KABARBURSA.COM - Semester pertama 2025 menjadi periode penuh tantangan bagi ESSA Industries. Emiten energi yang dikendalikan Boy Thohir ini membukukan laba bersih USD14,84 juta, turun 27,92 persen dari USD20,59 juta pada periode yang sama tahun lalu.
Pelemahan kinerja ini langsung terlihat pada laba per saham yang merosot ke USD0,862 dari USD1,195. Dari sisi pendapatan, ESSA hanya mengantongi USD137,58 juta, terkoreksi 9,25 persen dibanding tahun lalu yang mencapai USD151,61 juta.
Laba kotor juga tertekan cukup dalam, anjlok hampir 27 persen menjadi USD38,08 juta dari USD52,14 juta.
Meski pendapatan tertekan, ESSA masih berupaya menjaga efisiensi biaya. Beban penjualan menyusut drastis dari USD302 ribu menjadi USD114 ribu, sementara beban umum dan administrasi sedikit turun ke USD12,1 juta.
Beban keuangan pun terpangkas signifikan, dari USD5,94 juta menjadi USD2,41 juta, menandakan pengelolaan utang yang lebih baik. Namun, penghasilan keuangan ikut terkikis ke USD1,48 juta dari USD2,27 juta.
Dari sisi neraca, ESSA masih berdiri di fondasi yang cukup sehat. Ekuitas memang sedikit turun ke USD547,89 juta dari USD553,87 juta di akhir 2024, tetapi liabilitas berhasil ditekan dari USD139,79 juta menjadi hanya USD91,05 juta.
Total aset saat ini tercatat USD638,94 juta, lebih rendah dari USD693,67 juta, tetapi rasio utang terhadap ekuitas yang hanya 0,06 dan current ratio di level 3,08 menunjukkan likuiditas yang terjaga.
Ini menjadi sinyal positif bahwa ESSA masih punya ruang manuver untuk mengelola kebutuhan modal kerja maupun belanja modal ke depan.
Valuasi dan Kekuatan Bisnis
Secara valuasi, price-to-earnings (P/E) ESSA berada di 17,24 kali (TTM), relatif lebih tinggi dari median P/E IHSG di 8,4 kali. Earnings yield sebesar 5,8 persen memberikan imbal hasil yang masih masuk akal. Price-to-book value (PBV) di level 1,6 kali menempatkan saham ini dalam kategori moderat.
Di sisi lain, PEG ratio di level 0,44 memberi sinyal bahwa valuasi masih punya ruang menarik jika dibandingkan dengan potensi pertumbuhan laba.
Profitabilitas ESSA menunjukkan angka yang cukup solid. Margin laba kotor berada di 31,98 persen, margin operasi di 20,61 persen, dan margin laba bersih di kisaran 9,88 persen. Return on equity (ROE) tercatat 9,29 persen, sementara return on capital employed (ROCE) mencapai 12,39 persen.
Kombinasi ini mencerminkan bahwa meskipun laba turun, efisiensi operasional dan kekuatan modal ESSA masih terjaga.
Teknikal: Konsolidasi di Area 580–610
Dari sisi teknikal, pergerakan harga saham ESSA cenderung melemah dalam jangka menengah. Dalam enam bulan terakhir, saham ini terkoreksi sekitar 25 persen, dan tren menurun terlihat pada indikator moving average, khususnya MA50 dan MA100 yang masih berada di atas harga pasar saat ini.
RSI berada di level 47,8 yang mencerminkan kondisi netral, sementara MACD menunjukkan sinyal jual. Area support terdekat berada di Rp571–Rp588, sementara resistance berada di kisaran Rp600–Rp618.
Rekomendasi
Untuk sepekan ke depan, saham ESSA kemungkinan bergerak di rentang konsolidasi dengan kecenderungan bertahan di area Rp580–Rp610. Secara fundamental, perusahaan ini masih memiliki landasan yang kuat dengan rasio utang yang rendah dan likuiditas yang baik.
Tekanan pada laba lebih disebabkan oleh penurunan pendapatan ketimbang masalah struktural. Bagi investor jangka panjang, momen koreksi ini bisa dipertimbangkan untuk akumulasi bertahap.
Sementara bagi trader jangka pendek, langkah terbaik adalah menunggu konfirmasi penguatan di atas level resistance Rp618 sebelum kembali agresif.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.