KABARBURSA.COM - Euforia investor ritel terhadap saham PT Fore Kopi Indonesia Tbk. (FORE) mulai meredup. Setelah sempat menjadi primadona pasca-IPO, kini minat pasar terhadap emiten kopi ini tampak mengendur.
Harga sahamnya berjalan di tempat, di kisaran Rp505–Rp510, volume transaksi terus menipis, dan pelaku besar mulai menahan diri. Di tengah industri kopi yang masih tumbuh, saham FORE justru kehilangan gairah.
Hal ini menandakan fase di mana pasar mulai mempertanyakan, apakah momentum ritel benar-benar sudah habis?
Pada perdagangan Rabu, 5 November 2025, saham FORE ditutup stagnan di Rp510 per saham, dengan nilai transaksi hanya Rp2 miliar dan volume 39.000 lot. Angka ini tergolong rendah untuk ukuran saham ritel baru.
Secara teknikal, pergerakan harga FORE tampak sedang kehilangan momentum. Sepanjang sesi, harga hanya bergerak antara Rp505–Rp510, dengan rata-rata harga harian di Rp507. Kondisi ini memperlihatkan tekanan jual halus yang belum benar-benar berkurang, sementara kekuatan beli juga belum kembali.
Situasi seperti ini kerap muncul pada saham-saham consumer play yang telah mengalami euforia awal, lalu masuk fase cooling down ketika valuasi mulai menyesuaikan dengan realita bisnis.
Pasar Menunggu Arah Kinerja Emiten
Dari sisi bandar value, dinamika FORE kini cenderung stagnan. Nilai bandar berada di Rp18,64 miliar, sedikit di bawah MA10 sebesar Rp18,90 miliar dan MA20 sebesar Rp19,44 miliar. Bahkan dibandingkan bandar value sebelumnya Rp18,74 miliar, pergerakannya hampir datar.
Artinya, pelaku besar belum menambah posisi, tapi juga belum keluar total. Mereka memilih menunggu arah pasar dan kinerja emiten sebelum mengambil langkah berikutnya.
Begitu pula dengan struktur order book yang memperlihatkan gambaran pasar sangat berhati-hati. Total bid mencapai 70.864 lot, sementara sisi offer menumpuk hingga 103.176 lot. Kondisi ini mencerminkan tekanan jual yang masih sedikit lebih besar.
Ketebalan antrean jual berada di area Rp510–Rp515, yang menunjukkan bahwa investor awal kini mulai melepas sebagian saham. Sementara, minat beli kuat baru muncul di bawah Rp505. Pola ini memperlihatkan zona seimbang antara harapan dan kehati-hatian.
Dari broker summary, perdagangan masih didominasi oleh broker ritel seperti YP, ZP, dan YU, tanpa kehadiran berarti dari institusi besar. Volume transaksi per broker rata-rata hanya Rp200–300 juta, mempertegas bahwa saham ini masih menjadi arena trader jangka pendek, bukan investasi institusional jangka panjang.
Minat Spekulatif Mulai Mengering
Melihat data historis, tekanan jual pada saham FORE berlangsung secara bertahap sejak akhir Oktober. Harga yang sempat menyentuh Rp540 pada 28 Oktober kini terkoreksi hampir 7 persen dalam sepekan, sementara volume perdagangan turun dari 80 ribu lot menjadi 39 ribu lot.
Penurunan volume ini menjadi tanda bahwa minat spekulatif mulai mengering. Fase ini lazim terjadi pada saham-saham IPO ritel yang memasuki periode penyesuaian harga setelah euforia awal.
Secara teknikal, FORE kini terjebak dalam zona konsolidasi Rp500–Rp515. Level Rp500 menjadi area support psikologis, sementara Rp520 menjadi batas resistensi jangka pendek yang sulit ditembus tanpa peningkatan volume signifikan.
Jika harga menembus ke bawah Rp500, potensi pelemahan menuju Rp480 terbuka lebar. Sebaliknya, kenaikan baru akan valid jika volume kembali menembus 80–100 ribu lot per hari, disertai pergerakan bandar value di atas MA20.
Secara fundamental, Fore Kopi memiliki potensi pertumbuhan yang menarik di sektor minuman siap saji, terutama dengan ekspansi gerai dan model kemitraan yang mulai meluas ke luar kota besar.
Namun, pasar kini mulai realistis. Margin laba yang tipis dan tingginya beban promosi masih menjadi tantangan utama menuju profitabilitas berkelanjutan.
Itulah sebabnya, meski prospek bisnis kopi tetap menarik, valuasi saham FORE yang sempat premium kini mulai mengalami penyesuaian alami.
Dengan kondisi bandar yang menahan diri, volume menurun, dan harga stagnan di level psikologis Rp510, saham FORE tampak memasuki fase konsolidasi tenang. Bagi investor, ini bukan fase panik — tapi fase menunggu.
Jika dalam beberapa sesi ke depan belum muncul peningkatan volume atau sinyal akumulasi baru dari broker institusional, saham ini berisiko tetap bergerak datar di kisaran sempit tanpa arah jelas.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.