Logo
>

Dolar Melambung, Harga Emas Masih Terkapar

Ditulis oleh KabarBursa.com
Dolar Melambung, Harga Emas Masih Terkapar

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Harga emas stabil pada Kamis ini setelah mengalami penurunan ke level terendah dua minggu pada perdagangan sebelumnya. Para investor kini menantikan data inflasi Amerika Serikat (AS) untuk memahami seberapa cepat Federal Reserve akan menurunkan suku bunganya.

    Kamis 27 Juni 2024 pagi, harga emas di pasar spot tercatat tidak berubah pada USD 2.299,55 per ons troi. Sebelumnya, harga emas sempat jatuh ke level terendah sejak 10 Juni pada Rabu 26 Juni 2024.

    Sementara itu, harga emas berjangka AS turun 0,1 persen menjadi USD 2.310,20 per ons troi.

    Dolar AS terus menguat mendekati level tertingginya dalam delapan minggu terakhir. Penguatan dolar membuat emas batangan menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya. Imbal hasil acuan obligasi 10-tahun juga tetap kuat.

    “Kenaikan dolar AS disertai peningkatan imbal hasil obligasi telah membuat harga emas bergerak melawan arus,” ujar Tim Waterer, kepala analis pasar di KCM Trade mengutip Reuters.

    {

    "width": "100 persen",

    "height": "480",

    "symbol": "EASYMARKETS:OILUSD",

    "interval": "D",

    "timezone": "Etc/UTC",

    "theme": "light",

    "style": "1",

    "locale": "en",

    "hide_top_toolbar": true,

    "allow_symbol_change": false,

    "save_image": false,

    "calendar": false,

    "hide_volume": true,

    "support_host": "https://www.tradingview.com"

    }

    Gubernur The Fed Michelle Bowman pada Rabu lalu menegaskan kembali bahwa inflasi akan terus menurun jika suku bunga tetap stabil. Ia menambahkan bahwa penurunan suku bunga akan tepat dilakukan jika inflasi bergerak secara berkelanjutan menuju 2 persen.

    Data yang dirilis minggu ini, termasuk perkiraan produk domestik bruto kuartal pertama AS yang akan diumumkan pukul 19.30 WIB dan data inflasi pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) pada Jumat.

    “Jika hasil PCE inti membuat pasar keuangan pesimistis mengenai waktu penurunan suku bunga pertama The Fed, maka emas bisa tergelincir kembali ke level USD 2.270,” tambah Waterer.

    Meskipun emas batangan dianggap sebagai lindung nilai terhadap inflasi, suku bunga yang lebih tinggi meningkatkan biaya peluang untuk memegang aset yang tidak memberikan imbal hasil.

    “Harga emas masih terbelit tarik menarik antara kebijakan The Fed yang kurang dovish dan tingginya ketegangan geopolitik,” kata analis di BMI dalam sebuah catatan yang dikutip Reuters. Pendorong utama penurunan harga emas dalam jangka panjang adalah sentimen risiko yang lebih besar seiring dengan pemulihan ekonomi global pada akhir dekade ini.

    Harga perak di pasar spot turun 0,1 persen menjadi USD 28,74 per ons troi. Harga platinum turun 0,3 persen menjadi USD 1.007,33 dan paladium naik 0,2 persen menjadi USD 930,39.

    Emas dan Rupiah

    Pada bulan Juni, harga emas mengalami penurunan signifikan di pasar global, sementara nilai tukar rupiah terhadap dolar AS juga mengalami pelemahan yang mencolok.

    Pelemahan harga emas terutama dipengaruhi oleh peningkatan ekspektasi kenaikan suku bunga oleh Federal Reserve AS, yang memicu penguatan dolar AS dan menekan harga komoditas berdenominasi dolar seperti emas. Kondisi ini membuat investor cenderung beralih ke aset-aset berisiko lainnya, meninggalkan emas sebagai pilihan investasi.

    Di sisi lain, pelemahan rupiah terhadap dolar AS tercermin dari ketidakpastian pasar global dan faktor-faktor domestik seperti perlambatan ekonomi global, volatilitas pasar keuangan, dan kebijakan moneter yang diterapkan oleh Bank Indonesia untuk menjaga stabilitas ekonomi dalam menghadapi tantangan eksternal.

    Kombinasi dari harga emas yang anjlok dan pelemahan nilai tukar rupiah menunjukkan kompleksitas dinamika ekonomi global dan domestik yang perlu terus dipantau oleh pelaku pasar dan pemerintah untuk mengambil langkah-langkah yang tepat dalam menjaga stabilitas dan mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

    Sementara itu, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Kamis, dibuka dengan pelemahan di tengah antisipasi data produk domestik bruto (PDB) kuartal I-2024 versi final dari Bank Sentral AS.

