KABARBURSA.COM - PT Global Sukses Digital Tbk (DOSS), emiten distributor kamera yang baru saja melakukan penawaran umum perdana (IPO) pada Agustus 2024, diproyeksikan mengalami peningkatan pendapatan dan laba bersih pada 2025.
Perusahaan ini memiliki setidaknya tiga katalis utama. Pertama, ekspansi bisnis ke wilayah baru diharapkan dapat meningkatkan jangkauan pasar dan volume penjualan. Kedua, depresiasi nilai tukar yen terhadap rupiah dapat menurunkan biaya produksi dan meningkatkan margin keuntungan. Ketiga, meningkatnya permintaan dari kalangan 'influencer' sebagai pengguna kamera juga akan mendorong penjualan.
Kombinasi ketiga faktor ini diperkirakan akan menghasilkan pertumbuhan revenue dan net profit yang signifikan, yang pada akhirnya akan meningkatkan valuasi saham DOSS, sehingga Samuel Sekuritas Indonesia menilai harga sahamnya diperkirakan meningkat sekitar 31 persen.
Riset yang disusun oleh Equity Research Analyst Samuel Sekuritas Jonathan Guyadi dan Equity Research Associate Fadhlan Banny menyatakan, perusahaan yang telah berdiri sejak 2006 itu memiliki pertumbuhan pendapatan dan laba bersih yang stabil. Di tahun 2021, DOSS membukukan pendapatan Rp373,48 miliar dan laba bersih Rp15,44 miliar. Pada 2022, pendapatannya menjadi Rp431,51 miliar (tumbuh 15,54 persen) dengan laba bersih Rp17,30 miliar (tumbuh 12,01 persen). Sementara di tahun 2023 pendapatannya Rp609,57 miliar (tumbuh 41,26 persen) dan laba bersih Rp24,15 miliar (tumbuh 39,62 persen). Adapun di tahun 2024, karena belum dirilis laporan keuangannya, diproyeksikan memiliki pendapatan Rp634,46 miliar (tumbuh 4,08 persen) dan Rp24,54 miliar (tumbuh 1,59 persen) untuk laba bersihnya.
“Kami merevisi turun proyeksi laba bersih tahun 2024 sebesar 15 persen menjadi Rp24,54 miliar, seiring dengan penjualan per meter persegi yang lebih rendah dan margin yang tertekan akibat lemahnya daya beli,” tulis riset tersebut, dikutip Kabarbursa.com, Kamis, 30 Januari 2025.
Mereka memproyeksikan DOSS akan mencatatkan laba bersih sebesar Rp30,27 miliar pada 2025 (naik 23,4 persen year on year/yoy) dan Rp31,85 miliar pada 2026 dengan kenaikan tipis 5,2 persen (yoy).
“Namun, kami tetap optimistis terhadap prospek DOSS, mengingat posisi dominannya di pasar kamera, portofolio harga yang beragam sehingga memungkinkan pelanggan menyesuaikan pembelian di tengah kondisi pasar yang menantang,” ungkap tim riset Samuel Sekuritas.
“Samuel Sekuritas merekomendasikan ‘beli’ saham DOSS dan target harga (target price) sebesar Rp220 per lembar saham, yang menyiratkan P/S tahun 2025 sebesar 0,46x dan potensi kenaikan harga saham sebesar 31 persen,” sambung riset tersebut.
Adapun saham DOSS mengalami penurunan signifikan pada perdagangan hari ini, Kamis, 30 Januari 2025, dengan harga terkoreksi sebesar Rp12 atau setara dengan penurunan 7,14 persen. Harga saham DOSS tercatat di level Rp156, setelah sebelumnya dibuka pada harga Rp167 dan ditutup pada harga Rp168 pada sesi sebelumnya.
Permintaan Solid dan Stimulus Pemerintah
Dalam laporannya, tim riset Samuel Sekuritas juga menyinggung peran perekonomian nasional yang dilihat dari produk domestik bruto (PDB) Indonesia yang diproyeksikan tumbuh sebesar 5,05 persen, didorong oleh belanja pemerintah, sementara konsumsi rumah tangga, yang memiliki kontribusi sebesar 55 persen dari PDB akan mendapat dorongan dari kenaikan upah minimum sebesar 6,5 persen. Tak hanya itu, program-program stimulus pemerintah seperti program Makan Bergizi Gratis (MBG) akan membantu memperkuat daya beli di tingkat akar rumput.
