KABARBURSA.COM - Emiten makanan dan minuman menjelang akhir tahun 2024 semakin menggeliat. Adalah PT Dewi Shri Farmindo Tbk (DEWI) yang baru saja mencatatkan langkah strategis yang menjanjikan di penghujung tahun 2024.
DEWI baru saja dengan menerima pesanan perdana dari salah satu mitra perusahaan, sebuah pemain besar dalam industri makanan olahan dengan jaringan distribusi yang luas di Jawa Barat. Pesanan ini menjadi tonggak penting, sekaligus mencerminkan kepercayaan pasar terhadap kualitas produk olahan makanan yang ditawarkan oleh DEWI.
Direktur Utama DEWI Aditiya Fajar Junus, menyatakan kebanggaannya atas respons positif dari mitra usaha tersebut. Menurutnya, kepercayaan ini tidak hanya sekadar tercermin dalam angka pesanan, tetapi juga menjadi simbol penerimaan pasar terhadap produk-produk berkualitas yang diproduksi dengan bahan baku pilihan dan teknologi modern.
Aditiya menegaska, semua produk DEWI dirancang untuk memenuhi kebutuhan konsumen yang mengutamakan kepraktisan, kesehatan, dan cita rasa dalam penyajian makanan.
Pesanan perdana ini, menurut Aditiya, menandai awal yang cerah bagi perjalanan DEWI dalam mengokohkan posisinya di industri makanan olahan. Dengan target penjualan makanan olahan sebesar 15 ton hingga akhir tahun 2024, DEWI optimis kontribusi dari segmen ini akan semakin memperkuat kinerja keuangan perusahaan.
Dalam sembilan bulan pertama tahun ini, DEWI mencatatkan penjualan sebesar Rp37,375 miliar dengan laba bersih mencapai Rp1,511 miliar. Pesanan baru ini diharapkan dapat memberikan dorongan signifikan terhadap pendapatan di kuartal terakhir 2024.
DEWI juga telah mempersiapkan strategi diversifikasi produk dan ekspansi yang telah dirancang sejak awal tahun. Langkah ini mencakup peningkatan kapasitas produksi dan perluasan jaringan distribusi guna memenuhi permintaan pasar yang terus tumbuh.
Dengan pasar yang semakin menerima inovasi dalam produk makanan olahan, DEWI bertekad untuk menjadi pilihan utama bagi konsumen yang mengutamakan kualitas dan kemudahan.
Namun, tantangan tetap ada, termasuk dampak dari pemberlakuan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar 12 persen yang direncanakan mulai berlaku tahun depan.
Terkait hal itu, Aditiya menjelaskan, bahwa DEWI telah merumuskan strategi yang bertujuan menjaga pertumbuhan penjualan yang berkelanjutan sekaligus memastikan daya saing perusahaan tetap terjaga di tengah dinamika ekonomi yang tidak pasti.
Dengan pesanan ini, DEWI menunjukkan kemampuan adaptasi dan inovasinya dalam menjawab kebutuhan pasar. Momentum positif ini diharapkan menjadi langkah awal untuk pencapaian yang lebih besar di masa depan, memperkuat posisi DEWI sebagai salah satu pemain utama di industri makanan olahan.
Kepercayaan mitra usaha, inovasi produk, dan strategi bisnis yang matang menjadi fondasi bagi DEWI untuk terus bertumbuh dan memberikan nilai tambah bagi pemegang saham dan konsumennya.
Fundamental dan Rekomendasi DEWI
Bagi investor yang tertarik dengan saham DEWI, ada baiknya melihat fundamental PT Dewi Shri Farmindo Tbk (DEWI), salah satunya dengan pendekatan ala Warren Buffett.
Buffett terkenal dengan fokus utama pada profitabilitas, kualitas manajemen, dan valuasi perusahaan. Mengutip data Stockbit, Selasa, 3 Desember 2024, memberikan gambaran mendalam mengenai kinerja perusahaan, namun juga memperlihatkan sejumlah tantangan yang perlu diperhatikan.
