Logo
>

Ekosistem Gula Harus Diperkuat Penuhi Kebutuhan Nasional

Ditulis oleh Pramirvan Datu
Ekosistem Gula Harus Diperkuat Penuhi Kebutuhan Nasional

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi menekankan pentingnya memperkuat ekosistem gula secara modern untuk memenuhi kebutuhan nasional.

    Dalam keterangannya di Jakarta pada Jumat, 5 Juli 2024, Arief menyatakan bahwa ekosistem gula nasional perlu terus diperkuat, termasuk melalui kolaborasi dengan Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI).

    Menurut Arief, penguatan ini dimulai dari lini produksi, khususnya dengan melibatkan petani tebu rakyat. Ketika petani tebu termotivasi untuk meningkatkan tanamannya, hal ini akan berdampak positif terhadap kemandirian pangan dan produksi gula konsumsi yang mencukupi dalam negeri.

    "Dengan memberikan harga yang baik kepada petani, mereka dapat mensuplai ke pabrik gula, sehingga semua pihak merasa diuntungkan. Petani senang, pabrik gula semakin modern, dan kebutuhan dalam negeri tercukupi. Ini merupakan langkah yang signifikan," ujarnya.

    Arief baru-baru ini mengunjungi Pabrik Gula Krebet Baru di Malang, Jawa Timur, pada Kamis, 4 Juli, untuk melihat langsung proses produksi gula. Dia menegaskan bahwa peningkatan produksi dalam negeri dapat memastikan pasokan gula konsumsi yang memadai untuk kebutuhan domestik.

    Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) dalam 'Statistik Tebu Indonesia 2022' menunjukkan bahwa pada tahun 2022, sekitar 63 persen produksi gula didukung oleh perkebunan rakyat. Arief menekankan pentingnya kerja sama pemerintah dengan petani tebu rakyat untuk memastikan kelangsungan produksi yang berkelanjutan.

    Untuk menjaga keseimbangan harga gula, Bapanas telah bekerja sama dengan berbagai pihak, termasuk APTRI dan BUMN, untuk menetapkan kebijakan harga yang wajar dari produsen hingga konsumen. Sejak April 2024, harga gula konsumsi ditetapkan sebesar Rp14.500 per kilogram di tingkat produsen dan Rp17.500 per kilogram di tingkat konsumen, dengan pengecualian untuk beberapa daerah tertentu.

    Ketua Umum Pusat Koperasi Petani Tebu Rakyat, Hamim Holili, menyambut baik kebijakan penetapan harga gula oleh pemerintah, yang dianggapnya memberikan kepastian dan keuntungan bagi petani. Dia menegaskan bahwa harga yang adil akan mendorong semangat petani untuk meningkatkan produksi mereka.

    Ketua Umum APTRI, Soemitro Samadikun, juga menyoroti pentingnya meningkatkan pendapatan petani sebagai kunci untuk memperbaiki produktivitas dan mencapai kemandirian pangan yang diinginkan.

    Upaya ini sejalan dengan komitmen pemerintah untuk membangun ekosistem gula yang kuat dan berkelanjutan, dengan harapan dapat mengatasi tantangan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan petani tebu rakyat di Indonesia.

    Produksi Gula

    Holding BUMN Pangan ID Food menargetkan produksi gula tahun ini mencapai 296.447 ton, meningkat 13 persen dari tahun lalu yang mencapai 262.547 ton. Perusahaan pelat merah ini mengandalkan enam pabrik gula (PG) untuk mencapai target produksi tersebut, yaitu PG Rejo Agung Baru, PG Krebet Baru, PG Candi Baru, PG Tersana Baru, PG Jatitujuh, dan PG Sindang Laut.

    ID Food juga menargetkan luas areal tebu mencapai 55.822 hektare (ha) pada tahun ini, naik tiga persen dari tahun sebelumnya, yang mencapai 54.210 ha. Produksi tebu yang akan digiling tahun ini ditargetkan mencapai 3.918.414 ton, meningkat 10 persen dari tahun 2023 yang mencapai 3.563.498 ton.

    Produktivitas tebu (protas) juga ditargetkan meningkat menjadi 70,19 ton per ha, naik tujuh persen dari 65,7 ton per ha pada 2023. Rendemen tebu juga dipatok meningkat menjadi 7,57 persen tahun ini, naik tiga persen dari 7,37 persen pada 2023. Dengan demikian, target produksi gula pada tahun ini adalah 296.447 ton, dibandingkan dengan 262.547 ton tahun sebelumnya.

