KABARBURSA.COM - PT Star Pacific Tbk (LPLI) telah merilis laporan keuangan yang memunculkan kekhawatiran di kalangan investor. Laporan keuangan emiten pengelola portal berita Beritasatu.com ini menunjukkan penurunan pendapatan yang signifikan, disertai dengan kerugian besar yang menghantam neraca perusahaan.
Kondisi ini berdampak langsung pada anjloknya harga saham LPLI yang mengisyaratkan tekanan besar yang harus dihadapi perusahaan media ini di tengah persaingan industri yang semakin ketat. Lantas bagaimana detail laporan keuangan yang merugi di balik layar bisnis LPLI? Simak pada artikel di bawah ini, Jakarta, Senin 12 Agustus 2024.
PT Star Pacific Tbk (LPLI) merupakan perusahaan yang beroperasi di bidang jasa, khususnya dalam manajemen pengembangan usaha dan media. Perusahaan ini memulai operasi komersialnya pada 1 Januari 1984 dan kini menjadi bagian dari konglomerasi bisnis dengan pemegang saham mayoritas adalah PT Lippo Securities Tbk.
Dalam sektor media, LPLI memiliki berbagai anak perusahaan yang mengelola sejumlah media terkemuka di Indonesia. Melalui PT Multi Media Interaktif (MMI), LPLI mengelola Beritasatu.com, sebuah portal berita yang menyediakan informasi dalam dua bahasa, yakni Indonesia dan Inggris. Selain itu, MMI juga mengoperasikan media-media lain seperti Suara Pembaruan, Jakarta Globe, Globe Asia, Majalah Investor, dan Investor Daily, yang semuanya memiliki pengaruh signifikan di ranah pemberitaan dan informasi bisnis.
Dari segi kepemilikan saham, PT Inti Anugerah Pratama menjadi pemegang saham terbesar dengan porsi kepemilikan 50,6 persen atau setara dengan 592,24 juta lembar saham. Selain itu, kepemilikan saham juga tersebar di antara masyarakat non-warkat yang memiliki 23,47 persen atau sekitar 274,68 juta lembar saham, HX Trading Limited dengan 20,05 persen atau 234,66 juta lembar saham, serta PT Sanggraha Nusa Raya yang menguasai 5,75 persen atau 67,30 juta lembar saham. Sejumlah kecil saham juga dimiliki oleh masyarakat warkat, sebesar 0,13 persen atau 1,55 juta lembar saham.
Jumlah total pemegang saham LPLI mengalami sedikit fluktuasi, tercatat ada penurunan jumlah pemegang saham dari 3.507 pada Februari 2024 menjadi 3.446 pada Juli 2024. Perubahan ini mencerminkan dinamika yang terjadi di pasar saham terkait kepemilikan perusahaan.
Pendapatan Bersih
Pada kuartal pertama tahun 2024, LPLI mencatatkan pendapatan bersih sebesar Rp67 miliar, mengalami penurunan yang cukup tajam dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2023, di mana pendapatan bersih mencapai Rp435 miliar. Penurunan ini berlanjut pada kuartal kedua 2024 dengan mencatatkan kerugian bersih sebesar Rp3 miliar. Tahun sebelumnya di periode yang sama, LPLI mengalami masa yang getir karena menderita kerugian sangat besar, yakni Rp332 miliar.
Secara keseluruhan, hingga pertengahan tahun 2024 (annualised), LPLI membukukan pendapatan bersih sebesar Rp128 miliar, yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan Rp318 miliar pada tahun 2023. Meskipun demikian, dalam periode 12 bulan terakhir (trailing twelve months atau TTM), perusahaan berhasil mencatatkan pendapatan bersih sebesar Rp279 miliar, yang merupakan penurunan signifikan dibandingkan tahun 2023 yang mencapai Rp318 miliar.
Valuasi
Rasio harga terhadap pendapatan (PE ratio) tahunan LPLI berada pada posisi 1,97, sedangkan PE ratio berdasarkan TTM hanya 0,91. Ini menunjukkan bahwa perusahaan dinilai lebih rendah berdasarkan pendapatan tahunan dibandingkan dengan kinerja dalam 12 bulan terakhir.
Rasio harga terhadap penjualan (Price to Sales) berada di angka 12,61, yang menunjukkan bahwa valuasi saham ini sangat tinggi dibandingkan dengan penjualannya. Di sisi lain, rasio harga terhadap nilai buku (Price to Book Value) hanya 0,16, menandakan bahwa saham LPLI diperdagangkan jauh di bawah nilai bukunya, yang bisa menjadi indikasi undervalued.
Per Lembar Saham
Pendapatan per saham (EPS) berdasarkan TTM mencapai Rp238,32, sementara EPS tahunan adalah Rp109,41. Pendapatan per lembar saham berdasarkan TTM tercatat Rp17,12, sedangkan nilai buku per lembar saham mencapai Rp1.340,64. Namun, arus kas bebas per lembar saham menunjukkan angka negatif Rp61,67, yang mengindikasikan adanya tekanan pada likuiditas perusahaan.
