KABARBURSA.COM - PT Indika Energy Tbk (INDY) telah sukses bertransformasi menjadi perusahaan investasi yang berkelanjutan, dengan agresif mengembangkan portofolio bisnis di sektor energi terbarukan dan mineral. Langkah ini sejalan dengan komitmen perusahaan untuk mengurangi emisi karbon dan menciptakan masa depan yang lebih hijau.
Seperti dilihat dari paparan publik (public expose) perseroan, langkah ini terlihat dari diversifikasi portofolio bisnisnya yang kini mencakup energi tradisional, mineral, energi terbarukan, hingga teknologi ramah lingkungan.
"Indika Energy menunjukkan komitmen kuat untuk memimpin transisi energi melalui strategi pengelolaan keuangan yang solid, ekspansi bisnis hijau, dan pengurangan ketergantungan pada batu bara," tulis laporan tersebut yang dikutip Kabarbursa.com, Sabtu, 16 November 2024.
Sebagai bagian dari portofolio tradisionalnya, INDY tetap memanfaatkan keahlian dalam eksplorasi, produksi, dan perdagangan batu bara, serta jasa kontrak penambangan dan EPC untuk minyak dan gas. Sektor ini tetap menjadi tulang punggung bisnisnya, meskipun kontribusi dari segmen lain mulai menunjukkan pertumbuhan signifikan. Infrastruktur logistik dan pembangkit listrik berbasis batu bara juga terus mendukung operasional perusahaan di bidang ini.
Namun, transformasi perusahaan Arsjad Rasjid ini tidak hanya terhenti pada energi konvensional. Perusahaan secara agresif memperluas sayapnya ke sektor mineral, terutama emas, nikel, dan bauksit. Salah satu proyek utama adalah tambang emas Awakmas di Sulawesi Selatan, yang saat ini berada dalam tahap pengembangan.
Dengan potensi cadangan emas mencapai 1,45 juta ons dan investasi hingga September 2024 sebesar USD238,9 juta, proyek ini diharapkan mulai berproduksi pada paruh kedua 2026. Selain itu, tambang bauksit di Kalimantan Barat dan aktivitas perdagangan nikel juga menjadi bagian integral dari diversifikasi bisnis mineral Indika Energy.
Di sektor energi terbarukan, Indika Energy menunjukkan komitmen nyata melalui pengembangan proyek tenaga surya dan solusi berbasis alam. Perusahaan telah berhasil mendapatkan kontrak pemasangan panel surya dengan kapasitas total 61 MWp, termasuk proyek di wilayah Maluku, Riau, dan Jawa Timur.
Target pemasangan hingga 2027 adalah 500 MWp, menjadikan Indika Energy sebagai salah satu pionir dalam penyediaan energi ramah lingkungan di Indonesia. Selain itu, investasi pada biomassa melalui pengelolaan hutan tanaman industri (HTI) seluas 135 ribu hektar di Kalimantan semakin mempertegas upaya perusahaan dalam menciptakan ekonomi rendah karbon.
Kendaraan listrik (EV) juga menjadi fokus utama dalam transformasi hijau perusahaan. Melalui peluncuran Alva One pada Agustus 2022, Indika Energy berhasil memasuki pasar kendaraan roda dua listrik. Fasilitas manufaktur di Cikarang mampu memproduksi hingga 100.000 unit per tahun, dengan Alva One dan model baru Alva N3 mendapatkan perhatian positif dari pasar.
Untuk mempercepat adopsi EV, perusahaan juga mengembangkan model fleet-as-service, menyediakan layanan penyewaan kendaraan listrik komersial yang dirancang untuk logistik, perkebunan, dan transportasi publik.
Di sisi keuangan, emiten milik Ketua Umum Kamar Dagang Indonesia (Kadin) ini menjaga stabilitas melalui strategi deleveraging yang efektif. Hingga Oktober 2024, total utang konsolidasi perusahaan tercatat sebesar USD1,055 miliar, dengan pengelolaan yang mencakup pelunasan obligasi 2024 dan 2025 melalui penerbitan obligasi global senilai USD455 juta yang jatuh tempo pada 2029. Langkah ini tidak hanya menurunkan beban utang tetapi juga memberikan ruang bagi perusahaan untuk terus berinvestasi di sektor-sektor strategis.
Selain itu, Indika Energy juga menunjukkan komitmennya kepada pemegang saham dengan membagikan dividen sebesar USD30 juta, atau sekitar 25 persen dari laba tahun 2023. Pembayaran dividen dilakukan pada 5 Juni 2024, memberikan kepercayaan kepada investor atas prospek bisnis perusahaan di masa depan.
Indika Energy juga melakukan sejumlah langkah strategis terkait akuisisi dan divestasi. Akuisisi penuh atas Natura Aromatik Nusantara, eksportir minyak atsiri terbesar keempat di Indonesia, adalah salah satu upaya untuk memperluas diversifikasi usaha. Di sisi lain, perusahaan telah menyelesaikan divestasi sejumlah aset, termasuk MUTU, dengan nilai transaksi USD218 juta, dan tambang batubara dorman MEA, sebagai bagian dari strategi pengurangan eksposur terhadap sektor batubara.
Melalui transformasi yang terencana, Indika Energy tidak hanya menunjukkan ketahanan dalam menghadapi dinamika pasar energi global tetapi juga berperan aktif dalam mendorong transisi energi di Indonesia. Langkah-langkah strategisnya mencerminkan visi perusahaan untuk menjadi pemimpin dalam menciptakan ekonomi yang berkelanjutan, sejalan dengan kebutuhan masa depan.
Performa Saham INDY
Performa saham INDY pada perdagangan Jumat, 15 November 2024 mencerminkan tekanan pasar, dengan harga saham ditutup turun sebesar 2,06 persen ke level Rp1.425 per saham. Saham ini diperdagangkan dalam rentang harga Rp1.410 hingga Rp1.470, dengan volume transaksi mencapai 9,78 juta lot dan nilai transaksi sebesar Rp14 miliar.
Pergerakan saham INDY juga ditandai oleh tekanan jual yang cukup besar, dengan nilai foreign sell mencapai Rp3,1 miliar, dibandingkan foreign buy sebesar Rp2 miliar.
Valuasi saham INDY saat ini cukup menarik. Dengan harga saham terakhir di Rp1.500 sebelum penutupan, rasio Price-to-Earnings (PER) tercatat 14,97 kali, sementara rasio Price-to-Book Value (PBV) berada di level 0,38 kali, jauh di bawah nilai buku per saham (BVPS) sebesar Rp3.980,91. Hal ini menunjukkan bahwa saham INDY masih undervalued, meskipun dengan risiko yang melekat pada struktur utangnya. (*)