KABARBURSA.COM - PT Tripar Multivision Plus Tbk, dengan kode saham RAAM, terus memperkuat posisinya di industri hiburan dengan meresmikan Platinum Cineplex Eastvara di BSD, Tangerang. Ekspansi ini menjadi bagian dari strategi RAAM dalam memperluas jaringan bioskopnya, sekaligus mengintegrasikan ekosistem hiburan dari produksi, distribusi, hingga eksibisi film, baik di pasar domestik maupun internasional.
Presiden Direktur RAAM Whora Anita Raghunath dalam keterangan tertulisnya, Kamis, 13 Maret 2025, menegaskan bahwa langkah ini merupakan bukti pertumbuhan berkelanjutan perusahaan. Dengan ekspansi ini, RAAM semakin mengokohkan model bisnis terintegrasi yang memungkinkan mereka tidak hanya menghadirkan film berkualitas, tetapi juga memastikan distribusinya menjangkau lebih banyak penonton di berbagai belahan dunia.
Grand opening Platinum Cineplex Eastvara dihadiri oleh jajaran eksekutif RAAM, termasuk Founder dan Komisaris Utama perusahaan, serta para stakeholder terkait.
Sebagai jaringan bioskop yang terus berkembang, Platinum Cineplex menawarkan lebih dari sekadar tempat menonton film. Platinum Cineplex Eastvara dirancang dengan konsep One Stop Entertainment yang menghadirkan pengalaman hiburan modern bagi masyarakat, khususnya generasi muda.
Berbagai fasilitas inovatif tersedia di dalamnya, seperti Activity Platinum Story Wall, permainan berbasis Augmented Reality (AR), serta kesempatan berinteraksi dan berfoto dengan artis favorit. Dengan kapasitas 545 kursi yang tersebar di lima studio berstandar tinggi, Platinum Cineplex Eastvara siap menjadi destinasi hiburan terbaru di kawasan BSD.
Keberadaan bioskop ini tidak hanya meningkatkan penetrasi RAAM di pasar domestik, tetapi juga mencerminkan visi besar perusahaan untuk membawa industri film Indonesia ke kancah global. Dengan produksi film yang semakin beragam dan distribusi yang meluas ke berbagai negara, RAAM berkomitmen untuk terus menghadirkan hiburan berkualitas bagi penonton, baik di dalam negeri maupun internasional.
Bawa Film Unggulan ke Luar Negeri
Tidak hanya ekspansi jaringan bioskop, PT Tripar Multivision Plus Tbk memperkuat posisinya dengan fokus pada diversifikasi konten dan penetrasi global, perusahaan ini semakin menunjukkan komitmennya dalam mengembangkan ekosistem hiburan yang lebih luas dan berkelanjutan.
Dalam upayanya memperluas jaringan distribusi film, RAAM telah berhasil membawa beberapa judul unggulan ke pasar luar negeri. Film-film seperti "Pengantin Setan" dan "Pulau Hantu" kini ditayangkan di bioskop Malaysia dan Vietnam, dengan rencana ekspansi lebih lanjut ke negara-negara lain.
Langkah ini memperkuat kehadiran RAAM di panggung internasional dan membuka peluang lebih besar bagi industri film Indonesia untuk dikenal secara global.
Selain memperluas distribusi, RAAM juga berinvestasi dalam produksi film berkualitas tinggi yang menarik perhatian pasar internasional. Film "Pengantin Setan" telah mendapatkan distribusi ke Malaysia, Vietnam, Kamboja, Amerika Latin, dan berbagai pasar lainnya, menunjukkan daya tarik sinema horor Indonesia di kancah global.
Sementara itu, film "Gowok - Javanese Kamasutra" sukses menggelar pemutaran perdana di Festival Film Internasional Rotterdam, mendapatkan apresiasi atas narasi yang berani dan kedalaman sinematiknya. Keberhasilan ini membuka jalan bagi film tersebut untuk dirilis di Indonesia pada 5 Juni 2025.
