Logo
>

Ekspor dan Pariwisata Jepang Terus Tumbuh Kala Yen Melemah

Ditulis oleh Yunila Wati
Ekspor dan Pariwisata Jepang Terus Tumbuh Kala Yen Melemah

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Mata uang Jepang, Yen, dikabarkan tengah melemah. Namun, di tengah lemahnya nilai mata uang Negeri Sakura tersebut, beberapa sektor justru mengalami peningkatan. Yang paling menjadi perhatian adalah turis mancanegara yang berbondong-bondong datang ke Jepang karena kurs yang sedang melemah. Dikutip dari Reuters, Rabu, 19 Juni 2024, Jepang menerima 3,04 juta pengunjung asing pada Mei 2024.

    Menurut data dari Organisasi Pariwisata Nasional Jepang (JNTO), kunjungan turis asing meningkat 60 persen pada Mei 2024 dibandingkan dengan bulan yang sama tahun sebelumnya. Kenaikan ini mencapai 9,6 persen jika dibandingkan dengan Mei 2019. Sebelum pandemi COVID-19 melanda sektor pariwisata global, Jepang mencatat rekor jumlah pengunjung asing sebanyak 31,9 juta orang pada 2019. Jika tren pertumbuhan yang terjadi saat ini berlanjut, rekor tersebut kemungkinan akan terlampaui pada tahun 2024.

    Selain pariwisata, melemahnya yen juga telah menggenjot kinerja perdagangan Jepang. Nilai ekspor dari Negeri Sakura tersebut tumbuh 13,5 persen pada Mei 2024 dibandingkan dengan bulan yang sama tahun sebelumnya. Dilihat dari negara tujuan, nilai ekspor ke China naik 17,8 persen secara tahun-ke-tahun pada Mei 2024, didorong oleh permintaan mesin pembuat chip.

    Pengiriman ke AS, yang merupakan sekutu dan pasar utama Jepang, juga mengalami peningkatan signifikan sebesar 23,9 persen secara tahun-ke-tahun pada bulan lalu, persentase kenaikan terbesar sejak November 2022. Di sisi lain, ekspor ke Uni Eropa mengalami penurunan sebesar 10,1 persen pada periode yang sama.

    Ekspor Tumbuh 13,5 Persen

    Nilai ekspor Jepang tumbuh 13,5 persen pada Mei 2024 dibandingkan dengan bulan yang sama tahun sebelumnya. Kinerja ekonomi Negeri Sakura ini didukung oleh pelemahan kurs yen.

    Menurut Takeshi Minami, kepala ekonom di Norinchukin Research Institute, faktor utama di balik pertumbuhan besar ekspor adalah melemahnya yen. Namun, Minami juga menekankan bahwa permintaan sebenarnya tidak begitu kuat, dengan volume ekspor Jepang mengalami penurunan 0,9 persen secara tahun-ke-tahun pada bulan tersebut, mencerminkan lemahnya permintaan global secara umum.

    "Ekspor ke Eropa melemah, pengiriman ke Amerika telah mencapai puncak, dan permintaan dari China kesulitan untuk tumbuh," kata Minami.

    Dia juga menyatakan, bahwa karena kemungkinan perlambatan ekspor di masa depan, tidak dapat diharapkan ekspor akan menjadi mesin utama pertumbuhan dalam satu atau dua tahun mendatang.

    Meskipun demikian, bulan lalu, nilai ekspor mobil dari Jepang meningkat sebesar 13,6 persen, menjadi kontributor terbesar terhadap pertumbuhan nilai ekspor secara keseluruhan. Namun, volume ekspor mobil mengalami penurunan sebesar 1,4 persen, menunjukkan bahwa kenaikan nilai ekspor mobil sebagian besar disebabkan oleh pelemahan yen.

