Logo
>

Emiten-emiten Perbankan yang Terdaftar di BEI

Bank yang telah mencatatkan sahamnya dapat diklasifikasikan berdasarkan ukuran aset, segmentasi layanan, serta model bisnis.

Ditulis oleh Hutama Prayoga
Emiten-emiten Perbankan yang Terdaftar di BEI
Ilustrasi emiten perbankan yang ada di BEI. (Gambar dibuat oleh AI untuk KabarBursa.com)

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Sektor perbankan boleh dibilang merupakan tulang punggung keuangan di Indonesian. Tak hanya krusial dalam intermediasi keuangan, sektor ini juga mencerminkan arah pertumbuhan dan transformasi ekonomi tanah air. 

    Lebih dari 40 bank telah mencatatkan sahamnya atau terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Bank yang telah mencatatkan sahamnya dapat diklasifikasikan berdasarkan ukuran aset, segmentasi layanan, serta model bisnis. 

    Dengan banyaknya bank yang tercatat, masing-masing memainkan peran berbeda dalam membentuk arah industri keuangan nasional.

    Berikut Daftar Perusahaan Bank yang tercatat  BEI:

    1. PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI)

    BRI saat ini berfokus pada UMKM dan pertanian dengan salah satu bank nasabah terbanyak di Asia Tenggara. Perlu diketahui pada tahun buku 2024, BRI mencatatkan laba bersih konsolidasi sebesar Rp60,64 triliun.

    Seperti diberitakan KabarBursa.com sebelumnya, BRI menunjukkan pemulihan yang signifikan dalam kinerja keuangan pada Februari 2025 setelah mengalami tekanan pada Januari 2025.

    Laba bersih bank only tercatat sebesar Rp4,6 triliun, tumbuh 42 persen secara tahunan (YoY) dan melonjak 129 persen dibandingkan bulan sebelumnya (MoM). Dengan demikian, laba bersih selama dua bulan pertama tahun 2025 mencapai Rp6,6 triliun.

    2. PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI)

    Mandiri merupakan salah satu bank BUMN dengan pertumbuhan aset terbesar di Indonesia. Diberitakan KabarBursa.com beberapa waktu lalu, sepanjang 2024, bank dengan kode saham BMRI ini memiliki aset konsolidasi Rp2.427 triliun, tumbuh 11,6 persen YoY.

    Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi, mengungkapkan bahwa ekspansi kredit menjadi penggerak utama pertumbuhan bisnis, dengan total penyaluran mencapai Rp1.670,5 triliun atau melonjak 19,5 persen YoY, jauh melampaui rata-rata industri. Segmen wholesale tetap menjadi pilar utama, membukukan kenaikan signifikan 25,5 persen YoY hingga menyentuh Rp913,3 triliun.

    “Kami terus mengoptimalkan potensi di sektor wholesale guna menjangkau lebih banyak entitas ekonomi yang membutuhkan akses pembiayaan. Ekosistem ini tidak hanya membuka peluang ekspansi bagi dunia usaha, tetapi juga berperan dalam memperkokoh stabilitas ekonomi yang lebih luas,” ujar Darmawan dalam keterangannya di Jakarta, dikutip Senin 10 Februari 2025.

    3. PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI)

    BNI merupakan bank aktif di segmen korporasi, konsumer, dan internasional. Diberitakan Kabarbursa.com beberapa waktu lalu, BNI membukukan laba bersih bank only sebesar Rp1,7 triliun pada Februari 2025, meningkat 7 persen secara tahunan (yoy) dan 2,1 persen secara bulanan (MoM).

    Dengan demikian, total laba bersih bank only selama dua bulan pertama tahun ini mencapai Rp3,3 triliun, tumbuh 8,3 persen yoy dan sejalan dengan estimasi pertumbuhan laba konsolidasi sepanjang 2025 sebesar 8,8 persen yoy menurut konsensus pasar.

    4. PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN)

    BTN merupakan bank dengan spesialisasi pada pembiayaan perumahan rakyat. Diketahui, BTN menghadirkan Program Rumah untuk Guru Indonesia dengan nilai pembiayaan mencapai Rp3,4 triliun. 

    Inisiatif ini merupakan hasil kerja sama antara BTN dengan berbagai lembaga, termasuk Kementerian Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP), Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen), Badan Pusat Statistik (BPS), serta Badan Pengelola Tabungan Perumahan Rakyat (BP Tapera). 

    Direktur Utama BTN Nixon LP Napitupulu, menegaskan bahwa program ini bertujuan membantu para pendidik mendapatkan hunian yang layak dan terjangkau. Ia juga mengusulkan agar cakupan penerima diperluas di masa mendatang.

    5. PT Bank Central Asia Tbk (BBCA)

    BCA adalah bank swasta terbesar di Indonesia, bank dengan kode saham BBCA ini dikenal dengan manajemen risiko yang solid.

