KABARBURSA.COM - Harga minyak dunia mengalami tren positif dengan sentimen geopolitik dan ekspektasi kenaikan permintaan menjadi pendorong utama.
Menurut data Trading Economics, harga minyak WTI berada pada level US$ 84,91 per barel dan minyak Brent di US$ 88,73 per barel pada Rabu (3/4) pukul 15.45 WIB. Dalam satu minggu terakhir, harga minyak WTI naik 4,33 persen dan dalam satu bulan naik 8,58 persen, sementara harga minyak Brent naik 3,81 persen dan 8,02 persen.
Pengamat Komoditas dan Mata Uang, Lukman Leong, mengungkapkan bahwa kenaikan harga minyak mentah dunia dipicu oleh kekhawatiran akan pasokan akibat perang Russia-Ukraina dan meningkatnya ketegangan di Timur Tengah. Selain itu, harga minyak juga didukung oleh penurunan inventaris minyak Amerika Serikat (AS) yang melebihi perkiraan.
Informasi dari Reuters menyebutkan bahwa persediaan minyak di AS turun sebesar 2,3 juta barel pekan lalu, melampaui perkiraan sebelumnya sebesar 1,5 juta barel.
Meskipun pada Rabu (3/4) harga minyak WTI dan Brent mengalami koreksi sebesar 0,01 persen dan 0,04 persen, Lukman menegaskan bahwa kekhawatiran terkait pasokan OPEC+ dan geopolitik lebih cenderung mendukung kenaikan harga.
Sementara itu, Presiden Komisioner HFX International Berjangka, Sutopo Widodo, juga memproyeksikan bahwa harga minyak dunia masih berpotensi naik. Data PMI manufaktur yang kuat dari AS dan Tiongkok menjadi indikator bahwa permintaan akan mengalami pemulihan.
Dalam konteks ini, data menunjukkan bahwa permintaan minyak mentah Tiongkok terus meningkat, yang berdampak positif pada harga minyak.
Namun, di tengah potensi kenaikan permintaan, tantangan dari sisi pasokan masih menjadi perhatian. OPEC+ diperkirakan akan mempertahankan kuota produksi minyak mentah saat pertemuan mereka minggu ini.
Selain itu, serangan drone Ukraina baru-baru ini terhadap kilang Rusia telah membatasi kapasitas ekspor bahan bakar Rusia, yang berpotensi memengaruhi ketersediaan minyak di pasar global.
Dengan berbagai faktor tersebut, para ahli memperkirakan harga minyak akan terus mengalami fluktuasi, dengan proyeksi harga mencapai US$ 85,22 per barel di kuartal ini dan berpotensi mencapai US$ 90 per barel pada akhir tahun.