Logo
>

Ekspansi Bisnis Hilir Antam: Peluang Rerating Saham ANTM

PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) merancang ekspansi ke sektor hilir logam mulia melalui produksi perhiasan dan produk kustom yang berpotensi meningkatkan pendapatan nonkomoditas dan me-rerating valuasi saham ANTM.

Ditulis oleh Desty Luthfiani
Ekspansi Bisnis Hilir Antam: Peluang Rerating Saham ANTM
Tangkapan layar YouTube Antam. (Foto: Dok. Antam)

KABARBURSA.COM - Rencana besar PT Aneka Tambang Tbk atau Antam menjalankan bisnis hilir logam mulia dan perhiasan mulai menarik perhatian para pelaku pasar. 

Langkah Antam diyakini menjadi awal dari babak baru dalam transformasi bisnis emiten pertambangan badan usaha milik negara (BUMN), yang sebelumnya berfokus sebagai penambang mineral, khususnya emas.

Rencana emiten berkode saham ANTM melebarkan lini usahanya merupakan bagian dari strategi jangka panjang perusahaan untuk periode 2025 hingga 2029, yang bertujuan mendiversifikasi produk, memperluas jangkauan pasar, dan memperkuat jaringan distribusi ritel.

Merujuk pada rencana tersebut, Antam telah mengajukan perubahan pada anggaran dasar dan anggaran rumah tangga kepada Kementerian Hukum (Kemenkum) pada tahun 2025, yang pada intinya menambah kegiatan usaha baru yang sesuai dengan Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) 3211, yang meliputi industri perhiasan dan barang sejenis, melengkapi emas Ant.

Program besar tersebut akan dipresentasikan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) perseroan yang dijadwalkan pada 12 Juni 2025. Apabila rencana ini disetujui, Antam diperkirakan dapat memperkuat posisi di industri hilir logam mulia serta berpotensi meningkatkan pendapatan dari sektor nonkomoditas dan mengurangi ketergantungan terhadap fluktuasi harga logam dasar.

Strategi jangka panjang perusahaan bagian dari MIND ID ini, menurut ekonom dari Universitas Andalas, Syafruddin Karimi, tak sekadar diversifikasi, melainkan peluang bagi Antam meningkatkan kinerja bisnis dan valuasi saham ANTM. Ia menilai, pendapatan dari sektor nonkomoditas lebih tahan banting terhadap gejolak harga global yang selama ini membayangi kinerja perusahaan.

“Langkah ini menciptakan peluang diversifikasi pendapatan dari sektor non-komoditas yang lebih stabil. Produk seperti perhiasan, custom product, dan perlengkapan laboratorium berbahan dasar emas, memiliki margin keuntungan yang jauh lebih tinggi dibandingkan logam batangan,” ujar Syafruddin saat dihubungi Kabarbursa.com pada Senin, 12 Mei 2025. 

Ia menekankan bahwa jika ekspansi ini dikelola dengan branding yang kuat, manufaktur efisien, dan jaringan distribusi yang luas, maka potensi rerating saham ANTM akan sangat terbuka. “Bila pasar melihat ekspansi ini sebagai bentuk sinergi nyata dalam MIND ID, perhatian dari investor institusi akan meningkat tajam,” tambahnya.

Namun begitu, Syafruddin melihat bahwa pasar belum akan langsung bereaksi besar dalam jangka pendek. Ia memandang bahwa hilirisasi ini lebih tepat dikategorikan sebagai katalis jangka menengah. 

“Meskipun pengumuman resminya bisa menimbulkan euforia sementara, investor masih menunggu realisasi konkretnya. Apakah roadmap-nya jelas, apakah strategi branding-nya kompetitif, dan apakah eksekusinya bisa cepat pasca-RUPS 12 Juni 2025 nanti,” kata dia.

Menurutnya, progres nyata seperti peluncuran produk perdana atau kerja sama strategis dalam enam hingga dua belas bulan ke depan akan menjadi sinyal penting bagi pasar. Jika pendapatan non-komoditas mulai terlihat dalam laporan keuangan, maka rerating valuasi saham bukan lagi sekadar harapan.

Meski optimis, Syafruddin juga mengingatkan akan risiko eksekusi yang tidak kecil. Antam, yang selama ini berfokus pada produksi bahan mentah, kini harus berhadapan dengan tantangan baru di sektor manufaktur dan ritel. Desain produk, manajemen rantai pasok, strategi pemasaran itu semua memerlukan kapabilitas yang sangat berbeda.

