KABARBURSA.COM - Empat saham perbankan terbesar di Indonesia yakni BBRI, BBNI, BMRI, dan BBCA masih layak dikoleksi pada 2025 karena sejumlah faktor pendukung.
Head of Investment Nawasena Abhipraya Investa, Kiswoyo mengatakan salah satu yang yang membuat empat saham tersebut menarik ialah pembagian deviden yang besar.
"Masih sangat menarik (empat saham) karena devidennya akan tetap besar," ungkap dia dalam acara webinar ‘Untung Buntung Saham Perbankan, Gen Z Harus Tahu’ yang diselenggarakan Kabar Bursa, Kamis, 5 September 2024.
Menurut Kiswoyo, pembagian deviden yang besar bisa menjadi stimulus bagi para investor untuk menanamkan modalnya. Selain itu pembagian deviden yang besar juga mencerminkan jika perusahaan tersebut Good Corporate Governance (GCG).
Hal tersebut, lanjut dia, membuktikan jika manajemen perusahaan berjalan baik dan perusahaan juga perhatian kepada para pemegang saham.
"Mereka akan loyal membagikan deviden dari setiap keuntungan yg mereka dapat, minimal 30 sampai 40 persen," kata dia.
Sementara itu Direktur PT Reliance Sekuritas Indonesia Tbk, Reza Priyambada menuturkan sebagian besar dana masyarakat memang berkonsentrasi di BBRI, BBNI, BMRI, dan BBCA.
"Jadi dengan potensi empat bank ini dalam mengelola dana masyarakat kemudian untuk menyalurkan kredit, membuat industri perbankan semakin menarik," ungkapnya.
Terkait pembagian deviden yang besar, Reza memandang itu merupakan bukti dari manajemen perusahaan yang perhatian terhadap para pemegang saham.
"Jadi mereka memenuhi target pekerjaan itu demi kepentingan pemegang saham supaya kinerja dari mereka bisa mengalami peningkatan. Dari kinerja yg meningkat, maka porsi untuk pembagian deviden juga besar," pungkas dia.
BBCA Catatkan Pertumbuhaan Kredit 15,5 persen
PT Bank Central Asia (BBCA) atau BCA berhasil mencatatkan pertumbuhan kredit sebesar 15,5 persen secara year on year (yoy) menjadi Rp50 triliun.
Angka terus menunjukan tren yang positif dan jauh di atas rata- rata industri. Tentunya pertumbuhan kredit ini didukung berbagai segmen nasabah.
Direktur BCA Vera Eve Lim menjelaskan segmen nasbah berbentuk korporasi menjadi penopang kredit dengan pertumbuhan sebesar 20 persen secara yoy hingga Juni 2024. Sedangkan segmen UMKM tumbuh 12,7 persen.
“Jika dibandingkan dengan industri di luar mikro karena pertumbuhan ini jauh di atas rata-rata dan bahkan pertumbuhan UMKM di luar Jakarta lebih besar dibanding Jakarta,” terang Vera menerangkan pada, Rabu 28 Agustus 2024.
Sedangkan segmen konsumen terdapat dua pendorongnya, yang pertama adalah KPR BCA tumbuh tahun ini sekitar 10,8 persen. Dan yang kedua adalah pelaksanaan BCA expoversary 2024 di bulan Februari 2024. Selanjutnya adalah pembiayaan mobil dan sepeda motor yang pertumbuhannya pada kuartal II tahun 22024 sebesar Rp11,9 triliun.
“Rata-rata saat ini pembiayaan per kuartal untuk KKB atau kredit kendaraan bermotor sebesar Rp11 triliun hingga Rp12 triliun,” ungkapnya.
Vera menegaskan, BCA optimistis untuk terus mendorong penyaluran kredit di berbagai sektor ekonomi dengan tetap mempertimbangkan prinsip kehati-hatian. Kredit untuk bisnis tercatat tumbuh dengan solid, baik di segmen korporasi maupun UMKM.
Kinerja perbankan transaksi BCA tumbuh secara berkelanjutan selaras dengan komitmen kuat perseroan untuk memberikan keamanan dan kenyamanan kepada berbagai segmen nasabah dalam bertransaksi.
“Total dana giro dan tabungan (CASA) BCA terus membukukan pertumbuhan dan mendukung pertumbuhan dana pihak ketiga secara keseluruhan. Total dana pihak ketiga (DPK) naik 5,0 persen YoY menjadi Rp1.125 triliun,” kata Vera Eve Lim memaparkan.
Saham BMRI Melejit 19,8 Persen
PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) mencatatkan pertumbuhan saham positif secara year to date (ytd) hingga 21 Agustus 2024. Capaian ini ditopang oleh sejumlah kinerja positif.
Direktur Keuangan dan Strategi BMRI, Sigit Prastowo mengatakan saham Bank Mandiri mengalami pertumbuhan sebesar 19,8 persen secara ytd.
“Hingga tanggal 21 Agustus 2024 saham Bank Mandiri mencatatkan pertumbuhan 19,8 persen secara ytd,” kata Sigit dalam acara Public Expose Live 2024 pada Selasa, 27 Agustus 2024.
Sigit mengungkapkan catatan api itu akan semakin mengukuhkan kontribusi positif Bank Mandiri terhadap kinerja bursa saham nasional.
Lebih jauh dia menuturkan, pertumbuhan positif saham tersebut tidak lepas dari kinerja positif perseroan pada semester I 2024.
“Sampai dengan semester pertama 2024 Bank Mandiri membukukan kinerja sangat baik dengan laba bersih secara konsolidasi sebesar 26,6 triliun atau tumbuh 5,23 persen secara yoy (year on year),” jelas Sigit.
Bank Mandiri sendiri optimistis menghadapi paruh kedua 2024, hal ini setelah bank dengan kode saham BMRI itu menempati posisi puncak dalam Fortune Indonesia 100.
Capaian tersebut didapat setelah Fortune Indonesia mencatat Bank Mandiri sebagai perusahaan dengan aset terbesar di Indonesia. Dalam data yang dirangkum oleh Fortune Indonesia, pada 2023 Bank Mandiri tercatat memiliki total aset sebesar Rp2.174,21 triliun.
Direktur Utama Bank Mandiri, Darmawan Junaidi menegaskan, dalam menghadapi paruh kedua tahun 2024, pihaknya optimis dapat melanjutkan tren positif dengan fokus pada penguatan posisi pasar, peningkatan kualitas layanan, dan inovasi produk.
Salah satu inisiatif yang tengah digalakkan adalah pengembangan solusi keuangan berbasis teknologi, yang tidak hanya memudahkan nasabah, namun juga memberikan keunggulan kompetitif bagi Bank Mandiri dalam persaingan di industri.
“Kami akan terus berinovasi dan mengembangkan layanan yang dapat memenuhi kebutuhan nasabah, serta berkontribusi langsung pada pertumbuhan ekonomi nasional berbasis kerakyatan,” kata Darmawan dalam keterangannya dikutip Sabtu, 17 Agustus 2024. (*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.