Solvabilitas
Rasio lancar (Current Ratio) dan rasio cepat (Quick Ratio) berada pada angka yang sangat tinggi yaitu 67,70, menunjukkan bahwa LPLI memiliki likuiditas yang sangat baik untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Namun, tidak adanya rasio hutang terhadap ekuitas (Debt to Equity Ratio) yang tercantum menandakan bahwa perusahaan mungkin memiliki sedikit atau tidak ada hutang, yang perlu dikonfirmasi lebih lanjut.
Profitabilitas
Return on Assets (ROA) dan Return on Equity (ROE) masing-masing berada pada tingkat 17,57 persen dan 17,78 persen, menunjukkan profitabilitas yang relatif stabil. Namun, margin laba bersih kuartalan berada pada angka negatif 53,34 persen, yang menandakan bahwa perusahaan mengalami kerugian operasional yang signifikan dalam periode tersebut.
EBITDA
Pendapatan perusahaan dalam periode TTM adalah Rp20 miliar, dengan laba kotor (Gross Profit) sebesar Rp1 miliar. Namun, Earnings Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization atau EBITDA menunjukkan angka negatif Rp347 miliar, yang mengindikasikan adanya biaya operasional yang sangat besar yang tidak tertutupi oleh pendapatan.
Neraca Keuangan
LPLI memiliki total aset sebesar Rp1.588 triliun, dengan total kewajiban sebesar Rp19 miliar. Dengan jumlah kas sebesar Rp60 miliar dan total ekuitas Rp1.569 triliun, perusahaan mencatatkan posisi utang bersih sebesar negatif Rp59 miliar, menandakan bahwa kas perusahaan melebihi total utang.
Laporan Arus Kas
LPLI mencatat arus kas operasi (cash flow from operations) negatif sebesar Rp72 miliar untuk periode 12 bulan terakhir (TTM), yang menunjukkan bahwa perusahaan menghadapi tantangan dalam menghasilkan kas dari operasionalnya. Arus kas dari aktivitas investasi (cash flow from investing) juga negatif sebesar Rp8 miliar, menandakan adanya pengeluaran yang lebih besar dibandingkan dengan penerimaan dari investasi, yang mungkin menunjukkan investasi yang belum memberikan hasil positif.
Menariknya, tidak ada arus kas dari pendanaan (cash flow from financing), yang bisa diindikasikan bahwa perusahaan tidak melakukan aktivitas pendanaan seperti penerbitan saham atau utang baru. Pengeluaran modal (capital expenditure) tercatat nol, yang mungkin menunjukkan bahwa perusahaan menahan diri dari belanja modal besar. Secara keseluruhan, arus kas bebas (free cash flow) juga mencatatkan angka negatif Rp72 miliar, menegaskan bahwa perusahaan mengalami kesulitan likuiditas.
Pertumbuhan
Pertumbuhan pendapatan kuartalan tahun ke tahun (Year-on-Year atau YoY) mencapai 2,04 persen, menandakan adanya sedikit peningkatan dibandingkan dengan kuartal yang sama tahun sebelumnya. Namun, pertumbuhan pendapatan sejak awal tahun hingga saat ini (YTD YoY) mengalami penurunan sebesar 8,83 persen, yang mungkin disebabkan oleh tekanan pasar atau penurunan penjualan. Lebih lanjut, pertumbuhan pendapatan tahunan YoY juga negatif sebesar 15,91 persen, menunjukkan tren penurunan dalam jangka panjang.
Di sisi lain, laba bersih (net income) menunjukkan peningkatan tajam pada kuartal YoY sebesar 99,17 persen, namun pada basis YTD YoY, laba bersih mengalami penurunan sebesar 37,98 persen. Peningkatan signifikan pada laba bersih tahunan YoY sebesar 722,68 persen mencerminkan pemulihan yang luar biasa dari kinerja keuangan sebelumnya, meskipun volatilitas tetap menjadi perhatian utama.
Pertumbuhan laba per saham (EPS) mencerminkan pola yang sama dengan laba bersih, dengan peningkatan tajam pada kuartal YoY sebesar 99,17 persen dan penurunan sebesar 37,98 persen pada YTD YoY. Peningkatan tahunan EPS mencapai 722,73 persen, mengindikasikan peningkatan signifikan dalam profitabilitas per saham.
Kinerja Harga Saham
Kinerja harga saham LPLI cukup mengkhawatirkan. Selama satu minggu terakhir menunjukkan penurunan sebesar 5,26 persen, menandakan adanya sentimen negatif jangka pendek di pasar. Penurunan ini semakin terlihat dalam jangka waktu yang lebih panjang, dengan pengembalian harga saham satu tahun yang turun sebesar 14,29 persen dan pengembalian harga saham tiga tahun yang mencatat penurunan lebih besar sebesar 34,15 persen.
Meskipun demikian, dalam jangka waktu lima tahun, harga saham LPLI mengalami peningkatan sebesar 70,08 persen, yang menandakan adanya apresiasi nilai saham dalam jangka panjang, meskipun tren sepuluh tahun menunjukkan penurunan sebesar 59,63 persen. Harga saham LPLI saat ini berada di bawah puncaknya selama 52 minggu terakhir, dengan harga tertinggi Rp260 dan terendah Rp191, yang menunjukkan volatilitas yang signifikan dalam harga sahamnya.(*)