    BCA resmi mengumumkan pembagian dividen tunai sebesar Rp300 per saham. Pembagian dividen ini sehubungan dengan laba bersih yang diperoleh BCA pada tahun buku 2024 yaitu sebesar Rp54,8 triliun.

    Manajemen BCA menyampaikan, dividen tunai tersebut sudah termasuk dividen interim tunai tahun buku 2024 sebesar Rp50 per saham yang telah dibayarkan Perseroan kepada para pemegang saham pada 11 Desember 2024.

    Kemudian, sisa yang akan dibayarkan Perseroan pada tanggal yang akan ditetapkan Direksi Perseroan adalah sebesar Rp250 per saham.

    6. PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) 

    Selain BCA, CIMB Niaga merupakan bank swasta tersebar lainnya yang tercatat di bursa efek Indonesia. Adapun dalam laporan keuangan 2024 yang dikutip dari situs resmi perusahaan, CIMB Niaga memperoleh laba sebelum pajak konsolidasi sebesar Rp8,7 triliun. 

    Angka tersebut mengalami peningkatan sebesar  4,4 persen year-on-year (Y-o-Y). Capaian positif ini pun sukses menghasilkan earnings per share sebesar Rp271,59, yang turut berkontribusi pada pertumbuhan bisnis bank.

    Sementara itu, total aset konsolidasian adalah sebesar Rp360,2 triliun per 31 Desember 2024, yang semakin memperkuat posisi CIMB Niaga sebagai bank swasta nasional terbesar kedua di Indonesia.

    Sedangkan, Total Dana Pihak Ketiga (DPK) meningkat menjadi Rp260,6 triliun (+10,5 persen Y-o-Y), dikontribusikan dari pertumbuhan current account and savings account (CASA) sebesar 14,2 persen Y-o-Y menjadi Rp172,1 triliun, berkontribusi terhadap rasio CASA menjadi sebesar 66,0 persen.

    Bank-bank  lainnya yang tercatat di BEI antara lain:

    1. PT Bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN)
    2. PT Bank Maybank Indonesia Tbk (BNII)
    3. PT Bank OCBC NISP Tbk (NISP)
    4. PT Bank Mega Tbk (MEGA)
    5. PT Bank Woori Saudara Indonesia 1906 Tbk (SDRA) 
    6. PT Bank Panin Tbk (PNBN)
    7. PT Bank Jago Tbk (ARTO)
    8. PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB) 
    9. PT Allo Bank Indonesia Tbk (BBHI)
    10. PT Bank Amar Indonesia Tbk (AMAR) 
    11. PT Bank Raya Indonesia Tbk (AGRO) 
    12. PT Bank Aladin Syariah Tbk (BANK) 
    13. PT Bank Bumi Arta Tbk (BNBA)
    14. PT Bank Capital Indonesia Tbk (BACA)
    15. PT Allo Bank Indonesia Tbk (BBHI) 
    16. PT Bank Ganesha Tbk (BGTG)
    17. PT Bank MNC Internasional Tbk (BABP)
    18. PT Bank QNB Indonesia Tbk (BKSW)
    19. PT Bank JTrust Indonesia Tbk (BCIC)
    20. PT Bank Maspion Indonesia Tbk (BMAS)
    21. PT Bank Oke Indonesia Tbk (DNAR)
    22. PT Bank Multiarta Sentosa Tbk (MASB)
    23. PT Bank Ina Perdana Tbk (BINA)
    24. PT Bank KB Bukopin Tbk (BBKP)
    25. PT Krom Bank Indonesia Tbk (BBSI)
    26. PT Bank IBK Indonesia Tbk (AGRS) 
    27. PT Bank Mesti kalah Dharma Tbk (BBMD). 
    28. PT Bank Pembangunan Daerah Banten Tbk (BEKS) 
    29. PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat Tbk (BJBR) 
    30. PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk (BJTM) 
    31. PT Bank Permata Tbk (BNLI) 
    32. PT Bank Syariah Indonesia (BRIS) 
    33. PT Bank Sinarmas Tbk (BSIM) 
    34. PT Bank of India Indonesia Tbk (BSWD) 
    35. PT Bank BTPN Tbk (BTPN) 
    36. PT Bank BTPN Syariah Tbk (BTPS) 
    37. PT Bank Victoria Internasional Tbk (BVIC) 
    38. PT Bank Artha Graha International Tbk (INPC) 
    39. PT Bank Mayapada Internasional Tbk (MAYA) 
    40. PT Bank China Construction Bank Indonesia Tbk (MCOR) 
    41. PT Bank Nationalnobu Tbk (NOBU) 
    42. PT Bank Panin Dubai Syariah Tbk (PNBS) 

    Bank-bank besar seperti BBCA, BBRI, dan BMRI mendominasi kapitalisasi pasar, menunjukkan daya tahan luar biasa di tengah gejolak global. Saham BBCA, misalnya, telah lama dianggap sebagai “saham blue chip” paling stabil dan konsisten.