Tak hanya itu, film "Sah Katanya" dijadwalkan tayang di Indonesia dan beberapa negara ASEAN pada 24 April 2025, menambah portofolio film RAAM yang semakin beragam.
Di sisi internal, RAAM juga terus memperkuat struktur kepemimpinannya guna mengakselerasi pertumbuhan bisnis. Penunjukan Ario Bayu sebagai VP of Operations & Business Development menjadi langkah strategis yang diharapkan membawa energi baru dalam pengelolaan operasional dan ekspansi perusahaan.
Dengan pengalaman dan kepemimpinannya di industri perfilman nasional, Ario Bayu diyakini mampu meningkatkan efisiensi operasional serta mempercepat inovasi bisnis RAAM.
Strategi ekspansi RAAM yang mencakup peningkatan produksi film, distribusi internasional, serta optimalisasi struktur manajemen menunjukkan keseriusan perusahaan dalam mempertahankan daya saingnya di industri hiburan.
Dengan menggabungkan kreativitas, inovasi, dan penetrasi pasar yang agresif, RAAM siap untuk terus berkembang sebagai salah satu kekuatan utama dalam industri perfilman Indonesia dan dunia.
Aksi Borong Saham
Di sisi lain, untuk memperkuat pergerakan sahamnya, Komisaris Utama sekaligus pemegang kendali perusahaan Ram Jethmal Punjabi sejak awal 2025 aktif memborong saham RAAM. Ia terus menguatkan posisi dalam struktur kepemilikan dan memberikan sinyal positif bagi investor.
Berdasarkan keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Raam Punjabi tercatat membeli 8.824.000 saham dalam periode 11-14 Februari 2025. Dengan transaksi ini, kepemilikannya bertambah sebesar 0,13 persen dari sebelumnya 4,79 miliar saham atau setara 70,34 persen menjadi 4,8 miliar saham atau 70,47 persen.
Tak berhenti di situ, pada 19 dan 20 Februari 2025, Raam Punjabi kembali melakukan transaksi pembelian sebanyak 571.500 lembar saham di kisaran harga Rp354 – Rp360 per saham. Setelah transaksi ini, kepemilikan sahamnya meningkat menjadi 4.802.251.282 lembar atau 70,48 persen dibandingkan sebelumnya yang sebesar 70,47 persen.
Langkah strategis ini berlanjut dengan aksi pembelian saham di pasar terbuka pada 24 dan 25 Februari 2025, di mana Raam Punjabi kembali menambah kepemilikannya dengan membeli 1.250.000 saham pada harga Rp338 – Rp356 per lembar saham.
Aksi ini semakin memperkuat dominasi pengendali di RAAM serta menunjukkan keyakinan kuat terhadap prospek bisnis perusahaan.
Pembelian saham oleh pendiri perusahaan sering kali dipandang sebagai indikator kepercayaan terhadap fundamental dan valuasi bisnis yang masih menarik. Dalam pernyataan resminya, manajemen RAAM menegaskan bahwa langkah ini bertujuan untuk meningkatkan valuasi saham sekaligus memperkuat posisi bisnis perusahaan dalam industri hiburan yang semakin kompetitif.
Aksi ini juga diharapkan dapat mendorong sentimen positif di pasar, memberikan sinyal kuat kepada investor bahwa RAAM memiliki prospek pertumbuhan yang solid.
Dengan ekosistem bisnis yang mencakup produksi, distribusi, dan eksibisi film, RAAM terus menunjukkan komitmennya dalam memperkuat posisinya di industri hiburan, baik di pasar domestik maupun internasional.
Langkah ekspansi dan aksi korporasi yang dilakukan oleh Raam Punjabi mencerminkan optimisme terhadap masa depan perusahaan, yang berpotensi menarik minat lebih besar dari para investor.
Kinerja Keuangan RAAM
Kinerja keuangan RAAM menghadapi tantangan berat dalam kinerja keuangannya selama periode terakhir. Berdasarkan data yang tersedia, perusahaan mengalami tekanan pada berbagai aspek fundamental yang mencerminkan kondisi operasional yang belum stabil dan berdampak pada valuasi sahamnya di pasar modal.
