KABARBURSA.COM - Bank Sentral Eropa (ECB) mungkin akan mengambil langkah strategis dengan memangkas suku bunga pada Kamis (12/9/2024). Langkah ini dipandang sebagai pendahulu bagi Amerika Serikat, yang diprediksi akan mengikuti langkah serupa minggu depan. Dengan kecenderungan global menuju pelonggaran kebijakan moneter yang lebih terkoordinasi, negara-negara maju kini terlihat bergeser untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di tengah risiko inflasi yang mulai mereda.
Para pejabat zona euro telah memberikan sinyal kuat bahwa mereka akan memberikan pengurangan biaya pinjaman kedua, setelah pemotongan yang dilakukan pada Juli. Investor akan dengan cermat mengamati langkah ini untuk mengukur kemungkinan adanya pemotongan suku bunga lebih lanjut menjelang akhir 2024. Setidaknya, satu penurunan lagi diperkirakan akan terjadi tahun ini.
Langkah ini terjadi bersamaan dengan pengurangan suku bunga oleh Bank of Canada pada 4 September, dan mempertegas pergeseran kebijakan di negara-negara maju, terutama menjelang langkah Federal Reserve yang diantisipasi pada 18 September.
Pelonggaran dalam pertumbuhan upah zona euro pada kuartal kedua memberi ruang bagi para pembuat kebijakan untuk bertindak. Di sisi lain, laporan harga konsumen AS yang akan diumumkan pada Rabu, 11 September 2024 diperkirakan akan memperkuat keyakinan para pejabat Federal Reserve bahwa tekanan inflasi mulai terkendali, sejalan dengan data perekrutan tenaga kerja AS yang tidak memenuhi ekspektasi.
Bagi para investor, pertanyaan besarnya adalah sejauh mana penurunan suku bunga ini akan membuka jalan bagi siklus pelonggaran yang lebih dalam. Apakah ini sekadar upaya meringankan ketegangan ekonomi, atau justru awal dari kebijakan yang lebih agresif untuk menstimulasi pertumbuhan?
Menurut David Powell, ekonom senior dari BloombergEconomics, "Kami memperkirakan ECB akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin lagi pada Desember. Namun, pertumbuhan upah yang tetap tinggi dan inflasi di sektor jasa seharusnya membuat ECB berhati-hati untuk tidak melakukan pemotongan lebih awal."
Fokus utama dalam pernyataan Presiden ECB Christine Lagarde pada Kamis nanti akan tertuju pada prospek pertumbuhan, terutama dengan data terbaru yang menunjukkan bahwa ekspansi kuartal kedua lebih lemah dari perkiraan awal. Dewan Gubernur ECB diperkirakan akan lebih nyaman mengambil keputusan di pertemuan berikutnya setelah menerima prakiraan triwulanan yang baru.
Dengan demikian, pemangkasan suku bunga lebih lanjut di Desember tampaknya lebih mungkin terjadi dibandingkan dengan pertemuan 17 Oktober mendatang. Di luar zona euro, data inflasi China, angka upah Inggris, dan keputusan suku bunga dari Pakistan hingga Peru akan menjadi sorotan penting di pekan ini.
Perdagangan Bursa Eropa
Bursa ekuitas Eropa tergelincir pada Kamis, 6 September 2024, seiring dengan data ekonomi yang bervariasi memicu kekhawatiran terkait pertumbuhan global, meskipun sektor yang sensitif terhadap suku bunga menunjukkan kenaikan. Indeks CAC 40 Prancis menjadi yang paling terdampak di antara indeks regional.
Indeks pan-Eropa STOXX 600 ditutup melemah 0,54 persen, turun 2,77 poin ke level 512,05. Sektor kesehatan, bahan kimia, dan barang-barang pribadi mengalami penurunan lebih dari 1 persen, menurut laporan Reuters.
Kondisi ekonomi yang tidak stabil terus mempengaruhi sentimen pasar. Di Jerman, pesanan industri mengalami kenaikan yang melebihi ekspektasi sepanjang Juli, namun penjualan ritel zona euro justru mencatatkan penurunan tahunan. Ditambah dengan tanda-tanda pelemahan di pasar tenaga kerja Amerika Serikat, investor cenderung berhati-hati menjelang rilis data non-farm payrolls AS pada Jumat.
"Pesanan industri Jerman adalah kabar baik, tetapi fokus utama pasar saat ini adalah data ketenagakerjaan AS. Ketegangan terus meningkat menjelang rilis data pekerjaan tersebut, yang menjadi alasan mengapa terjadi aksi jual terus-menerus di pasar saham Wall Street dan Eropa," ujar Ipek Ozkardeskaya, analis dari Swissquote Bank.
Indeks acuan CAC 40 Prancis terperosok 0,92 persen, turun 69,01 poin ke level 7.431,96. Ini adalah penurunan ketiga berturut-turut, dipicu oleh kekhawatiran perlambatan di China, salah satu konsumen utama barang mewah. Saham-saham luxury brand jatuh lebih dari 3 persen, dengan LVMH dan Hermes International masing-masing tergerus 3,6 persen dan 6,4 persen.
Di tengah sentimen negatif, pemilihan Michel Barnier sebagai perdana menteri Prancis sedikit meredakan kekhawatiran di pasar, terutama sektor perbankan dan obligasi pemerintah. Harapan stabilitas politik membantu mengangkat beberapa saham, meskipun investor masih berhati-hati.
Indeks acuan DAX Jerman stagnan, turun tipis 0,08 persen atau 15,35 poin ke 18.576,50. Institut Ifo memperkirakan ekonomi Jerman akan mengalami stagnasi tahun ini, berbeda dengan prediksi sebelumnya yang mengharapkan pertumbuhan 0,4 persen.
Indeks FTSE 100 Inggris juga turun 0,34 persen, atau 27,89 poin menjadi 8.241,71. Namun, sektor utilitas dan real estat yang sensitif terhadap suku bunga menjadi penggerak utama, masing-masing menguat lebih dari 1 persen, didorong ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh Bank Sentral Eropa (ECB) dan Federal Reserve.
Dalam survei yang dilakukan oleh Reuters, ekonom memperkirakan ECB akan memangkas suku bunga deposito sebesar 25 basis poin pada 12 September, dengan potensi pemangkasan lain pada Desember.
Di sektor korporasi, saham Airbus SE anjlok 1,4 persen setelah regulator keselamatan udara Eropa menyatakan akan meminta inspeksi pada sebagian armada A350 setelah insiden kerusakan mesin di penerbangan Cathay Pacific. Sementara itu, saham Vistry melonjak 8,5 persen setelah pengembang perumahan asal Inggris tersebut mengumumkan rencana pembelian kembali saham senilai 130 juta pound, menyusul kenaikan laba setengah tahunan sebesar 7 persen.
Di sisi lain, saham teknologi masih mengalami tekanan, memperpanjang penurunan dari sesi sebelumnya. ASML Holdings, produsen semikonduktor terkemuka, turun 2,2 persen, mengikuti tren negatif di saham semikonduktor Amerika.(*)