KABARBURSA.COM - PT Bukit Uluwatu Villa Tbk (BUVA) belum lama ini mengumumkan akuisisi 50 persen saham PT Bukit Savana Raya (BSR) senilai Rp112,22 miliar. Manajemen perusahaan melalui keterbukaan informasinya di Bursa Efek Indonesia menyatakan langkah ini sebagai bagian dari strategi ekspansi di sektor perhotelan.
“Perseroan bermaksud untuk membeli saham BSR guna meningkatkan performa investasi Perseroan untuk meningkatkan kinerja dan tingkat profitabilitas yang bisa didapatkan oleh Perseroan dalam melakukan ekspansi perusahaan dengan memiliki dan/atau membuka hotel baru," tulis manajemen BUVA dalam keterangan tertulis, dikutip Rabu, 31 Juli 2024.
Meskipun langkah ini diharapkan mampu meningkatkan profitabilitas perusahaan, laporan keuangan terbaru justru mengungkapkan kondisi yang memprihatinkan. Pada kuartal pertama 2024, BUVA mencatat kerugian sebesar Rp11 miliar, hanya sedikit membaik di kuartal kedua dengan perolehan laba sebesar Rp1 miliar.
Pemilik BUVA, Hapsoro Sukmonohadi alias Happy Hapsoro, yang juga suami Ketua DPR RI Puan Maharani, tampaknya masih harus berjuang keras untuk memperbaiki performa keuangan perusahaan ini. Meski telah melakukan berbagai langkah, termasuk konversi utang menjadi saham baru melalui PT Nusantara Utama Investama, beban utang yang mencapai Rp1,05 triliun masih menjadi ancaman serius bagi stabilitas finansial BUVA.
Rasio solvabilitas yang rendah dan margin profitabilitas yang tipis semakin memperjelas bahwa BUVA perlu lebih dari sekadar strategi ekspansi untuk keluar dari krisis keuangan yang membelenggu.
Lantas, bagaimana kinerja keuangan dan saham BUVA berdasarkan laporan keuangan terbaru?
Tentang BUVA
PT Bukit Uluwatu Villa Tbk (BUVA) didirikan pada 15 Desember 2000 dengan fokus pada pengembangan hotel dan resor ramah lingkungan. Sejak berdiri, perusahaan ini dikenal sebagai pengembang unggul yang menawarkan arsitektur terbaik dan telah diakui secara internasional. Beberapa portofolio propertinya yang terkenal antara lain Alila Ubud, Alila Villas Uluwatu, Alila Manggis, Alila SCBD, dan Dialoog Banyuwangi.
Kepemilikan saham mayoritas BUVA dipegang oleh PT Nusantara Utama Investama, yang menguasai 61,07 persen atau setara dengan 12,57 miliar lembar saham. Pemegang saham lainnya terdiri dari masyarakat non-warkat sebanyak 15,61 persen, PT Mitra Sawit Baru sebesar 9,19 persen, PT Asia Leisure Network sebesar 8,27 persen, dan Tri Ramadi yang memiliki 5,86 persen saham.
Jumlah pemegang saham BUVA terus mengalami penurunan dari 2.020 pada 31 Januari 2024 menjadi 1.777 pada 30 Juni 2024. Perubahan jumlah pemegang saham ini mengindikasikan adanya pergeseran minat investor terhadap saham BUVA, yang mungkin disebabkan oleh kondisi keuangan perusahaan yang menantang dan strategi manajemen dalam menghadapi beban utang yang signifikan.
Pendapatan Bersih
Pada kuartal pertama tahun 2024, BUVA mencatat kerugian sebesar Rp11 miliar. Namun, pada kuartal kedua, perusahaan berhasil membalikkan keadaan dengan mencatat laba sebesar Rp1 miliar. Tahun 2023 mencatat laba bersih sebesar Rp1 miliar pada kuartal pertama, Rp12 miliar pada kuartal kedua, dan Rp47 miliar pada kuartal ketiga, sebelum kembali merugi Rp22 miliar pada kuartal keempat. Secara tahunan, pendapatan bersih tahun 2024 diestimasi sebesar Rp19 miliar, menurun dari Rp35 miliar di tahun sebelumnya.
Valuasi
Rasio harga terhadap pendapatan (Price Earnings Ratio) saat ini menunjukkan angka negatif -56,03 kali (annualised) dan 73,13 kali berdasarkan trailing twelve months (TTM). Rasio harga terhadap penjualan (Price to Sales) sebesar 2,98 kali, dan rasio harga terhadap nilai buku (Price to Book Value) sebesar 1,16 kali. Rasio harga terhadap arus kas (Price to Cashflow) sebesar 30,44 kali dan rasio harga terhadap arus kas bebas (Price to Free Cashflow) sangat tinggi di angka 18.832,62 kali.
Per Saham
Laba per saham (Earnings Per Share) saat ini tercatat sebesar 0,72, sedangkan secara annualised sebesar -0,95. Pendapatan per saham (Revenue Per Share) sebesar 17,78 dan nilai buku per saham (Book Value Per Share) sebesar 45,83.