    Selain itu, ID Food memiliki tiga anak usaha di bidang industri gula dengan total produksi 262 ribu ton per tahun. Mereka adalah PT PG Rajawali I yang berlokasi di Jawa Timur dengan kapasitas 16.884 TCD (ton cane per day), PT PG Rajawali II di Jawa Barat dengan kapasitas 8.350 TCD, dan PT PG Candi Baru di Jawa Timur dengan kapasitas 2.740 TCD.

    Direktur Utama ID Food, Sis Apik Wijayanto, menjelaskan bahwa perusahaan telah resmi memulai proses penggilingan tebu pada 2024 dengan target produksi gula yang meningkat 13 persen dibandingkan tahun lalu.

    “Kami menargetkan produksi gula tahun ini naik 13 persen menjadi 296.447 ton. Kami telah memulai proses penggilingan, dimulai dengan PG Rejo Agung Baru pada tanggal 14 Mei 2024, yang merupakan bagian dari PT PG Rajawali I, dengan target produksi 55.087 ton,” ungkap Sis saat rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi IV DPR di Jakarta, Senin, 10 Juni 2024.

    Selanjutnya, PG Krebet Baru, juga milik PT PG Rajawali I, memulai proses penggilingan pada tanggal 20 Mei 2024 dengan target produksi 130.900 ton. PG Candi Baru memulai giling tebu pada tanggal 15 Mei 2024 dengan target produksi 30.600 ton. PG Tersana Baru, yang merupakan bagian dari PT PG Rajawali II, memulai proses penggilingan pada 27 Mei 2024 dengan target produksi 29.623 ton.

    PG Jatitujuh memulai giling tebu pada 5 Juni 2024 dengan target 39.539 ton, sedangkan PG Sindang Laut dijadwalkan memulai giling tebu pada20 Juni 2024 dengan target produksi 12.790 ton.

    “Terkait capaian rendemen, kami menargetkan tahun ini mencapai 7,57 persen, meningkat dari capaian tahun lalu sebesar 7,37 persen,” jelas Sis Apik melalui keterangan tertulis.

    Dia menjelaskan bahwa target produksi gula tersebut diharapkan dapat tercapai melalui optimalisasi produksi di enam pabrik gula (PG) yang dikelola oleh tiga anak perusahaan perseroan, dengan total kapasitas giling mencapai 27.974 ton cane per day (TCD).

    “Saat ini, ada enam PG yang aktif melaksanakan giling, di mana tiga di antaranya berlokasi di Jawa Barat yang dikelola oleh PT PG Rajawali II, dan tiga lainnya berlokasi di Jawa Timur, di mana dua di antaranya dikelola oleh PT PG Rajawali I dan satu oleh PT PG Candi Baru,” jelasnya.

    Di wilayah Jawa Barat, ID Food melalui PT PG Rajawali II yang mengelola PG Tersana Baru, PG Sindanglaut, dan PG Jatitujuh menargetkan produksi gula sebesar 84,8 ribu ton, meningkat 48 persen dari capaian tahun sebelumnya yang mencapai 57,2 ribu ton.

    “Penggilingan untuk 2024 di PT PG Rajawali II telah dimulai pada 27 Mei lalu, dimulai dengan PG Tersana Baru. Tahun ini juga menjadi tahun kedua di mana PG Sindanglaut kembali melaksanakan giling setelah berhasil dihidupkan kembali pada 2023,” tambahnya.

    Sementara di wilayah timur, PT PG Rajawali I yang mengelola PG Redjo Agung Baru di Madiun dan PT Krebet Baru di Malang menargetkan produksi gula sebesar 181 ribu ton untuk tahun ini, naik dari capaian tahun sebelumnya sebesar 174 ribu ton. Kedua PG ini telah memulai giling secara serentak pada 14 Mei 2024.

    Di sisi lain, PT PG Candi Baru yang memulai giling pada 15 Mei menargetkan produksi gula sebesar 30,6 ribu ton, dengan total tebu yang digiling sebanyak 411 ribu ton yang ditanam di area seluas 5,3 ribu ha.

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Pramirvan Datu

    Pram panggilan akrabnya, jurnalis sudah terverifikasi dewan pers. Mengawali karirnya sejak tahun 2012 silam. Berkecimpung pewarta keuangan, perbankan, ekonomi makro dan mikro serta pasar modal.