    Daftar panjang emiten perbankan di BEI menunjukkan betapa vital dan dinamisnya sektor ini. Dari bank pelat merah yang menopang infrastruktur nasional hingga bank digital yang menjangkau generasi milenial, transformasi tengah berlangsung di seluruh lini.

    Pasar modal menjadi arena transparansi sekaligus inovasi. Dan melalui daftar emiten yang terus berkembang, publik dapat ikut serta mengawasi, menanamkan modal, dan mengambil bagian dalam arah baru industri perbankan Indonesia.

    Ekonom: Perlu Penguatan Strategi Jaga Sektor Perbankan

    Dampak lanjutan dari perang dagang global, terutama setelah eskalasi kebijakan tarif Amerika Serikat terhadap mitra dagang utama seperti China dan sejumlah negara Asia, turut menyeret stabilitas pasar keuangan Indonesia. 

    Di tengah tekanan nilai tukar rupiah dan risiko ketidakpastian global, penguatan strategi kebijakan menjadi keharusan demi menjaga kelangsungan bisnis sektor perbankan, khususnya dalam menghadapi tantangan likuiditas dan risiko kredit yang meningkat.

    Pengamat Perbankan dan Praktisi Sistem Pembayaran Arianto Muditomo, menilai bahwa ketegangan perdagangan yang tak kunjung reda mendorong para pelaku pasar mengalihkan portofolio ke instrumen safe haven, termasuk dolar AS. Akibatnya, tekanan depresiatif terhadap rupiah makin tajam.

    “Perang dagang yang berkelanjutan meningkatkan ketidakpastian global dan mendorong investor mengalihkan dananya ke aset safe haven seperti dolar AS, menyebabkan tekanan depresiatif pada nilai tukar rupiah,” ujar Arianto kepada KabarBursa.com, Kamis, 10 April 2025.

    Saat rupiah sempat menyentuh posisi terendahnya di angka Rp17.261 per dolar AS, Bank Indonesia dihadapkan pada dilema kebijakan. Pilihan menaikkan suku bunga acuan memang dapat membantu menahan depresiasi dan arus keluar modal. Namun, Arianto mengingatkan bahwa kebijakan tersebut juga membawa risiko terhadap permintaan domestik dan profitabilitas perbankan nasional.

    “Ketika rupiah menyentuh level terendah secara historis, Bank Indonesia dapat merespons dengan menaikkan suku bunga acuan guna menstabilkan kurs dan menahan arus keluar modal. Namun, langkah ini berisiko menekan permintaan domestik dan memperberat beban pembiayaan di sektor perbankan, sehingga bisa berdampak negatif terhadap kinerja intermediasi dan profitabilitas perbankan nasional,” jelasnya.

    Menurutnya, sektor yang paling rentan terhadap dampak kenaikan suku bunga adalah nasabah korporasi dengan eksposur utang dalam valuta asing dan pelaku UMKM yang memiliki keterbatasan arus kas. Kenaikan biaya pinjaman berisiko meningkatkan tingkat gagal bayar yang berdampak langsung pada rasio kredit bermasalah perbankan.

    "Kenaikan suku bunga acuan akan meningkatkan biaya pinjaman, yang berpotensi memperburuk kualitas kredit di sektor perbankan. Nasabah korporasi dengan utang valas dan nasabah UMKM dengan arus kas terbatas menjadi paling rentan, karena kombinasi beban bunga yang meningkat dan tekanan biaya impor. Hal ini dapat meningkatkan risiko gagal bayar dan menurunkan rasio kolektibilitas kredit,” tambahnya.

    Dalam situasi yang sarat tekanan ini, Arianto menilai pentingnya pemerintah dan otoritas moneter menerapkan bauran kebijakan yang seimbang. Stabilitas nilai tukar tetap menjadi prioritas, namun tidak bisa mengesampingkan keberlanjutan pertumbuhan dan fungsi intermediasi perbankan.

    “Pemerintah dan otoritas moneter perlu menerapkan bauran kebijakan yang mencakup stabilisasi nilai tukar melalui intervensi pasar dan diplomasi dagang, disertai insentif fiskal untuk mendukung sektor ekspor dan industri substitusi impor,” tegas Arianto.(*)

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Hutama Prayoga

    Hutama Prayoga telah meniti karier di dunia jurnalistik sejak 2019. Pada 2024, pria yang akrab disapa Yoga ini mulai fokus di desk ekonomi dan kini bertanggung jawab dalam peliputan berita seputar pasar modal.

    Sebagai jurnalis, Yoga berkomitmen untuk menyajikan berita akurat, berimbang, dan berbasis data yang dihimpun dengan cermat. Prinsip jurnalistik yang dipegang memastikan bahwa setiap informasi yang disajikan tidak hanya faktual tetapi juga relevan bagi pembaca.