Logo
>

Dividen, Buyback, dan Prospek JPFA di Tahun ini

Dividen yang dibagikan kepada investor ditetapkan sebesar Rp140 per lembar saham.

Ditulis oleh Yunila Wati
Dividen, Buyback, dan Prospek JPFA di Tahun ini
Ilustrasi PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk atau JPFA. Foto: Dok JPFA

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA), salah satu perusahaan agribisnis terkemuka di Indonesia, menunjukkan komitmennya untuk memberikan nilai tambah kepada para pemegang saham dengan mendistribusikan dividen tunai yang signifikan untuk tahun buku 2024. 

    Dalam keputusan yang telah disahkan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) yang digelar pada Kamis, 10 April 2025, JPFA menetapkan total dividen sebesar Rp1,62 triliun. Angka tersebut mencerminkan sekitar 54 persen dari total laba konsolidasi perusahaan yang mencapai Rp3,08 triliun pada tahun tersebut.

    Dividen yang dibagikan kepada investor ditetapkan sebesar Rp140 per lembar saham. Namun, dari total dividen tersebut, perusahaan sebelumnya telah menyalurkan dividen interim senilai Rp813,93 miliar atau Rp70 per saham kepada pemegang saham pada 29 Oktober 2024. 

    Dengan demikian, sisa dividen yang akan dibayarkan pada periode ini berjumlah Rp813,93 miliar atau setara Rp70 per lembar saham.

    Sisa laba bersih perusahaan yang mencapai sekitar Rp1,39 triliun, atau 46 persen dari total laba tahun berjalan, diputuskan untuk dicatat sebagai saldo laba ditahan. 

    Meski belum dialokasikan untuk tujuan tertentu, keputusan ini menunjukkan fleksibilitas manajemen dalam mengatur keuangan perusahaan sambil tetap membuka peluang untuk ekspansi atau investasi strategis di masa depan.

    Tak hanya membagikan dividen, JPFA juga mengambil langkah strategis lainnya yang tidak kalah menarik melalui Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB). Dalam forum tersebut, disetujui rencana pembelian kembali saham (buyback) sebagai bagian dari upaya memperkuat struktur permodalan dan meningkatkan nilai pemegang saham. 

    Dana sebesar Rp470 miliar telah dianggarkan untuk buyback ini, dengan jumlah saham yang akan dibeli kembali maksimal sebesar 2 persen dari total saham yang telah beredar.

    Langkah buyback ini menegaskan optimisme manajemen terhadap prospek perusahaan ke depan, serta menunjukkan keyakinan bahwa saham JPFA saat ini berada dalam kondisi yang menguntungkan untuk dibeli kembali. 

    Buyback saham juga dinilai sebagai strategi yang dapat membantu menstabilkan harga saham di pasar sekaligus meningkatkan kepercayaan investor terhadap fundamental perusahaan.

    Dengan kombinasi strategi pembagian dividen yang atraktif dan buyback saham, JPFA memperlihatkan keseimbangan antara memberikan imbal hasil kepada investor sekaligus menjaga kekuatan keuangan perusahaan untuk pertumbuhan jangka panjang. 

    Kinerja solid di tahun 2024 dan kebijakan manajemen yang proaktif memberi sinyal positif bahwa JPFA terus berupaya menjaga kredibilitas dan keberlanjutan bisnisnya di tengah dinamika industri pangan dan agribisnis yang kompetitif.

    Prospek Positif JPFA

    PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) menghadapi tahun 2025 dengan prospek yang tetap positif, meskipun diwarnai oleh kebijakan pemerintah yang berpotensi memengaruhi dinamika pasar komoditas strategis. 

    Salah satu kebijakan tersebut adalah rencana pemerintah untuk menghapus kuota impor komoditas pangan utama, yang dinilai memiliki dampak ganda terhadap industri peternakan nasional, termasuk JPFA. 

    Namun, di tengah kemungkinan terjadinya peningkatan persaingan akibat produk impor dan potensi penurunan harga jual, para analis tetap optimis terhadap fundamental bisnis JPFA.

    Investment Analyst Edvisor Profina Visindo, Ahmad Iqbal Suyudi, menilai bahwa pembukaan keran impor dapat menciptakan tantangan bagi sektor peternakan komersial. Ia memperingatkan bahwa tanpa pengaturan yang cermat, pasar bisa dibanjiri daging impor yang menyebabkan tekanan pada harga jual domestik. 