    Secara khusus untuk negara tujuan, nilai ekspor Jepang ke China naik 17,8 persen secara tahun-ke-tahun pada Mei 2024, didorong oleh permintaan mesin pembuat chip. Sementara itu, pengiriman ke AS, yang merupakan sekutu dan pasar utama Jepang, mengalami kenaikan sebesar 23,9 persen tahun-ke-tahun pada bulan tersebut, merupakan kenaikan terbesar sejak November 2022. Namun, pengiriman ke Uni Eropa mengalami penurunan sebesar 10,1 persen pada periode yang sama.

    Dampak Negatif bagi Pertumbuhan Ekonomi Jepang

    Pelemahan nilai tukar yen terhadap dolar AS menjadi sebuah tantangan besar bagi Jepang, terutama setelah negara ini baru saja keluar dari resesi ekonomi setelah PDB kuartal terakhir 2023 menunjukkan pertumbuhan. Namun, dalam jangka panjang, pelemahan yen ini berdampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi Jepang yang telah menyusut, sehingga negara ini kini berada di peringkat ekonomi terbesar ketiga di dunia setelah disalip oleh Jerman.

    Pelemahan yen memberikan keuntungan bagi bursa saham Jepang, dengan harga saham-saham mengalami kenaikan signifikan dalam beberapa bulan terakhir. Minat kuat dari investor asing, yang berkontribusi besar terhadap volume perdagangan di Bursa Tokyo, mendorong lonjakan ini. Investor tertarik pada saham-saham yang terkait dengan ekspor, seperti produsen mobil.

    Sejak 2021, pelemahan yen telah memicu kenaikan indeks saham Jepang sebesar 36 persen. Ini juga menjadi faktor utama di balik pencapaian rekor tertinggi indeks saham Nikkei sepanjang masa pada awal tahun ini. Valuasi keseluruhan Bursa Efek Tokyo (TSE) juga mengalami lonjakan sejak tahun 2021 hingga 2023, dengan rata-rata valuasi mencapai 4,11 triliun yen Jepang. Total nilai perdagangan di Bursa Efek Tokyo telah mencapai lebih dari satu kuadriliun yen, mencatat nilai perdagangan tertinggi dalam satu dekade terakhir.

    Pelemahan mata uang yen terhadap dolar AS semakin intensif. Pada 2021, yen berada di kisaran 104 yen per dolar AS. Hingga sekarang, yen telah mengalami penurunan sebesar 50 persen. Pelemahan yang signifikan ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain rendahnya tingkat suku bunga dalam negeri Jepang, kenaikan suku bunga di luar negeri, tingginya inflasi baik di dalam negeri maupun secara global, serta meningkatnya defisit perdagangan.

    Rendahnya tingkat suku bunga dalam negeri Jepang membuat yen kurang menarik bagi investor untuk disimpan, sehingga mereka beralih ke mata uang dengan potensi pengembalian lebih tinggi di negara-negara lain. Kenaikan suku bunga di luar negeri, terutama di AS, menjadikan investasi dalam dolar lebih menguntungkan, sehingga menarik modal keluar dari yen.

    Selain itu, tingginya tingkat inflasi baik di dalam negeri Jepang maupun secara global juga menekan nilai yen. Inflasi yang tinggi mengurangi daya beli yen, karena harga-harga barang dan jasa menjadi lebih mahal. Di samping itu, meningkatnya defisit perdagangan Jepang, perbedaan antara nilai impor dan ekspor, juga berkontribusi terhadap pelemahan yen. Defisit perdagangan yang meningkat menunjukkan bahwa Jepang mengimpor lebih banyak barang dan jasa daripada ekspornya, yang mempengaruhi permintaan dan penawaran yen di pasar valuta asing.

    Secara keseluruhan, pelemahan signifikan yen terhadap dolar AS sejak awal 2021 mencerminkan kondisi ekonomi dan kebijakan moneter yang mempengaruhi pasar mata uang global.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Yunila Wati

    Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

    Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

    Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79