KABARBURSA.COM - PT Indo American Seafoods Tbk (ISEA), sebagai produsen dan eksportir produk olahan udang terintegrasi di Indonesia, resmi melangsungkan penawaran umum perdana (Initial Public Offering/IPO) pada hari ini, Senin, 8 Juli 2024.
Perseroan menerbitkan 290 juta saham baru di harga Rp250 per saham dengan total perolehan dana IPO sebesar Rp72,5 miliar yang akan digunakan sebagai modal kerja.
Perseroan menawarkan potensi investasi yang menjanjikan dengan komitmen manajemen menjaga kinerja positif yang berkelanjutan dan pembagian dividen tiap tahun sebesar 30 persen dari laba bersih perseroan.
Antusiasme investor terhadap saham ISEA cukup tinggi, dengan oversubscription atau kelebihan permintaan sebanyak 12,9 kali. Dengan IPO ini, ISEA merupakan emiten ke-29 yang melantai di bursa sepanjang tahun 2024.
Direktur PT KB Valbury Sekuritas, Benjamin S. Notodihardjo yang mewakili Penjamin Pelaksana Emisi Efek menyatakan bahwa oversubscription dalam IPO ISEA membuktikan minat investor terhadap perusahaan eksportir makanan masih cukup tinggi.
“Kehadiran emiten ISEA di pasar modal semakin menambah pilihan investor untuk memilih saham perusahaan dengan potensi besar ke depannya. Apalagi, ISEA diuntungkan dengan kondisi nilai tukar dolar yang menguat saat ini karena pendapatan usaha Perseroan 98,5 persen berasal dari segmen ekspor sementara biaya operasional dalam mata uang rupiah,” kata Benjamin, Senin, 8 Juli 2024.
Indonesia sebagai negara maritim memiliki peluang yang sangat besar untuk melakukan ekspansi perdagangan produk hasil perikanan di pasar dunia. Ekspor udang telah menjadi kontributor utama dalam total nilai ekspor produk perikanan nasional.
Pada tahun 2023, pasar udang secara global diestimasikan menghasilkan USD72,6 miliar dan diproyeksikan mencapai USD125,4 miliar di tahun 2024.
Pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), menetapkan target ekspor udang sebesar USD3 miliar pada tahun 2024 atau meningkat 50 persen dari capaian tahun 2023 yaitu sebesar USD2 miliar.
"Perseroan optimistis terhadap kinerja positif perseroan ke depannya, melihat besarnya potensi pertumbuhan industri udang global di masa mendatang," terangnya.
Direktur Utama ISEA, Ibnu Syena Alfitra menyampaikan apresiasi kepada investor baik institusi maupun ritel dan publik yang telah memberikan dukungan sepanjang proses IPO ISEA.
Menurutnya IPO ini merupakan langkah strategis perseroan untuk menjamin ketersediaan bahan baku dengan meningkatkan kapasitas produksi kolam yang masih underutilized.
ISEA memiliki anak usaha yakni PT Indokom Samudra Persada (ISP), aset strategis yang memiliki 96 kolam budidaya dengan jumlah kolam yang aktif beroperasi masih sebanyak 32 kolam.
Manajemen menargetkan ISEA dapat meningkatkan kapasitas produksi sebesar 90 persen atau menjadi sekitar 86 kolam yang aktif beroperasi pada akhir tahun 2024.
"Harapannya, peningkatan ini akan berkontribusi dalam mendukung Pemerintah Indonesia mencapai target produksi 2 juta ton ekspor udang di 2024. Perseroan optimistis peningkatan kapasitas ini akan berdampak positif pada kinerja keuangan yang berkelanjutan ke depannya,” tambah Ibnu.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Keuangan ISEA, Ibnu Surya Ramadhan juga menjelaskan berdasarkan kinerja tahun 2023, valuasi saham ISEA dalam hal ini PER masih berada di bawah rata-rata industri dan PBV berada di atas rata-rata industri.
Oversubscription IPO yang mencapai 12,9 kali menunjukkan kepercayaan investor terhadap ISEA ke depannya. Berbekal dana segar yang diperoleh dari IPO, ke depannya, valuasi saham ISEA akan semakin menarik seiring peningkatan utilisasi kapasitas produksi yang juga meningkatkan efisiensi biaya operasional dengan volume produksi udang kaki putih atau vaname yang lebih besar.