Profitabilitas
Profitabilitas DEWI terlihat kurang optimal dengan margin laba bersih (Net Profit Margin) sebesar -0,37 persen pada kuartal terbaru. Hal ini menandakan bahwa perusahaan belum mampu mengelola biaya operasional dan beban lain secara efektif untuk menghasilkan keuntungan yang konsisten.
Pendapatan (Revenue) perusahaan dalam 12 bulan terakhir (TTM) mencapai Rp82 miliar, tetapi pertumbuhan tahunannya menunjukkan kontraksi signifikan sebesar -49,58 persen. Margin laba kotor (Gross Profit Margin) yang hanya 6,31 persen juga menjadi indikasi tekanan pada efisiensi operasional perusahaan.
Kendati demikian, DEWI masih mencatatkan laba bersih dalam 12 bulan terakhir sebesar Rp1 miliar. Namun, rendahnya tingkat pengembalian seperti Return on Equity (ROE) sebesar 0,74 persen dan Return on Assets (ROA) sebesar 0,64 persen memperlihatkan bahwa modal yang diinvestasikan belum menghasilkan imbal hasil yang memadai.
Kesehatan Keuangan
DEWI memiliki neraca yang cukup solid. Dengan rasio lancar (Current Ratio) mencapai 8,42 dan rasio cepat (Quick Ratio) sebesar 5,19, perusahaan memiliki likuiditas yang sangat kuat untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
Rasio utang terhadap ekuitas (Debt to Equity Ratio) yang hanya 0,13 juga mencerminkan struktur permodalan yang konservatif, dengan total utang Rp19 miliar dibandingkan ekuitas Rp151 miliar.
Namun, rendahnya rasio pengembalian seperti Return on Invested Capital (ROIC) sebesar 1,49 persen mengindikasikan bahwa perusahaan perlu memaksimalkan efisiensi penggunaan modal untuk menghasilkan keuntungan yang lebih besar.
Valuasi dan Harga Saham
Valuasi DEWI saat ini memperlihatkan harga saham yang mahal dibandingkan kinerja keuangan perusahaan. Rasio harga terhadap laba (PE Ratio) berdasarkan TTM mencapai 157,08, jauh di atas rata-rata pasar (IHSG PE Ratio Median sebesar 7,20). Ini menunjukkan bahwa pasar memiliki ekspektasi tinggi terhadap prospek perusahaan, meskipun kinerja fundamentalnya belum mencerminkan hal tersebut.
Rasio harga terhadap arus kas bebas (Price to Free Cash Flow) sebesar 57,18 juga memberikan sinyal bahwa saham ini diperdagangkan dengan premi yang signifikan terhadap kemampuan perusahaan untuk menghasilkan arus kas.
Sementara itu, rasio harga terhadap nilai buku (Price to Book Value) sebesar 1,16 menunjukkan valuasi yang lebih wajar jika dibandingkan dengan aset bersihnya.
Rekomendasi
Pendekatan Buffett menekankan pada investasi dalam perusahaan dengan keunggulan kompetitif yang berkelanjutan dan kinerja keuangan yang stabil. Dalam kasus DEWI, beberapa kelemahan, seperti margin keuntungan yang rendah, pertumbuhan negatif, dan valuasi yang mahal, menjadi hambatan utama.
Meskipun perusahaan memiliki neraca yang sehat dan likuiditas yang kuat, kinerja laba yang belum optimal dan valuasi yang tinggi membuat saham ini kurang menarik dari sudut pandang nilai (value investing).
Investor yang mengadopsi pendekatan Buffett kemungkinan akan menunggu perbaikan pada margin laba dan efisiensi operasional sebelum mempertimbangkan investasi di DEWI.
Sementara itu, strategi diversifikasi dan ekspansi perusahaan perlu terus dipantau untuk melihat dampaknya terhadap profitabilitas di masa depan.(*)
Disclaimer: Artikel ini bukan untuk mengajak, membeli, atau menjual saham. Segala rekomendasi dan analisa saham berasal dari analisis atau sekuritas yang bersangkutan, dan Kabarbursa.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian investasi yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan investor. Pelajari dengan teliti sebelum membeli/menjual saham.