Logo
>

Ekonom: Pemerintah Perlu Ciptakan Lapangan Kerja Produktif

Ditulis oleh Syahrianto
Ekonom: Pemerintah Perlu Ciptakan Lapangan Kerja Produktif

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Ekonom senior Raden Pardede merekomendasikan pemerintah Indonesia untuk menciptakan lebih banyak lapangan kerja produktif guna mendorong kemandirian masyarakat.

    “Sampai saat ini kita terus memberikan bantuan sosial (bansos) kepada masyarakat miskin, tapi apakah kita terus-terusan mampu melakukan ini? Yang baik adalah menciptakan lapangan kerja produktif. Jadi, tidak hanya memberikan bantuan, tapi juga lapangan kerja,” kata Pardede.

    Dalam DBS Asian Insights Conference 2024: Strategi Ekonomi Pasca Pemilu dan Masa Depan Berkelanjutan Menuju Indonesia Emas 2045, Pardede menyampaikan, perekonomian terus mengalami gejolak, termasuk pada sektor pangan. Fenomena El Nino yang merupakan efek dari perubahan iklim telah memengaruhi produktivitas pertanian yang berdampak pada kenaikan harga sejumlah komoditas pangan.

    Di sisi lain, konflik geopolitik masih tereskalasi, menyebabkan fluktuasi pada harga minyak. Bila harga minyak meningkat, maka biaya subsidi yang perlu digelontorkan Pemerintah juga turut terkerek dan berpotensi makin membebani fiskal negara.

    Realitas lain di bidang lapangan kerja Indonesia adalah generasi muda yang kian sulit mendapatkan akses ke pekerjaan formal. Menurutnya, salah satu faktor penyebab kondisi ini adalah perubahan gaya kerja generasi muda.

    Misalnya, kalangan gen Z cenderung lebih menyukai pekerjaan fleksibel yang bisa dikerjakan dari rumah. Sementara, Pardede meyakini, infrastruktur perekonomian Indonesia belum memadai untuk menopang kebutuhan tersebut.

    “Kalau memang mau bekerja seperti itu, artinya sektor ekonomi harus diperkuat dengan teknologi,” ujar dia.

    Bila hanya sedikit porsi generasi muda yang terserap pekerjaan formal, pada akhirnya akan berdampak terhadap penerimaan pajak negara, menimbang sektor informal sulit untuk dikenakan pajak. Belum lagi sektor informal tidak terdaftar pada BPJS Ketenagakerjaan. “Jadi, tantangannya adalah bagaimana menciptakan lapangan kerja yang produktif,” tutur Pardede.

    Prakerja Belum Maksimal

    Program Kartu Prakerja yang digagas pemerintah Indonesia dengan tujuan mengurangi pengangguran dan meningkatkan keterampilan tenaga kerja telah berlangsung 4 tahun, tepatnya sejak 2020-2024.

    Namun, efektivitasnya dalam mengatasi masalah pengangguran masih dipertanyakan. Mengingat, berdasarkan data Badan Pusa Statistik (BPS) Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Agustus 2023 sebesar 5,32 persen, atau turun secara tahunan (YoY) sebesar 0,54 persen poin dibanding Agustus 2022.

    Direktur Eksekutif Institute For Development of Economics and Finance (INDEF) Esther Sri Astuti, mengatakan Kartu Prakerja seharusnya lebih dari sekadar program pelatihan. Tapi juga bisa menjadi mediator antara pencari kerja dan perusahaan yang membutuhkan tenaga kerja.

    Esther menyoroti bahwa selama ini, lulusan Kartu Prakerja harus mencari pekerjaan sendiri setelah menyelesaikan pelatihan, tanpa ada jaminan mereka akan mendapatkan pekerjaan.

    Dia menekankan pentingnya peran Kartu Prakerja sebagai perantara antara pencari kerja dan perusahaan yang membutuhkan tenaga kerja. Dengan demikian, pencari kerja akan memiliki kepastian lebih besar untuk memperoleh pekerjaan setelah menyelesaikan pelatihan.

    “Kartu Prakerja seharusnya menjadi mediator di antara kedua pihak itu. Jadi pelatihan yang diselenggarakan oleh Kartu Prakerja, dengan melakukan seleksi dari calon tenaga kerja, kemudian diberikan pelatihan, langsung bisa diserap oleh perusahaan-perusahaan itu,” jelas Esther kepada Kabar Bursa, Jumat 17 Mei 2024.

