KABARBURSA.COM - Sales sekuritas asing sekaligus Founder Indonesia Investment Education, Rita Effendy, memberikan catatan perihal prospek saham di sektor kesehatan Indonesia. Ia merekomendasikan sejumlah saham emiten kesehatan, seperti PT Medikaloka Hermina Tbk (HEAL) dengan target harga (TP) Rp1.850, bersama dengan PT Siloam International Hospital Tbk (SILO), dan PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk (MIKA) masing-masing dengan target harga Rp3.500.
Menurut Rita, sektor kesehatan di Indonesia memiliki potensi pertumbuhan yang sangat besar. Alasan utamanya adalah rendahnya penetrasi layanan kesehatan di berbagai wilayah di Indonesia, serta dukungan dari reformasi undang-undang kesehatan yang baru.
"Kami proyeksikan pertumbuhan pendapatan sektor kesehatan mencapai 13 persen pada periode 2024-2026," ungkap Rita dalam keterangan tertulis, Kamis, 26 September 2024. Ia menambahkan, valuasi sektor ini sangat menarik dengan estimasi rasio EV/EBITDA sebesar 15 kali pada 2025.
HEAL Jadi Pilihan Utama
Rita juga menyoroti HEAL menjadi pilihan utama karena pertumbuhan jumlah pasien melalui program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), serta adanya potensi peningkatan margin keuntungan.
Selain itu, SILO dinilai menarik karena posisinya dalam menyediakan layanan kesehatan premium. Sementara itu, MIKA menonjol dengan tingkat profitabilitas tertinggi di sektor kesehatan.
Proyeksi Saham
Dalam analisis teknikalnya, Rita menjelaskan bahwa HEAL telah berhasil menembus garis tren penurunan di level 1.375. "Jika level ini berhasil ditembus, potensi rally lanjutan akan menuju 1.500 hingga 1.570," jelasnya. Ia merekomendasikan stop loss di bawah 1.360 sebagai langkah pengamanan.
Kinerja 3 Emiten
Berikut adalah kinerja keuangan dari ketiga emiten yang menjadi rekomendasi utama Rita, berdasarkan data Stockbit, Kamis, 26 September 2024, pukul 17.00 WIB.
1. PT Medikaloka Hermina Tbk (HEAL)
Pada sesi perdagangan terakhir, harga saham HEAL naik 3,77 persen, menutup di level Rp1.515 per saham. Dari laporan keuangan kuartal II 2024, HEAL mencatatkan laba bersih sebesar Rp191 miliar, lebih tinggi dibandingkan kuartal I 2023 yang hanya mencapai Rp109 miliar. Sementara itu, pada kuartal II 2024, laba bersih HEAL sebesar Rp152 miliar, mengalami peningkatan signifikan dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu sebesar Rp93 miliar.
Secara tahunan, total laba bersih HEAL diproyeksikan mencapai Rp686 miliar untuk tahun 2024, dibandingkan Rp437 miliar pada 2023. Kinerja positif ini menandakan potensi pertumbuhan yang konsisten, didukung oleh peningkatan margin keuntungan dan pertumbuhan pasien melalui JKN.
Dari sisi profitabilitas, HEAL memiliki Return on Assets (ROA) sebesar 5,85 persen dan Return on Equity (ROE) sebesar 13,58 persen. Angka ini menunjukkan bahwa perusahaan mampu menghasilkan laba yang cukup baik dari aset dan ekuitas yang dimiliki.
Selanjutnya, Gross Profit Margin HEAL untuk kuartal terakhir tercatat sebesar 37,64 persen, menunjukkan efisiensi perusahaan dalam menghasilkan laba kotor dari total penjualan. Operating Profit Margin sebesar 17,26 persen menandakan bahwa perusahaan masih cukup efisien dalam mengelola biaya operasional, sementara Net Profit Margin untuk kuartal terakhir berada di angka 9,29 persen, menunjukkan proporsi laba bersih dari total pendapatan.
Dalam hal dividen, HEAL memberikan dividen (TTM) sebesar Rp8,50 dengan payout ratio sebesar 19,03 persen, artinya sekitar 19 persen dari laba bersih didistribusikan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen. Dividend yield yang diberikan perusahaan tercatat sebesar 0,53 persen, yang mencerminkan imbal hasil dividen dibandingkan harga sahamnya. Tanggal pembagian dividen terakhir (ex-date) tercatat pada 22 Mei 2024.
