Logo
>

Dolar AS Menguat, Rupiah Melemah Tertekan Rencana Tarif dan Ketidakpastian Global

Nilai tukar rupiah kembali tertekan terhadap dolar Amerika Serikat (AS)

Ditulis oleh Ayyubi Kholid
Dolar AS Menguat, Rupiah Melemah Tertekan Rencana Tarif dan Ketidakpastian Global
Ilustrasi Rupiah. Foto: dok KabarBursa.com

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Nilai tukar rupiah kembali tertekan terhadap dolar Amerika Serikat (AS), di tengah menguatnya indeks dolar serta ketidakpastian arah kebijakan fiskal dan moneter global. 

    Rupiah ditutup melemah 47 poin di level Rp16.246 per USD pada perdagangan Rabu 2 Juli 2025.
    Setelah sebelumnya sempat tertekan hingga 50 poin 

    “Untuk perdagangan besok, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp16.230 – Rp16.300,” ujar pengamat mata uang dan komoditas, Assuaibi.

    Penguatan dolar AS terjadi di tengah spekulasi pasar bahwa Federal Reserve (The Fed) akan memangkas suku bunga pada September. Namun, sinyal dari bank sentral AS masih cenderung berhati-hati. 

    Ketua The Fed Jerome Powell menegaskan bahwa belum ada keputusan pemangkasan dalam waktu dekat, mengingat ketidakpastian dampak inflasi dari rencana kebijakan tarif AS.

    Sejumlah isu eksternal juga memperkuat tekanan terhadap mata uang negara berkembang, termasuk rupiah. Salah satunya adalah RUU pemotongan pajak dan peningkatan belanja yang didukung Presiden AS Donald Trump, yang disebut-sebut dapat menambah utang AS hingga USD 3,3 triliun dalam satu dekade ke depan.

    Di sisi perdagangan global, manuver Trump kembali menciptakan ketegangan. Meski menunjukkan optimisme terhadap kesepakatan dagang dengan India, ia masih bersikap keras terhadap Jepang. Trump bahkan menyatakan rencana pengenaan tarif hingga 35 persen terhadap ekspor Jepang ke AS jika tidak ada kesepakatan yang tercapai.

    Sementara itu, dari dalam negeri, fundamental fiskal Indonesia dinilai masih cukup solid meski tekanan global terus mengintai. Menurut catatan APBN 2024, posisi utang pemerintah mencapai Rp10.269 triliun, dengan total aset negara tercatat sebesar Rp13.692,4 triliun dan ekuitas sebesar Rp3.423,4 triliun.

    “Posisi ekuitas negara sebesar Rp3.423,4 triliun merupakan gambaran kekayaan bersih serta kekuatan fiskal negara dalam menghadapi ketidakpastian dan risiko global yang masih tinggi,” ujar Assuaibi.

    Namun, ada catatan penting pada sisi pembiayaan. Saldo Anggaran Lebih (SAL) pada akhir 2024 turun tipis menjadi Rp457,5 triliun dari posisi awal tahun sebesar Rp459,5 triliun. Menurut Assuaibi, penurunan ini tidak mengkhawatirkan karena mencerminkan pemanfaatan SAL untuk mendukung belanja negara.

    “Pos anggaran SAL berfungsi sebagai penyangga fiskal dalam menghadapi berbagai risiko dan ketidakpastian ke depan,” katanya.

    Ia juga menyoroti aktivitas investasi pemerintah yang menunjukkan arus kas negatif. Namun, hal tersebut menurutnya merupakan sinyal positif dari komitmen pemerintah untuk terus menempatkan dana pada proyek-proyek produktif yang mendorong pembangunan.

    “Arus kas dari aktivitas investasi mencatatkan nilai negatif… mencerminkan komitmen pemerintah untuk terus melakukan investasi produktif guna mendorong akselerasi pembangunan nasional,” jelasnya.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Ayyubi Kholid

    Bergabung di Kabar Bursa sejak 2024, sering menulis pemberitaan mengenai isu-isu ekonomi.