“Pertumbuhan PDB Indonesia diperkirakan mencapai 5,05 persen pada 2025, relatif stabil secara yoy,” sambungnya.
Di sisi lain, sektor elektronik dan peralatan rumah tangga di Indonesia diperkirakan akan mencatatkan pendapatan sebesar USD11,98 miliar pada 2024, meningkat menjadi USD16,96 miliar pada 2028, sehingga mencerminkan Compound Annual Growth Rate (CAGR) sebesar 9,1 persen sepanjang 2024 hingga 2028.
“Meskipun stimulus pemerintah bisa memberi angin segar, daya beli yang lemah diperkirakan akan terus membayangi sektor ritel dalam negeri. Konsumen di kawasan Asia Pasifik (Asia Pacific/APAC) secara aktif mengubah kebiasaan belanja mereka, termasuk mengganti merek, berbelanja secara online, dan memilih produk private label,” tulis riset tersebut.
Selanjutnya, lebih dari 60 persen konsumen APAC menyebut ‘value’ sebagai motivasi utama untuk mengganti merek. Tren ini sangat menonjol di China, di mana 86 persen konsumen telah menyesuaikan kebiasaan belanja mereka untuk mendapatkan ‘value’. Sebaliknya, konsumen di Jepang menunjukkan perubahan perilaku yang lebih lambat dibandingkan dengan negara lain di APAC.
Oleh sebab itu, DOSS mempercepat rencana ekspansi pra-IPO dari tahun 2025 menjadi akhir 2024 (Ratu Plaza). Langkah ini meningkatkan total luas tokonya hingga 67,4 persen menjadi 4,845 meter persegi (m²) di tahun 2024, dengan perkiraan ekspansi lebih lanjut sebesar 20,6 persen pada akhir 2025 menjadi 5.845 m² melalui pembukaan empat toko baru di Medan, Semarang, Banjarmasin, dan Kendari.
Industri Kamera Digital
Global Sukses Digital diramalkan menghadapi tantangan dari industri kamera digital. Berdasarkan data penjualan kamera digital dalam 10 tahun terakhir, tren penjualan kamera digital terus menunjukkan grafik yang menurun. Pengiriman kamera digital anjlok 93,3 persen dari punjaknya pada 2010 (122 juta unit) menjadi hanya 8 juta unit pada 2022. Pemicunya adalah perkembangan kamera pada smartphone.
“Sebagian besar ponsel pintar kelas atas kini dilengkapi kamera canggih yang setara atau melampaui kamera digital. Namun, kami meyakini pasar kamera digital dapat pulih kembali, salah satunya berkat permintaan dari industri kreatif dan kreator konten, terutama influencer media sosial,” ungkap Samuel Sekuritas.
Namun demikian, kesuksesan DOSS didukung oleh strateginya yang mengutamakan
pengalaman dan hubungan jangka panjang dengan pelanggan. Berbeda dari para pesaingnya, DOSS mempertahankan kedekatan dengan basis pelanggannya melalui gathering dan berbagai acara terkait fotografi, termasuk pameran, workshop, dan lainnya.
Permintaan para ‘Influencer’
Menurut data yang diolah tim riset Samuel Sekuritas, media sosial menjadi semakin popular di Indonesia seiring dengan makin dekatnya internet dengan kehidupan sehari-hari. Pada Januari 2023, ada 213 juta pengguna internet di Indonesia (77,0 persen populasi), naik 22,4 persen dari 2019. Popularitas media sosial juga meningkat, terlihat dari pertumbuhan pengguna Instagram (4,7 persen), TikTok (120 persen), dan YouTube (29,9 persen) antara 2021-2023.
Popularitas media sosial di Indonesia telah melahirkan fenomena "influencer media sosial," yang menarik perhatian brand sebagai media promosi baru untuk meningkatkan penjualan. Data dari insg.co menunjukkan bahwa pada 2022, 29,4 persen brand di Indonesia mengalokasikan lebih dari 30 persen anggaran pemasaran mereka untuk ‘influencer marketing’, naik dari 18,8 persen pada 2021.