2. PT Siloam International Hospital Tbk (SILO)
Harga saham SILO pada perdagangan terakhir naik 1,99 persen menjadi Rp3.070 per saham. Pada kuartal I 2024, SILO mencatatkan laba bersih sebesar Rp14 miliar, lebih rendah dari Rp250 miliar pada periode yang sama di 2023. Namun, pada kuartal II 2024, laba bersih SILO naik signifikan menjadi Rp301 miliar, dibandingkan Rp254 miliar di periode yang sama tahun lalu.
Dengan total laba bersih tahunan yang diproyeksikan mencapai Rp629 miliar pada 2024, kinerja SILO diperkirakan akan kembali membaik, terutama dengan dukungan dari segmen layanan kesehatan premium yang menjadi andalannya.
SILO perusahaan menunjukkan performa yang cukup stabil dalam beberapa aspek profitabilitas. Return on Assets (ROA) tercatat sebesar 8,82 persen, yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dari total aset yang dimilikinya. Sementara itu, Return on Equity (ROE) sebesar 12,85 persen menandakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dari ekuitas pemegang saham.
Gross Profit Margin pada kuartal terakhir mencapai 40,37 persen, yang menunjukkan efisiensi perusahaan dalam menghasilkan keuntungan kotor dari pendapatan. Operating Profit Margin tercatat sebesar 14,50 persen, yang mengindikasikan kemampuan perusahaan dalam mengelola biaya operasional dengan baik, sedangkan Net Profit Margin berada di angka 10,06 persen, yang menunjukkan laba bersih yang dihasilkan dari total pendapatan perusahaan.
Dalam hal dividen, SILO memberikan dividen sebesar Rp20 per saham dengan payout ratio sebesar 41,38 persen, yang menunjukkan perusahaan membagikan 41,38 persen dari laba bersihnya kepada pemegang saham. Dividend yield yang ditawarkan tercatat sebesar 0,65 persen, yang merupakan imbal hasil dividen dibandingkan dengan harga sahamnya. Terakhir, tanggal pembagian dividen (ex-date) tercatat pada 10 Juni 2024.
3. PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk (MIKA)
MIKA menunjukkan performa yang kuat dengan harga saham yang melonjak 5,48 persen menjadi Rp3.270 per saham. Kinerja keuangan MIKA juga cukup solid dengan mencatatkan laba bersih sebesar Rp289 miliar pada kuartal I 2024, lebih tinggi dari Rp231 miliar pada kuartal I 2023. Sementara itu, pada kuartal II 2024, laba bersih MIKA mencapai Rp312 miliar, meningkat dari Rp222 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Total laba bersih tahunan MIKA diperkirakan mencapai Rp1,20 triliun pada 2024, mencerminkan kekuatan profitabilitas MIKA yang merupakan salah satu yang tertinggi di sektor ini.
MIKA juga menunjukkan kinerja yang sangat baik dalam aspek profitabilitas. Return on Assets (ROA) tercatat sebesar 13,20 persen, menandakan efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan asetnya untuk menghasilkan keuntungan. Selain itu, Return on Equity (ROE) mencapai 17,88 persen, mencerminkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari ekuitas pemegang saham.
Dari sisi margin, Gross Profit Margin pada kuartal terakhir mencapai 53,95 persen, menunjukkan efisiensi yang tinggi dalam menghasilkan keuntungan kotor dari pendapatan. Operating Profit Margin berada di angka 32,37 persen, yang mengindikasikan pengelolaan biaya operasional yang baik, sementara Net Profit Margin tercatat sebesar 25,77 persen, menandakan laba bersih yang dihasilkan dari total pendapatan perusahaan.
Selain itu, MIKA juga menawarkan dividen sebesar Rp34 per saham, dengan payout ratio sebesar 40,33 persen, yang berarti sekitar 40,33 persen dari laba bersih dibagikan kepada pemegang saham. Dividend yield yang diberikan perusahaan adalah sebesar 1,04 persen, menunjukkan imbal hasil yang cukup menarik bagi investor. Tanggal ex-dividen terakhir tercatat pada 13 Juni 2024.
Rita Effendy menyatakan keyakinannya terhadap prospek sektor kesehatan di Indonesia yang terus tumbuh, terutama dengan adanya reformasi di bidang kesehatan dan potensi peningkatan margin keuntungan. HEAL, SILO, dan MIKA menjadi tiga emiten yang direkomendasikan untuk investor yang ingin memanfaatkan peluang di sektor ini. Dengan valuasi yang menarik dan proyeksi pertumbuhan yang positif, ketiga emiten ini berpotensi memberikan keuntungan yang signifikan bagi investor.(*)