KABARBURSA.COM - BRI Danareksa Sekuritas memandang komoditas emas menjadi sektor yang menarik pada kuartal III 2025. Sejumlah emiten pun dinilai diuntungkan.
Diketahui, harga emas dunia pada Senin, 20 Oktober 2025, sempat menyentuh rekor di level USD4.381,21 per ounce. Angka ini melonjak 60 persen sepanjang tahun 2025.
BRI Danareksa menyebut kenaikan haga emas tersebut didorong oleh kombinasi ekspektasi pemangkasan suku bunga AS, pelemahan dolar, dan meningkatnya permintaan dari institusi besar serta bank sentral.
"Saat ini, harga spot emas bergerak di kisaran USD 4.250–4.360 per ons, memberi margin tinggi bagi produsen emas," tulis BRI Danareksa dalam risetnya, Kamis, 23 Oktober 2025.
Selain itu, BRI Danareksa melihat ketidakpastian geopolitik dan risiko pasar mendorong aliran dana ke emas fisik dan ETF.
Dengan harga emas tinggi dan biaya produksi stabil, margin perusahaan tambang pun berpotensi naik signifikan di kuartal III 2025.
BRI Danareksa menyebut, terdapat empat emiten yang berpotensi diuntungkan dengan meningkatnya margin dan lonjakan EBITDA. Emiten tersebut di antaranya ANTM, ARCI, PSAB, dan BRMS.
"Terutama bagi yang baru menyelesaikan ekspansi tambang," tulis BRI Danareksa.
Harga Emas Sempat Anjlok hingga 5,5 Persen, Penurunan Tertajam Sejak 2020
Diketahui, usai mencatak rekor tertinggi, harga emas berada di jalur penurunan harian tertajam pada perdagangan Selasa, 21 Oktober 2025.
Hal tersebut disebabkan karena investor mengambil untung setelah ekspektasi pemotongan suku bunga AS dan permintaan safe haven yang berkelanjutan mendorong logam ini ke rekor tertinggi pada sesi sebelumnya.
Mengutip Reuters, harga emas spot turun 5,5 persen ke level terendah dalam satu minggu di USD4.115,26 per ons pada, penurunan tertajam sejak Agustus 2020.
Sementara seperti diberitakan sebelumnya, harga emas global kembali mengalami tekanan pada perdagangan Rabu, 22 Oktober 2025 waktu setempat. Tekanan lebih disebabkan oleh aksi ambil untung (profit taking) yang dilakukan pelaku pasar setelah reli agresif sejak awal Oktober.
Menurut laporan Reuters, harga emas spot turun 1,7 persen menjadi USD4.054,34 per ons pada pukul 24.42 WIB, setelah sempat melonjak ke level USD4.161,17 di awal sesi.
Sementara itu, harga emas berjangka Amerika Serikat untuk pengiriman Desember juga mencatat penurunan sebesar 1,1 persen dan ditutup di USD4.065,40 per ons.
Secara fundamental, tekanan harga ini lebih disebabkan oleh aksi ambil untung (profit-taking) investor setelah reli agresif beberapa pekan terakhir. Kenaikan harga emas yang mencapai sekitar 57 persen sepanjang tahun 2025 telah menjadikan aset ini sangat menarik bagi investor global, terutama di tengah ketegangan geopolitik, ketidakpastian ekonomi dunia, ekspektasi penurunan suku bunga AS, serta derasnya arus modal ke produk ETF berbasis emas.
Namun, dengan data inflasi Amerika Serikat (Consumer Price Index/CPI) yang dijadwalkan rilis pada Jumat, 24 Oktober 2025, sebagian pelaku pasar memilih untuk mengamankan keuntungan mereka lebih dulu.
Analis pasar komoditas David Meger dari High Ridge Futures menyebut, aksi ambil untung ini merupakan hal yang wajar, mengingat lonjakan harga yang sangat cepat belakangan ini. Ia menilai, pasar sedang melakukan penyesuaian menjelang data inflasi yang berpotensi mempengaruhi arah kebijakan moneter The Federal Reserve.(*)