Logo
>

DSSA & EMTK Masuk LQ45, Era Baru Saham Energi dan Digital Dimulai

BEI merombak daftar LQ45 untuk periode November 2025–Januari 2026. Saham energi, digital, dan kesehatan kini mendominasi, menggantikan bank digital dan konsumsi yang kehilangan pamor.

Ditulis oleh Yunila Wati
DSSA & EMTK Masuk LQ45, Era Baru Saham Energi dan Digital Dimulai
Ilustrasi. Foto: AI untuk KabarBursa.

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Bursa Efek Indonesia (BEI) kembali melakukan perombakan besar terhadap konstituen Indeks LQ45 untuk periode Oktober 2025–Januari 2026. Evaluasi mayor ini menghasilkan peta baru saham unggulan dengan perubahan yang cukup signifikan. Lima saham masuk menggantikan lima saham lama yang terdepak dari jajaran elit likuid bursa.

    Saham-saham baru yang resmi masuk ke LQ45 kali ini adalah PT Bumi Resources Tbk. (BUMI), PT Dian Swastatika Sentosa Tbk. (DSSA), PT Elang Mahkota Teknologi Tbk. (EMTK), PT Medikaloka Hermina Tbk. (HEAL), dan PT Trimegah Bangun Persada Tbk. (NCKL). 

    Sementara itu, saham-saham yang keluar dari indeks terdiri dari PT Bank Jago Tbk. (ARTO), PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS), PT Jasa Marga Tbk. (JSMR), PT MAP Aktif Adiperkasa Tbk. (MAPA), dan PT Summarecon Agung Tbk. (SMRA).

    Perubahan ini akan efektif berlaku mulai 3 November 2025 hingga 30 Januari 2026. Dan seperti biasa, saham-saham yang tercatat di Indeks LQ45 menjadi tolok ukur penting bagi investor institusional maupun ritel dalam menentukan alokasi portofolio. 

    Untuk itu, BEI menegaskan bahwa seleksi dilakukan berdasarkan likuiditas, kapitalisasi pasar, dan fundamental perusahaan yang kuat serta kepatuhan terhadap peraturan pasar modal.

    Secara performa, saham-saham baru yang masuk ke indeks kali ini memperlihatkan karakter yang sangat berbeda dari konstituen yang keluar. BUMI, misalnya, menjadi “kuda hitam” baru dengan performa naik 11,86 persen year to date (ytd) ke level Rp132. 

    Dengan rasio free float 29,19 persen dan bobot indeks 0,73 persen, saham batu bara Grup Bakrie–Salim ini menunjukkan bahwa sektor energi kembali mendapat tempat dalam indeks unggulan BEI.

    DSSA menjadi bintang utama dalam daftar baru. Saham Grup Sinar Mas ini mencatat lonjakan luar biasa, yaitu 140 persen ytd hingga ke level Rp88.800, dengan rasio free float 20,42 persen dan bobot indeks tinggi di 8,04 persen. 

    Pencapaian ini mencerminkan peningkatan minat pasar terhadap saham-saham energi terintegrasi dan diversifikasi bisnis Sinar Mas yang agresif di sektor teknologi dan utilitas.

    Lanjut ke saham EMTK milik Grup Emtek yang berhasil menembus daftar bergengsi setelah mencatat reli spektakuler 117,48 persen ytd ke Rp1.070. Dengan free float 26,82 persen dan bobot indeks 1,00 persen, EMTK kini diakui sebagai salah satu saham konglomerasi digital dengan kapitalisasi besar dan likuiditas tinggi. 

    Masuknya EMTK menandakan bahwa sektor teknologi dan media kembali dilirik investor besar, terutama setelah periode konsolidasi panjang sepanjang 2024.

    Sementara itu, HEAL, emiten rumah sakit yang dikelola PT Medikaloka Hermina Tbk., menjadi satu-satunya perwakilan sektor kesehatan yang masuk ke daftar LQ45 periode ini. Meski secara performa sahamnya terkoreksi 7,98 perseb ytd ke Rp1.500, HEAL tetap mencatat free float tinggi 49,45 persen dan bobot indeks 0,57 persen.

    Catatan ini menjadikannya saham defensif yang tetap diminati karena prospek jangka panjang industri kesehatan yang stabil.

    NCKL, yang bergerak di bidang hilirisasi nikel dan energi baru, turut memperkuat eksposur sektor mineral dan EV supply chain di indeks. Dengan kenaikan 64,24 persen ytd ke Rp1.240, free float 10,43 persen, dan bobot 0,43 persen, saham ini mencerminkan tren investasi menuju sektor sumber daya strategis yang mendukung transisi energi nasional.

    Sebaliknya, saham-saham yang keluar seperti ARTO, BRIS, dan JSMR memperlihatkan pola yang serupa, yaitu penurunan likuiditas dan stagnasi harga dalam beberapa kuartal terakhir. 

    Sektor keuangan digital dan perbankan syariah, yang sebelumnya menjadi bintang baru pada 2021–2023, kini kehilangan momentum akibat perlambatan pertumbuhan transaksi dan ketatnya persaingan industri.

    MAPA dan SMRA, dua saham consumer dan properti yang juga terdepak, mencerminkan perubahan arah minat pasar yang kini lebih condong ke sektor energi, digital, dan kesehatan. Padahal sejatinya sektor-sektor tersebut secara fundamental lebih resilien menghadapi ketidakpastian ekonomi global.

    Secara keseluruhan, evaluasi mayor LQ45 periode ini menggambarkan pergeseran struktural sentimen investor di Bursa Efek Indonesia (BEI). Dari dominasi bank digital dan konsumsi ritel pada 2023–2024, kini indeks kembali dikuasai oleh saham energi, teknologi, dan kesehatan.

    Bagi investor, komposisi baru ini juga berarti rotasi besar-besaran dalam portofolio reksa dana indeks dan ETF berbasis LQ45. Likuiditas di saham baru seperti DSSA, EMTK, dan NCKL diperkirakan melonjak tajam pada awal November seiring rebalancing dana institusional.

    Dengan masuknya kombinasi saham lama yang bangkit seperti BUMI dan nama besar baru seperti DSSA serta EMTK, LQ45 kini terlihat lebih “berenergi” dan dinamis menghadapi kuartal terakhir 2025. 

    Evaluasi ini tidak hanya mengubah daftar nama, tapi juga menggambarkan perubahan arah pasar modal Indonesia menuju era baru, di mana diversifikasi sektor dan transformasi bisnis menjadi kunci utama dalam menentukan siapa yang layak bertahan di indeks unggulan BEI.(*)

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Yunila Wati

    Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

    Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

    Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79