KABARBURSA.COM – Nilai tukar dolar Amerika Serikat kembali menguat terhadap sejumlah mata uang utama, seperti yen Jepang dan euro, menyusul langkah Presiden Donald Trump yang kembali memanaskan ketegangan dagang lewat kebijakan tarif impor baru terhadap Kanada dan sejumlah mitra dagang lainnya.
Lewat surat resmi yang dirilis Kamis malam waktu setempat, Trump menetapkan tarif impor sebesar 35 persen terhadap seluruh produk asal Kanada, yang akan mulai berlaku pada 1 Agustus. Uni Eropa dijadwalkan menerima surat serupa paling lambat Jumat pekan ini.
Selain Kanada, Trump juga membuka kemungkinan mengenakan tarif menyeluruh sebesar 15 hingga 20 persen untuk berbagai negara lain, naik dari tarif dasar yang selama ini dikenakan sebesar 10 persen. Pekan ini, Brasil menjadi sasaran baru dengan tarif impor sebesar 50 persen terhadap sejumlah komoditas seperti tembaga, obat-obatan, dan chip semikonduktor
“Ada kekhawatiran baru di pasar soal kebijakan tarif setelah Trump melontarkan ide soal tarif menyeluruh kemarin,” ujar Michael Brown, analis pasar dari Pepperstone di London, dikutip dari Reuters di Jakarta, Sabtu, 12 Juli 2025.
Meski begitu, pergerakan nilai tukar saat ini masih relatif stabil. Dolar AS naik 0,79 persen menjadi 147,4 yen Jepang, mencatat kenaikan mingguan nyaris 2 persen—tertinggi sejak awal Desember lalu. Terhadap franc Swiss, dolar relatif datar di level 0,79695.
Sementara itu, euro melemah 0,1 persen ke level USD1,1688, seiring munculnya kekhawatiran bahwa Uni Eropa juga akan dikenakan tarif tambahan. Terhadap yen, dolar juga naik 0,6 persen ke 147,05.
Dolar Kanada sempat melemah tajam lebih dari 0,5 persen setelah pengumuman tarif terhadap Kanada, meskipun kemudian koreksi mereda ke minus 0,11 persen di posisi C$1,3672 per dolar AS. Real Brasil juga terkoreksi 0,26 persen terhadap dolar.
Meskipun pasar terlihat tidak bereaksi sekuat saat pengumuman “Hari Pembebasan Tarif” pada April lalu, investor tetap waspada atas masa depan perdagangan global dan kepastian implementasi kebijakan pada 1 Agustus mendatang.
Sementara sentimen tarif menopang penguatan dolar jangka pendek, sebagian pelaku pasar tetap skeptis terhadap prospek jangka menengah mata uang tersebut. Sepanjang tahun ini, indeks dolar AS telah turun hampir 10 persen akibat kekhawatiran dampak kebijakan ekonomi terhadap perekonomian AS sendiri.
“Saya masih berpendapat dolar AS akan melemah perlahan dalam jangka menengah. Tapi setelah koreksi tajam dalam waktu singkat, ada peluang pemulihan teknikal, apalagi jika spekulan short mulai tertahan,” kata Brown dari Pepperstone.
Sentimen penguat lainnya berasal dari data ketenagakerjaan AS yang masih kuat serta risalah rapat Federal Reserve terbaru yang meredam ekspektasi pasar atas pemangkasan suku bunga dalam waktu dekat.
Indeks dolar naik 0,28 persen ke level 97,85 dan bersiap mencetak kenaikan mingguan pertamanya dalam tiga pekan terakhir.
Analis Goldman Sachs mencatat, pasangan USD/CAD masih mempertahankan sebagian besar kenaikannya usai lonjakan awal akibat pengumuman tarif, meskipun penguatan itu lebih disebabkan oleh penguatan dolar daripada pelemahan dolar Kanada.
Sementara itu di Inggris, pound sterling turun 0,54 persen ke level terendah dua pekan di USD1,3505, setelah data ekonomi menunjukkan kontraksi ekonomi Inggris untuk bulan kedua berturut-turut pada Mei.
Di sisi lain, pasar kripto justru mendapat dorongan dari meningkatnya minat investor institusi serta sentimen positif dari kebijakan AS yang pro-kripto. Bitcoin melesat 3,7 persen dan menembus rekor tertinggi baru di USD118.832, sementara Ethereum naik 5,9 persen ke USD2.987,15.
“Rekor baru ini mencerminkan ketahanan minat risiko global, meski ada tekanan tarif Trump, serta optimisme tinggi atas rancangan legislasi kripto AS,” ujar Chang Wei Liang, analis FX dan kredit dari DBS. Ia merujuk pada paket kebijakan pro-kripto yang akan dibahas dalam agenda ‘Crypto Week’ di Kongres AS.(*)