    Meskipun demikian, dampak dari kebijakan ini diperkirakan belum terlalu terasa dalam jangka pendek, terutama karena nilai tukar rupiah yang masih relatif stabil.

    Pandangan serupa juga disampaikan oleh Abdul Azis Setyo Wibowo, analis dari Kiwoom Sekuritas Indonesia, yang menyoroti tren penurunan harga ayam broiler sejak awal tahun. Pada kuartal I 2025, harga ayam rata-rata turun 3,4 persen menjadi Rp19.500 per kilogram dibandingkan kuartal sebelumnya. 

    Kondisi ini bisa berdampak pada margin keuntungan JPFA. Namun, tekanan harga tersebut sedikit terkompensasi oleh kestabilan harga bahan baku utama seperti jagung, berkat kebijakan pemerintah untuk menghentikan impor jagung dan mendorong peningkatan produksi lokal.

    Komitmen pemerintah terhadap ketahanan pangan juga memperkuat optimisme terhadap kinerja JPFA. Alokasi anggaran subsidi pupuk sebesar Rp44,1 triliun serta penetapan harga pembelian pemerintah (HPP) jagung sebesar Rp5.500 per kilogram menjadi sinyal kuat bahwa pemerintah mendukung penguatan rantai pasok bahan baku domestik. 

    Hal ini menjadi angin segar bagi pelaku industri seperti JPFA yang sangat bergantung pada kestabilan harga pakan ternak.

    Meski Indonesia masih menghadapi tantangan besar dalam produksi kedelai—dengan produksi domestik hanya 349 ton pada 2023 dari kebutuhan nasional 2,5 juta ton—tren peningkatan area perkebunan kedelai sebesar 5,5 persen per tahun menunjukkan arah kebijakan yang progresif. Perluasan lahan pangan hingga 4 juta hektare di masa mendatang juga menjadi faktor pendukung kestabilan jangka panjang dalam pasokan bahan baku.

    Tak kalah penting, peran JPFA dalam mendukung program prioritas pemerintah seperti Makan Bergizi Gratis (MBG) menjadi katalis positif lain. Dengan target jangka panjang yang ambisius mencapai 82,9 juta penerima manfaat pada 2027, program ini memberikan peluang pasar baru yang menjanjikan. 

    Per April 2025, tercatat sudah ada 2,05 juta penerima manfaat dari target awal 3 juta, dan pembangunan Sekolah Pangan dan Pertanian Generasi (SPPG) juga berjalan progresif dengan capaian 726 unit dari target 1.000 unit pada tahun ini.

    Dengan kombinasi dukungan kebijakan pemerintah, prospek permintaan yang tumbuh dari program MBG, serta upaya menjaga stabilitas harga bahan baku, JPFA dinilai berada di jalur yang kuat untuk mempertahankan kinerjanya. 

    NH Korindo Sekuritas memproyeksikan pendapatan JPFA akan meningkat 9,03 persen menjadi Rp60,84 triliun pada 2025, sementara laba bersih diperkirakan naik tipis sebesar 0,93 persen menjadi Rp3,24 triliun. Oleh karena itu, NH Korindo mempertahankan rekomendasi beli dengan target harga Rp2.500 per saham.

    Dukungan serupa datang dari Edvisor Profina Visindo yang juga memberikan rekomendasi beli dengan rentang target Rp2.400–Rp2.500 per saham. Sementara itu, Kiwoom Sekuritas menyarankan pendekatan perdagangan jangka pendek hingga menengah dengan memanfaatkan potensi teknikal rebound, mengarahkan target harga ke kisaran Rp2.000–Rp2.010 dan level support pada Rp1.875–Rp1.885.

    Meskipun JPFA menghadapi tantangan dari sisi kebijakan impor dan fluktuasi harga jual, berbagai sinyal positif dari sisi fundamental bisnis, dukungan kebijakan nasional, dan peluang ekspansi pasar menjadikan saham ini tetap menarik untuk dikoleksi oleh investor jangka panjang maupun pelaku pasar jangka menengah.(*)

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Yunila Wati

    Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

    Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

    Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79