“Pada tahun 2024 ini, kami menargetkan untuk membukukan pendapatan usaha tumbuh 2 kali lipat dibandingkan periode tahun lalu menjadi Rp398,6 miliar dan menargetkan laba sebesar Rp27,1 miliar pada akhir tahun 2024," tegasnya.
Berbekal peningkatan utilisasi kapasitas produksi tahun ini dan diputuskannya kebijakan AS terkait countervailing duty (CVD) sejak Februari 2024, perseroan masih optimistis untuk mencapai target tersebut pada tahun ini.
“Dana IPO perseroan akan digunakan seluruhnya untuk modal kerja perseroan seperti pembelian bahan baku 90 persen biaya penjualan dan pemasaran 5 persen biaya perawatan dan utilitas 4,85 persen serta biaya keperluan kantor 0,15 persen. Kami percaya dengan IPO ini, kinerja ISEA dapat melesat ke depannya,” tutup Surya.
Sekilas Tentang ISEA
Perseroan berdiri sejak tahun 2006 dan memiliki lokasi tambak udang, pabrik, dan kantor di Lampung Selatan. Komitmen perseroan terhadap kualitas dan kepatuhan terhadap standar internasional memperkuat posisi perseroan dalam memasok produk-produk unggulan ke pasar global, menjadikan perseroan sebagai salah satu pemain kunci di dalam industri pengolahan udang.
Perseroan bergerak dalam bidang penjualan produk-produk olahan udang yang didukung dengan adanya operasional tambak udang yang dijalankan oleh anak usaha perseroan, PT Indokom Samudra Persada (ISP), serta fasilitas produksi (manufaktur) pengolahan udang dan cold storage milik perseroan dan ISP.
Perseroan memproduksi produk olahan udang yang terdiri raw, cooked, dan value added product, di mana sebagian besar produk diekspor ke Amerika Serikat dan Jepang. Pada tahun 2023, jumlah volume ekspor perseroan telah mencapai ±1.500 ton. Berbekal dengan pengalaman manajemen yang mumpuni selama lebih dari 15 tahun, perseroan senantiasa mengembangkan bisnisnya dengan berkonsentrasi pada jenis udang vaname dan udang windu, dan telah berkembang menjadi salah satu eksportir produk olahan udang terbesar di Indonesia.
Pergerakan Saham ISEA
PT Indo American Seafood Tbk (ISEA) resmi melantai di BEI pada Senin, 8 Juli 2024. ISEA membuka perdagangan perdananya dengan menguat 7,19 persen ke level Rp 268 per saham.
Adapun hingga pukul 13.14 WIB saham ISEA berada di level 302 meningkat 52 poin atau setara dengan peningkatan 20,80 persen.
Jika menelisik tiga saham yang bergerak sama di bidang produk olahan udang, ada tiga saham yang sudah bertengger di BEI yaitu PT Panca Mitra Multiperdana Tbk (PMMP). PMMP resmi tercatat di BEI pada 18 Desember 2020 lalu dengan harga IPO Rp336 per saham dan menawarkan sebanyak 353 juta lembar saham pada saat itu. Namun hingga artikel ini ditayangkan saham PMMP berada di level 224 menurun 3,45 persen.
Sedangkan nasib emiten pengekspor udang berikutnya adalah Central Proteina Prima Tbk (CPRO) stagnan pada saham gocapan jika menelisik secara year to date (ytd) sejak bulan April 2024 hingga sekarang sahamnya berhenti si saham gocapan.
Dari sisi lainnyaa, saham Sekar Laut Tbk (SKLT) merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pembuatan kerupuk, crackers, saus tomat, sambal, dan bumbu siap pakai. Perusahaan ini juga memiliki ribuan hektar tambak udang dan menjual produknya di pasar lokal hingga internasional. Perusahaan ini resmi tercatat di BEI pada 8 September 1993 setelah melakukan IPO dan menawarkan sebanyak 6 juta saham senilai Rp1.000 per saham dengan harga penawaran sebesar Rp4.300 per saham. Hingga kini sahamnya bertengger di level 157 melorot 3,09 persen.
Dari sisi lainnya, menelisik data statistik KKP mengenai ekspor udang Indonesia tahun 2023 berada di angka 220.889,26 ton, angka tersebut menurun dibandingkan tahun 2022 di angka 241.200,64 ton. (yun/*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.