“Naiknya tren ‘influencer media sosial’ diyakini akan mendongkrak permintaan kamera dari influencer,” imbuh laporan itu.
Lebih jauh, munculnya influencer media sosial berpotensi menjadi katalis positif bagi pasar kamera digital, karena mereka membutuhkan kamera dan peralatan lain untuk memproduksi konten. Selain itu, kamera digital modern yang mudah dihubungkan ke smartphone dan PC memudahkan transfer, pengeditan, dan unggahan konten, sehingga menarik lebih banyak pengguna.
“Kami memproyeksikan pasar kamera digital Indonesia tumbuh dari USD0,6 miliar pada 2024 menjadi USD0,7 miliar pada 2028, dengan CAGR 2,8 persen,” tambahnya.
Pertumbuhan pasar kamera digital Indonesia juga dipengaruhi oleh pasar global, yang diproyeksikan tumbuh dengan CAGR 8,3 persen, dari USD7 miliar pada 2022 menjadi USD12.4 miliar pada 2029F. Industri kamera digital global saat ini didominasi oleh produsen Jepang, seperti Canon, Sony, Nikon, Fujifilm, dan Panasonic, yang menguasai 94,4 persen pangsa pasar. Sisanya dikuasai oleh merek-merek Eropa, yang sebagian besar menyasar segmen menengah ke atas.
“Kami optimis bahwa kondisi industri kamera digital global saat ini akan menguntungkan DOSS, mengingat sekitar 90,0 persen merek yang didistribusikan adalah merek Jepang. Hal ini terjadi seiring depresiasi yen sebesar 10,6 persen pada 2024,” jelas laporan tersebut.
DOSS adalah distributor kamera terbesar di Indonesia, dengan sepuluh toko yang tersebar di seluruh negeri. Jumlah toko DOSS akan lebih dari dua kali lipat dibandingkan pesaing terbesarnya, Fokus Nusantara, pada akhir tahun ini,” tutup riset yang disusun oleh Jonathan dan Fadhlan.
IPO Global Sukses Digital
Sebelumnya diberitakan oleh Kabarbursa.com, perusahaan retail terkemuka di bidang fotografi dan videografi di Indonesia pada 7 Agustus 2024 secara resmi mencatatkan saham perdananya di Bursa Efek Indonesia (BEI). DOSS melepas sebanyak-banyaknya 450 juta lembar saham atau 26,09 persen dari modal yang ditempatkan dan disetor penuh dengan harga penawaran sebesar Rp135 per lembar.
DOSS akan menggunakan 27,4 persennya untuk belanja modal seperti sewa gerai dan pengembangan gerai baru, biaya ekspansi gerai lama di Ratu Plaza Mall termasuk biaya sewa seluas 3.000 meter m².
Sementara sisanya, sekitar 72,6 persen untuk modal kerja kegiatan usaha utama perseroan dan operasional serta beban usaha 2024 dan 2025 di Ratu Plaza Mall, gerai baru di Banjarmasin, Semarang, Kendari dan Medan.
Selain itu DOSS juga akan mengembangkan teknologi layanan unggulan seperti RFID Technology. Adapun DOSS juga berencana untuk mengadopsi teknologi RFID (Radio Frequency Identification) ke dalam sistem gudang dan Point of Sale (POS) di jaringan retailnya. Penggunaan teknologi ini diharapkan dapat meningkatkan efisiensi operasional, keakuratan inventaris, dan kepuasan pelanggan secara signifikan.
RFID memungkinkan pelacakan barang yang lebih akurat dan real-time, sehingga dapat mengurangi risiko kehilangan barang dan meningkatkan kecepatan dalam proses checkout di toko. Integrasi RFID ini akan membantu DOSS menjadi lebih kompetitif dan profitabel di industri retail kamera.
Selain itu, DOSS juga akan mengembangkan aplikasi Artisan Finder, sebuah marketplace dinamis yang dirancang untuk menghubungkan klien dengan fotografer dan videografer berbakat.
Aplikasi ini bertujuan untuk menciptakan ekosistem kreatif di mana klien dapat dengan mudah menemukan dan memesan layanan dari para profesional di bidang fotografi dan videografi. Pengembangan platform ini diharapkan dapat memperluas jangkauan pasar DOSS serta menyediakan peluang bisnis baru bagi para pelaku kreatif di Indonesia. (*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.