Solvabilitas
Rasio lancar (Current Ratio) sebesar 0,60 kali dan rasio cepat (Quick Ratio) sebesar 0,58 kali, menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya relatif rendah. Rasio utang terhadap ekuitas (Debt to Equity Ratio) tercatat sebesar 0,50 kali.
Profitabilitas
Pengembalian aset (Return on Assets) tercatat sebesar 0,92 persen dan pengembalian ekuitas (Return on Equity) sebesar 1,58 persen. Margin laba kotor (Gross Profit Margin) tercatat sebesar 71,57 persen, margin laba operasional (Operating Profit Margin) sebesar 14,53 persen, dan margin laba bersih (Net Profit Margin) sebesar 1,11 persen.
Laporan Laba Rugi
Pendapatan (Revenue) perusahaan berdasarkan trailing twelve months (TTM) sebesar Rp366 miliar, dengan laba kotor (Gross Profit) sebesar Rp260 miliar, EBITDA sebesar Rp178 miliar, dan pendapatan bersih (Net Income) sebesar Rp15 miliar.
Neraca
Kas perusahaan pada kuartal terakhir tercatat sebesar Rp88 miliar. Total aset perusahaan sebesar Rp1.621 triliun dengan total liabilitas sebesar Rp675 miliar. Utang jangka pendek tercatat sebesar Rp27 miliar, dan utang jangka panjang sebesar Rp440 miliar, dengan total utang mencapai Rp467 miliar. Total ekuitas perusahaan sebesar Rp944 miliar.
PT Bukit Uluwatu Villa Tbk (BUVA) telah mengambil langkah ekspansif dengan mengakuisisi 50 persen saham PT Bukit Savana Raya (BSR) senilai Rp112,22 miliar. Namun, laporan keuangan terbaru mengungkapkan bahwa perusahaan masih menghadapi tantangan besar dalam stabilitas keuangan dan profitabilitas.
Laporan Arus Kas
Berdasarkan laporan arus kas trailing twelve months (TTM), BUVA mencatat arus kas dari operasional sebesar Rp36 miliar, yang menunjukkan performa operasional yang positif. Namun, arus kas dari investasi mencatat angka negatif sebesar Rp17 miliar, mencerminkan pengeluaran investasi yang signifikan. Di sisi lain, arus kas dari pembiayaan menunjukkan angka positif sebesar Rp70 miliar, menunjukkan adanya tambahan dana dari aktivitas pembiayaan. Pengeluaran modal (capital expenditure) tercatat sebesar Rp36 miliar, dan arus kas bebas (free cash flow) berada di angka nol.
Pertumbuhan
Pendapatan perusahaan mengalami penurunan pada basis kuartal ke kuartal (YoY) sebesar 2,79 persen dan penurunan pendapatan sepanjang tahun berjalan (YTD) sebesar 3,19 persen. Namun, pertumbuhan pendapatan tahunan (annual YoY growth) menunjukkan lonjakan signifikan sebesar 471,20 persen. Di sisi lain, pendapatan bersih mengalami penurunan drastis sebesar 91,41 persen pada basis kuartal ke kuartal dan 190,89 persen pada basis tahun berjalan.
Meskipun demikian, pendapatan bersih tahunan meningkat sebesar 193,64 persen. Laba per saham (EPS) juga menunjukkan penurunan sebesar 97,16 persen pada basis kuartal ke kuartal dan 129,94 persen pada basis tahun berjalan, tetapi meningkat sebesar 130,99 persen pada basis tahunan.
Kinerja Harga Saham
Kinerja harga saham BUVA menunjukkan fluktuasi yang signifikan. Selama satu minggu terakhir, harga saham turun sebesar 1,85 persen, dan selama satu bulan terakhir turun sebesar 5,36 persen. Penurunan ini juga tercatat dalam periode tiga bulan dan enam bulan terakhir, masing-masing sebesar 5,36 persen dan 1,85 persen.
Namun, dalam satu tahun terakhir, harga saham menunjukkan peningkatan sebesar 43,24 persen, meskipun dalam jangka waktu tiga tahun dan lima tahun terakhir harga saham mengalami penurunan masing-masing sebesar 11,67 persen dan 44,21 persen. Dalam sepuluh tahun terakhir, harga saham BUVA turun drastis sebesar 81,91 persen, sementara kinerja harga saham sepanjang tahun berjalan (year to date) menunjukkan penurunan sebesar 13,11 persen. Harga saham tertinggi dalam 52 minggu terakhir tercatat sebesar 72,00 dan terendah sebesar 37,00.
Meskipun BUVA telah melakukan langkah strategis melalui akuisisi dan upaya restrukturisasi utang, kondisi keuangan perusahaan masih berada dalam tekanan. Arus kas operasional yang positif dan tambahan dana dari aktivitas pembiayaan memberikan sedikit harapan, namun pengeluaran investasi yang tinggi dan kinerja harga saham yang fluktuatif menunjukkan bahwa perusahaan perlu mengoptimalkan strategi manajemennya.(*)