KABARBURSA.COM - Perdagangan saham PT Elnusa Tbk (ELSA) pada sesi terakhir menunjukkan pergerakan yang relatif tenang, dengan harga ditutup menguat tipis Rp2 atau 0,42 persen di level Rp482 per saham.
Aktivitas jual beli tercatat cukup moderat, dengan volume 61,74 ribu lot dan nilai transaksi sekitar Rp3 miliar. Selama sesi, harga bergerak di kisaran Rp478 pada level terendah hingga Rp484 di level tertinggi.
Kenaikan ini memang terlihat tipis, namun cukup penting untuk menahan tekanan jual yang belakangan mulai mendominasi. Beberapa pelaku pasar tampak mulai melakukan akumulasi di area bawah, tetapi belum cukup kuat untuk membalikkan tren jangka pendek yang masih cenderung melemah.
Kondisi ini sejalan dengan sentimen pasar yang hati-hati terhadap saham sektor energi pendukung migas di tengah fluktuasi harga minyak dan tren permintaan jasa energi yang belum sepenuhnya pulih.
Fundamental dan Valuasi: Posisi Kas Sangat Kuat
Secara valuasi, ELSA berada di posisi yang menarik bagi investor jangka panjang. Dengan P/E ratio TTM 5,79, jauh di bawah median IHSG di kisaran 8,48, saham ini menawarkan earnings yield tinggi di 17,26 persen.
Price to Book Value (PBV) hanya 0,71, mengindikasikan harga pasar masih berada di bawah nilai bukunya, sebuah tanda klasik undervaluation.
Bahkan jika dilihat dari rasio EV/EBITDA, yang berada di angka 1,00, valuasi ELSA tergolong sangat murah dibandingkan potensi laba operasionalnya. Ini memberi ruang bagi investor untuk mendapatkan return yang besar jika kinerja keuangan tetap stabil atau membaik.
Faktor lain yang menambah daya tarik adalah posisi kas yang kuat, mencapai Rp2,86 triliun per kuartal II 2025. Jumlah ini jauh melampaui total utang yang hanya Rp997 miliar, menghasilkan net cash position sebesar Rp1,86 triliun.
Kondisi keuangan seperti ini memberikan fleksibilitas tinggi untuk pembiayaan internal, ekspansi, atau pembagian dividen.
Kinerja Keuangan: Laba Kotor Merosot, Beban Operasional Naik
Dari sisi operasional, ELSA membukukan pendapatan per saham (Revenue per Share) sebesar Rp1.923,79 untuk TTM, dengan EPS TTM di Rp83,19. Laba bersih kuartal II 2025 tercatat Rp150 miliar, mengalami penurunan dibandingkan kuartal sebelumnya sebesar Rp187 miliar.
Penurunan laba ini antara lain dipengaruhi oleh penurunan margin laba kotor dan meningkatnya beban operasional, yang tercermin dari Net Profit Margin kuartal sebesar 4,63 persen.
Walaupun kinerja kuartalan sedikit tertekan, tren tahunan tetap positif dengan total laba bersih TTM Rp607 miliar. Margin operasional (Operating Profit Margin) di 6,07 persen menunjukkan bahwa perusahaan masih cukup efisien dalam mengelola biaya.
Return on Equity (ROE) sebesar 12,26 persen dan Return on Assets (ROA) 5,75 persen menjadi bukti bahwa modal dan aset yang dimiliki dimanfaatkan dengan baik.
Kinerja kas juga tergolong sehat. Arus kas dari operasi mencapai Rp1,61 triliun (TTM) dengan free cash flow Rp1,15 triliun. Artinya, selain mampu membiayai operasional dan investasi, perusahaan juga memiliki sisa kas yang signifikan untuk dibagikan sebagai dividen atau cadangan strategis.
Analisis Teknikal: Sinyal Jual Menguat?
Meskipun fundamental dan dividen menarik, sisi teknikal masih memberi sinyal waspada. Indikator-indikator seperti MACD (-1,1), ADX (26,47), dan Williams %R (-85,36) berada di wilayah bearish atau oversold, menunjukkan tren pelemahan jangka pendek.
Indikator Stochastic (19,51) juga berada di area jual berlebih, yang menandakan kemungkinan terjadinya technical rebound jika tekanan jual mereda.
Dari sisi Moving Average, harga saat ini berada di bawah MA5, MA10, dan MA20, yang mengonfirmasi tren jangka pendek masih negatif. Namun, harga berada di atas MA100 dan MA200, sehingga tren jangka panjangnya tetap terjaga positif.
Support kuat berada di kisaran Rp472–Rp476, sedangkan resistance terdekat di Rp486–Rp492. Jika level resistance ini berhasil ditembus dengan volume besar, potensi kenaikan menuju area Rp500–Rp510 terbuka lebar.
ELSA saat ini berada di persimpangan antara valuasi yang sangat murah dan sinyal teknikal yang belum mendukung. Bagi investor jangka panjang, posisi net cash, dividen tinggi (yield 8,09 persen), dan valuasi di bawah nilai buku adalah kombinasi yang jarang ditemukan.
Namun, bagi trader jangka pendek, tren teknikal yang masih lemah menuntut disiplin tinggi dalam mengatur entry dan stop loss. Momentum rebound baru kemungkinan akan muncul jika harga mampu bertahan di atas Rp482 dan menembus resistensi Rp492 dengan dukungan volume.(*)