Salah satu indikator utama yang menunjukkan kondisi keuangan RAAM adalah rasio harga terhadap pendapatan (PE Ratio), yang dalam kondisi negatif. PE Ratio TTM tercatat sebesar -29,58, sementara PE Ratio tahunan berada di angka -11,98. Hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan mengalami kerugian bersih dalam beberapa periode terakhir, sehingga investor kesulitan untuk menilai valuasi sahamnya berdasarkan laba yang dihasilkan.
Sebagai perbandingan, PE Ratio median IHSG saat ini berada di 7,50, yang menunjukkan bahwa saham RAAM jauh di bawah standar pasar dalam hal profitabilitas.
Pendapatan per saham (EPS) RAAM juga menunjukkan tren negatif dengan EPS tahunan di angka -22,03 dan EPS TTM sebesar -8,92. Hal ini mencerminkan ketidakmampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih yang stabil.
Selain itu, margin laba bersih kuartalan berada di -31,47 persen, yang semakin mempertegas bahwa perusahaan masih mengalami kesulitan dalam mengelola biaya operasionalnya secara efisien.
Dari sisi solvabilitas, RAAM memiliki rasio utang terhadap ekuitas (Debt to Equity Ratio) sebesar 0,23, yang menunjukkan tingkat utang yang relatif rendah dibandingkan ekuitasnya. Namun, rasio total kewajiban terhadap ekuitas (Total Liabilities/Equity) berada di angka 0,39, yang menandakan bahwa meskipun perusahaan memiliki struktur permodalan yang cukup kuat, masih terdapat kewajiban finansial yang perlu dikelola dengan baik.
Likuiditas perusahaan juga terlihat dari rasio lancar (Current Ratio) sebesar 1,11 dan rasio cepat (Quick Ratio) sebesar 1,10, yang menunjukkan bahwa perusahaan masih mampu memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan aset yang tersedia.
Dalam hal arus kas, RAAM mengalami tekanan signifikan. Arus kas dari operasional (Cash From Operations) dalam 12 bulan terakhir menunjukkan angka negatif sebesar Rp40 miliar.
Selain itu, arus kas dari investasi (Cash From Investing) mencatat angka minus Rp385 miliar, yang mengindikasikan pengeluaran besar untuk ekspansi atau investasi lainnya. Di sisi lain, arus kas dari pendanaan (Cash From Financing) mencapai Rp447 miliar, yang menunjukkan adanya suntikan modal atau pendanaan tambahan untuk menopang keuangan perusahaan.
Kinerja saham RAAM juga mengalami tekanan di pasar modal. Dalam tiga bulan terakhir, harga sahamnya turun sebesar 22,35 persen, sementara dalam enam bulan terakhir mengalami penurunan drastis hingga 54,48 persen.
Penurunan ini semakin diperparah dengan penurunan harga saham dalam satu tahun terakhir sebesar 47,20 persen. Harga saham RAAM saat ini berada di antara Rp220 hingga Rp650 per lembar, mencerminkan volatilitas yang tinggi di pasar.
Meskipun kinerja keuangan perusahaan masih penuh tantangan, RAAM tetap melakukan langkah-langkah strategis, termasuk ekspansi jaringan distribusi film ke luar negeri, serta upaya memperkuat internal manajemen dengan menunjuk Ario Bayu sebagai VP of Operations & Business Development.
Langkah ini diharapkan dapat meningkatkan efisiensi operasional dan memperbaiki fundamental bisnis perusahaan ke depan.
Secara keseluruhan, RAAM perlu meningkatkan profitabilitas, mengurangi beban operasional, dan mengoptimalkan strategi bisnisnya agar dapat kembali ke jalur pertumbuhan yang berkelanjutan.
Investor perlu mencermati perkembangan lebih lanjut sebelum mengambil keputusan investasi, mengingat risiko yang masih tinggi terkait dengan kondisi keuangan dan volatilitas saham perusahaan di pasar.(*)