    Selain itu, Esther juga membahas tren pengangguran yang tidak menunjukkan penurunan signifikan. Dia mengaitkan hal ini dengan kurang optimalnya fungsi Kartu Prakerja. Menurutnya, jika program ini dioptimalkan, kontribusinya terhadap pengurangan pengangguran bisa lebih besar.

    “Kita harus mengatasi masalah link and match antara ketersediaan tenaga kerja dan kebutuhan pasar tenaga kerja. Selain itu, investasi yang masuk ke Indonesia harus berorientasi pada padat karya, sehingga bisa menyerap lebih banyak tenaga kerja,” tambah Esther.

    Ekonom Senior INDEF, Tauhid Ahmad menyoroti bahwa sebagian besar peserta program sebenarnya sudah bekerja dan hanya ingin meningkatkan keterampilan atau mencari pekerjaan yang lebih layak, bukan benar-benar menganggur. Sehingga, wajar apabila angka pengangguran tidak begitu terpengaruh  dengan adanya program kartu prakerja tersebut.

    “Jika kita lihat data 2020, separuh lebih dari peserta Kartu Prakerja bukan orang yang menganggur. Mereka sudah bekerja, hanya ingin meningkatkan skill atau mencari pekerjaan yang lebih layak,” kata Tauhid kepada Kabar Bursa, Jumat 17 Mei 2024.

    Tauhid juga mempertanyakan apakah peserta Kartu Prakerja yang berhasil memperoleh pekerjaan benar-benar karena sertifikat dari program tersebut atau karena faktor lain seperti pengalaman kerja sebelumnya atau tingkat pendidikan. Menurutnya, ini adalah area yang perlu diteliti lebih lanjut. “apakah memang (alumni prakerja) sekarang bekerja karena sertifikat dari kartu prakerja?atau ada faktor lainnya?,” tanya dia.

    “Karena bisanya mereka bekerja karena punya pengalaman yang sebelumnya atau punya latar belakang pendidikan yang sesuai,” tambah dia.

    Dia pun juga menyoroti kelemahan sistem Kartu Prakerja dalam menjamin pengakuan lembaga-lembaga pelatihan oleh perusahaan-perusahaan pencari tenaga kerja. Tauhid menyarankan agar perusahaan yang membutuhkan tenaga kerja menjadi penyelenggara pelatihan, dengan biaya yang dibebankan pada Kartu Prakerja.

    Dia mencontohkan, misalnya Astra punya pelatihan, mereka butuh orang banyak, itu akan lebih baik Astra yang mengadakan pelatihannya, tapi pemerintah yang memberikan insentif melalui program kartu prakerja.

    “Sebisa mungkin yang menyelenggarakan pelatihan ya industrinya, tapi dibebankan biayanya pada Kartu Prakerja,” terang dia.

    Kendati demikian, sebelumnya, Direktur Eksekutif Manajemen Pelaksanaan Program (PMO) Kartu Prakerja, Denni Puspa Purbasari, mengaku melalui survei internalnya, pasca satu bulan menyelesaikan program pra kerja, sekitar sepertiga peserta yang awalnya menganggur berhasil mendapatkan pekerjaan.

    “Pelatihan praktis yang diberikan terbukti efektif, dengan sertifikat Kartu Prakerja membantu mereka mendapatkan pekerjaan, baik sebagai wirausahawan maupun karyawan,” kata Denni di Jakarta.

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Syahrianto

    Jurnalis ekonomi yang telah berkarier sejak 2019 dan memperoleh sertifikasi Wartawan Muda dari Dewan Pers pada 2021. Sejak 2024, mulai memfokuskan diri sebagai jurnalis pasar modal.

    Saat ini, bertanggung jawab atas rubrik "Market Hari Ini" di Kabarbursa.com, menyajikan laporan terkini, analisis berbasis data, serta insight tentang pergerakan pasar saham di Indonesia.

    Dengan lebih dari satu tahun secara khusus meliput dan menganalisis isu-isu pasar modal, secara konsisten menghasilkan tulisan premium (premium content) yang menawarkan perspektif kedua (second opinion) strategis bagi investor.

    Sebagai seorang jurnalis yang berkomitmen pada akurasi, transparansi, dan kualitas informasi, saya terus mengedepankan standar tinggi dalam jurnalisme ekonomi dan pasar modal.