    Pada awal perdagangan pagi Kamis, rupiah melemah sebanyak 8 poin atau 0,05 persen menjadi Rp16.421 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.413 per dolar AS.

    Pelemahan ini mencerminkan sikap hati-hati pelaku pasar yang menunggu data ekonomi krusial AS yang berpotensi mempengaruhi kebijakan moneter ke depan.

    Selain memperhatikan pelemahan yen Jepang, para pelaku pasar juga menantikan rilis data ekonomi AS seperti PDB kuartal I-2024 versi final dan klaim pengangguran malam ini, kata Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede di Jakarta, Kamis.

    Depresiasi yen Jepang dipicu oleh kekhawatiran yang berlanjut atas perbedaan suku bunga antara Jepang dan negara-negara lainnya. Jepang, yang mempertahankan kebijakan suku bunga rendah untuk mendukung pertumbuhan ekonomi, menghadapi tekanan dari negara-negara yang menaikkan suku bunga guna mengendalikan inflasi. Situasi ini membuat yen mengalami pelemahan karena selisih suku bunga yang semakin besar dengan negara lain.

    Pelemahan yen Jepang juga dipengaruhi oleh penurunan yuan Tiongkok dalam lima hari terakhir ini. Yuan melemah sebagai respons terhadap data ekonomi yang menunjukkan perlambatan pertumbuhan ekonomi di Tiongkok. Keadaan ini menambah tekanan terhadap yen karena kedua mata uang ini sering diperhitungkan bersama dalam strategi perdagangan investor.

    Mengingat pergerakan yen Jepang, investor khawatir bahwa Kementerian Keuangan Jepang akan melakukan intervensi yang signifikan dalam sesi hari ini. Tujuan intervensi ini adalah untuk menstabilkan yen dan mencegah depresiasi lebih lanjut yang dapat berdampak buruk pada ekonomi Jepang yang sangat mengandalkan ekspor.

    Di sisi domestik, obligasi Pemerintah Indonesia diperdagangkan bervariasi pada Rabu 26 Juni 2024, di tengah pelemahan nilai tukar rupiah. Volume perdagangan obligasi pemerintah tercatat sebesar Rp18,58 triliun, lebih rendah dari pada Selasa 24 Juni 2024 yang mencapai Rp38,40 triliun. Penurunan volume perdagangan ini mencerminkan ketidakpastian pasar terhadap prospek ekonomi global dan domestik, yang berdampak pada keputusan investasi.

    Josua Pardede memproyeksikan pergerakan rupiah akan berada dalam kisaran antara Rp16.375 per dolar AS hingga Rp16.475 per dolar AS dalam perdagangan hari ini. Kisaran ini mencerminkan volatilitas yang dipengaruhi oleh faktor eksternal dan domestik yang saling berinteraksi.

    Rilis data PDB AS kuartal I-2024 versi final merupakan salah satu indikator ekonomi penting yang ditunggu pasar. Data ini memberikan gambaran tentang kondisi ekonomi AS dan dapat mempengaruhi kebijakan moneter yang akan diambil oleh Federal Reserve (The Fed).

    Jika data PDB menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang lebih kuat dari perkiraan, kemungkinan besar The Fed akan mempertimbangkan untuk memperketat kebijakan moneter, yang dapat menguatkan dolar AS dan menekan nilai tukar mata uang lainnya, termasuk rupiah. Sebaliknya, jika data PDB menunjukkan pertumbuhan yang lebih lambat dari perkiraan, The Fed mungkin akan mempertahankan kebijakan suku bunga rendah untuk mendukung pemulihan ekonomi, yang dapat melemahkan dolar AS dan memberikan sedikit ruang bagi penguatan mata uang lainnya, termasuk rupiah.

    Selain data PDB, pasar juga menantikan data klaim pengangguran mingguan AS. Data ini memberikan indikasi tentang kondisi pasar tenaga kerja AS. Tingkat klaim pengangguran yang lebih rendah dari perkiraan biasanya dianggap sebagai tanda positif bagi ekonomi, yang dapat menguatkan dolar AS. Sebaliknya, tingkat klaim pengangguran yang lebih tinggi dari perkiraan dapat melemahkan dolar AS.

    Dalam menghadapi tekanan eksternal dan domestik, pemerintah Indonesia dan Bank Indonesia (BI) terus memantau perkembangan pasar dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk menjaga stabilitas ekonomi. Salah satu langkah yang diambil adalah menjaga stabilitas nilai tukar rupiah melalui intervensi di pasar valuta asing jika diperlukan. BI juga terus memantau perkembangan inflasi dan suku bunga global untuk menentukan kebijakan moneter yang tepat. (*)

     

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    KabarBursa.com

    Redaksi