Menurutnya, tanpa pengalaman dan teknologi produksi yang mumpuni, serta tanpa mitra strategis yang tepat, ekspansi ini bisa membebani arus kas jangka pendek. Syafruddin mengatakan nantinya investor akan menilai seberapa serius dan siap Antam menjalankan strategi ini. "Apakah ekspansi ini benar-benar sudah melalui studi kelayakan yang matang? Apakah transparansi eksekusi akan dijaga?” kata dia.

Ia menekankan pasar tidak hanya menilai dari narasi. Mereka butuh bukti. Jika Antam berhasil membuktikan itu, maka transformasi ini bisa jadi tonggak sejarah baru bukan hanya bagi Antam, tapi juga bagi wajah hilirisasi industri logam nasional.

Kabarbursa.com sudah berupaya menayakan rencana ekpansi tersebut kepada manajemen Antam. Namun hingga berita ini ditulis manajemen belum mengkonfirmasinya.

Pendapatan dan Laba Antam Positif hingga Kuartal I 2025

Secara fundamental, Antam mampu menjaga pendapatan dan laba sepanjang tahun 2024 hingga kuartal I 2025. Laba Antam di kuartal I 2025 melonjak 10 kali lipat menjadi Rp2,32 triliun, melonjak 1.001,24 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2024 sebesar Rp210,59 miliar.

Antam juga mencatat peningkatan EBITDA sebesar menjadi Rp3,26 triliun pada kuartal I 2025, meningkat 518 persen dari periode serupa tahun lalu Rp527,61.

Selain laba bersih, Antam turut mencatatkan kenaikan laba kotor menjadi Rp3,64 triliun, melonjak lebih dari tiga belas kali lipat. Selain itu, laba usaha Antam berbalik positif menjadi Rp2,69 triliun, dari sebelumnya mencatatkan rugi Rp491,19 miliar. 

Laba bersih per saham dasar (EPS) ikut melonjak 794 persen menjadi Rp88,69, disertai peningkatan total aset sebesar 17 persen menjadi Rp48,30 triliun, dan kenaikan ekuitas sebesar 10 persen menjadi Rp34,62 triliun.

Direktur Utama Antam Nico Kanter mengatakan bahwa keberhasilan ini merupakan hasil implementasi strategi pemasaran inovatif dan pengendalian biaya yang ketat. 

"Kami terus mengedepankan operation excellence dan penerapan good mining practices sehingga dapat mengoptimalkan kinerja perusahaan," ujarnya dalam keterangan tertulis dikutip, Sabtu, 10 Mei 2025.

Nico menambahkan, Antam juga terus melakukan strategi pemasaran yang inovatif, efisiensi biaya, serta menjaga struktur cash cost yang kompetitif. 

Adapun secara total, sepanjang kuartal I 2025 Antam mencatatkan penjualan bersih sebesar Rp26,15 triliun, naik signifikan 203 persen dibandingkan Rp8,62 triliun pada periode yang sama tahun lalu. 

Penjualan domestik mendominasi 95 persen dari total pendapatan atau sebesar Rp24,83 triliun. Komoditas emas menjadi tulang punggung pendapatan, dengan nilai penjualan mencapai Rp21,61 triliun atau naik 182 persen dan menyumbang 83 persen dari total penjualan. 

Volume penjualan emas juga meningkat signifikan sebesar 93 persen menjadi 13.739 kg, didorong oleh peluncuran aplikasi ANTAM logam mulia yang mempermudah transaksi emas fisik secara digital.

Segmen nikel dan bauksit juga memperlihatkan pertumbuhan gemilang. Total penjualan nikel (feronikel dan bijih nikel) melonjak 581 persen menjadi Rp3,77 triliun. Produksi feronikel tercatat sebesar 4.498 ton nikel dalam feronikel (TNi), sementara volume penjualan mencapai 4.839 TNi.

Produksi bijih nikel juga  mengalami kenaikan drastis sebesar 221 persen menjadi 4,63 juta wet metric ton (wmt), sejalan dengan pertumbuhan penjualan bijih nikel sebesar 281 persen menjadi 3,83 juta wmt.

Sementara itu, komoditas bauksit dan alumina mencatatkan penjualan sebesar Rp708,75 miliar, naik 102 persen dibandingkan kuartal I tahun lalu. Produksi bijih bauksit meningkat 328 persen menjadi 653.781 wmt, dan penjualan alumina mencapai 44.048 ton, tumbuh 4 persen secara tahunan. 

Menakar Valuasi Saham ANTM: Kenaikannya Masuk Akal?

Per akhir perdagangan Jumat, 9 Mei 2025, saham ANTM ditutup di level Rp2.680 per saham, menguat Rp70 atau 2,68 persen dalam sehari. Saham ini sempat menyentuh harga tertinggi di Rp2.690 dan terendah di Rp2.590, dengan total nilai transaksi mencapai Rp578,6 miliar dan volume perdagangan 218,19 juta saham, jauh di atas rata-rata harian 150,66 juta saham. 

