Logo
>

Dovish, Hawkish, Bullish dan Bearish: Apa Artinya?

Ditulis oleh Pramirvan Datu
Dovish, Hawkish, Bullish dan Bearish: Apa Artinya?

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Istilah dovish dan hawkish, selain dari bullish dan bearish, juga sering kita dengar. Apalagi, jadi pegangan para pelaku pasar keuangan global. Namun, apakah arti istilah-istilah tadi. Mari kita simak.

    Kedua istilah ini, dovish dan hawkish, berasal dari kata-kata terkait dua binatang terbang, yaitu merpati (dove) dan elang (hawk). Merpati dianggap sebagai simbol yang jinak, penurut, dan cenderung terbang hingga ke titik tertinggi. Sementara itu, elang dianggap sebagai simbol yang agresif, menyerang, dan terbang menukik ke bawah untuk menangkap mangsa.

    Perbedaan utama antara dovish vs hawkish dengan bullish dan bearish terletak pada sifatnya. Dovish vs hawkish lebih bersifat sebagai sinyal, indikator, dan bahkan peringatan sebelum terjadi situasi bullish atau bearish. Dengan kata lain, dovish vs hawkish bersifat pra, sedangkan bullish and bearish bersifat pasca.

    Karenanya, istilah dovish vs hawkish sering muncul terutama saat bank sentral memberikan sikapnya, baik melalui pertemuan resmi maupun melalui pernyataan para petinggi regulator. Sikap bank sentral ini kemudian diberi predikat dovish jika cenderung pro pasar, atau sebaliknya disebut hawkish saat keberpihakannya berlawanan dengan harapan pasar.

    Contohnya, sebelum bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve (The Fed), benar-benar menaikkan suku bunga pada akhir tahun 2016, rencana kenaikan tersebut sudah mulai digaungkan sejak pertengahan tahun.

    Pelaku pasar secara cemas mengikuti setiap rapat Federal Open Meeting Committee (FOMC) yang biasa diadakan oleh The Fed. Harapan pasar umumnya adalah The Fed akan menunda kenaikan suku bunga. Seperti dilansir Bareksa, Sabtu 9 Maret 2024.

    Ketika petinggi The Fed menyatakan bahwa kenaikan suku bunga belum diperlukan karena perekonomian masih lemah, pernyataan bank sentral tersebut disebut dovish. Hal ini biasanya diikuti oleh kenaikan pasar saham dan agresivitas para pelaku pasar, meskipun nilai dolar AS (USD) cenderung melemah.

    Sebaliknya, jika The Fed menyatakan optimisme terhadap pembaikan perekonomian dan kemungkinan kenaikan suku bunga, bank sentral disebut sedang hawkish. Hal ini membuat pelaku pasar cemas dan seringkali diikuti dengan koreksi pasar saham. Meskipun demikian, dolar AS cenderung menguat karena ada potensi pembalikan arah dana investasi ke AS sehingga mata uangnya menjadi incaran.

    Perlu dicatat bahwa dovish tidak selalu menguntungkan dan hawkish tidak selalu merugikan. Semuanya tergantung pada situasi dan posisi pasar. Oleh karena itu, penting bagi para pelaku pasar untuk dapat membaca kedua indikator tersebut dengan cermat.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Pramirvan Datu

    Pram panggilan akrabnya, jurnalis sudah terverifikasi dewan pers. Mengawali karirnya sejak tahun 2012 silam. Berkecimpung pewarta keuangan, perbankan, ekonomi makro dan mikro serta pasar modal.