan ini menunjukkan pendekatan yang hati-hati dari manajemen dalam menjaga pertumbuhan jangka panjang dan likuiditas perusahaan.

    Secara keseluruhan, BBCA tetap menjadi saham perbankan unggulan dengan kinerja keuangan yang stabil, pertumbuhan laba yang kuat, dan kebijakan manajemen yang prudent. 

    Meskipun valuasi sahamnya tergolong premium, fundamental yang kokoh serta kemampuan menghasilkan keuntungan yang tinggi membuat BBCA tetap menjadi pilihan menarik bagi investor jangka panjang yang mencari kestabilan dan pertumbuhan yang konsisten.(*)

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Yunila Wati

    Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

    Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

    Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79