Lonjakan ini terjadi setelah pembukaan di harga Rp2.600, menandakan minat beli yang sangat tinggi sepanjang sesi perdagangan. Dengan harga penutupan ini, valuasi saham Antam perlu ditinjau kembali secara fundamental maupun teknikal.

Di permukaan, angka ini menunjukkan bahwa saham ANTM belum bisa dianggap mahal. Namun investor tentu tidak hanya melihat masa lalu. Ketika kita memasukkan proyeksi ke depan, rasio forward P/E Antam berada di 14,17 kali. Ini menandakan bahwa pasar mulai memberi premium atas potensi pertumbuhan, terutama dari sektor hilirisasi dan ekspansi baterai kendaraan listrik.

Dari sudut pandang earnings yield, yakni laba bersih per saham dibanding harga pasar, Antam saat ini menghasilkan 8,35 persen. Angka ini tergolong atraktif, terlebih jika dibandingkan dengan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) di level 6,25 persen. Imbal hasil tersebut memberi ruang bagi investor jangka panjang untuk tetap memperoleh potensi return yang melebihi inflasi dan risiko pasar uang.

Namun valuasi tak hanya soal laba. Rasio harga terhadap nilai buku (P/BV) mencatat angka 1,97 kali. Ini berarti saham Antam saat ini diperdagangkan hampir dua kali lipat dari nilai bersih asetnya. Secara historis, rasio ini mulai memasuki area premium, terutama jika dibandingkan periode ketika pasar meragukan prospek nikel pada awal 2023. Kenaikan P/BV yang cukup tajam dalam tiga bulan terakhir sejalan dengan lonjakan harga saham yang sudah mencapai hampir 81 persen sejak awal tahun.

Jika kita beralih ke rasio lainnya, Price to Sales (P/S) Antam berada di level 0,76 kali. Ini menunjukkan bahwa investor saat ini membayar kurang dari satu rupiah untuk setiap satu rupiah penjualan yang dihasilkan. Dalam konteks emiten tambang multikomoditas, angka ini cukup efisien, karena belum mencerminkan kontribusi maksimal dari produk bernilai tambah yang sedang digarap perusahaan.

Sementara itu, Price to Free Cash Flow tercatat 11,32 kali dan Price to Operating Cash Flow berada di 9,21 kali. Keduanya memberi sinyal bahwa arus kas operasional perusahaan masih sehat dan cukup kuat menopang investasi ekspansi. Rasio-rasio ini penting dalam menilai keberlanjutan proyek hilirisasi yang padat modal.

Menariknya, rasio PEG (Price/Earnings to Growth) Antam berada di 0,60 untuk horizon 1 tahun, dan bahkan lebih rendah di 0,44 untuk 3 tahun ke depan. PEG yang berada di bawah 1 sering kali ditafsirkan sebagai sinyal bahwa harga saham belum sepenuhnya menangkap potensi pertumbuhan laba di masa mendatang. (*)

Disclaimer:
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Desty Luthfiani

Desty Luthfiani seorang jurnalis muda yang bergabung dengan KabarBursa.com sejak Desember 2024 lalu. Perempuan yang akrab dengan sapaan Desty ini sudah berkecimpung di dunia jurnalistik cukup lama. Dimulai sejak mengenyam pendidikan di salah satu Universitas negeri di Surakarta dengan fokus komunikasi jurnalistik. Perempuan asal Jawa Tengah dulu juga aktif dalam kegiatan organisasi teater kampus, radio kampus dan pers mahasiswa jurusan. Selain itu dia juga sempat mendirikan komunitas peduli budaya dengan konten-konten kebudayaan bernama "Mata Budaya". 

Karir jurnalisnya dimulai saat Desty menjalani magang pendidikan di Times Indonesia biro Yogyakarta pada 2019-2020. Kemudian dilanjutkan magang pendidikan lagi di media lokal Solopos pada 2020. Dilanjutkan bekerja di beberapa media maenstream yang terverifikasi dewan pers.

Ia pernah ditempatkan di desk hukum kriminal, ekonomi dan nasional politik. Sekarang fokus penulisan di KabarBursa.com mengulas informasi seputar ekonomi dan pasar modal.

Motivasi yang diilhami Desty yakni "do anything what i want artinya melakukan segala sesuatu yang disuka. Melakukan segala sesuatu semaksimal mungkin, berpegang teguh pada kebenaran dan menjadi bermanfaat untuk Republik".