KABARBURSA.COM - Pemerintah Provinsi Jawa Tengah (Jateng) tandatangani Letter of Intent dengan UNESCO-IHE Institute for Water Education Netherlands.
Penjabat (Pj) Gubernur Jateng, Nana Sudjana mengatakan penekenan kerja sama ini akan difokuskan penekanan pada peningkatkan kapasitas pegawai Pemprov Jateng, dalam penanganan maupun pengelolaan air.
“Pengelolaan air ini, khususnya terkait dengan permasalahan-permasalahan yang dihadapi, seperti banjir, rob, dan kekeringan,” katanya seperti dikutip Jumat, 24 Mei 2024.
Lebih lanjut, kerja sama tersebut fokus yang akan digarap mengenai peningkatan kapasitas sumber daya manusia (SDM), yang mencakup pengembangan sistem polder dan perlindungan pesisir, pengelolaan sanitasi dan air minum aman, pengelolaan limbah cair dan padat, adaptasi dan ketahanan perkotaan di kawasan pesisir pantai utara, serta pengelolaan sumber daya air di Jateng.
“Dengan adanya kerja sama ini kita harapkan kapasitas SDM di Pemprov Jateng terus meningkat,” terangnya.
Nana melihat, kerja sama itu diperlukan karena hingga kini Jateng masih mengalami masalah pengelolaan air.
Lanjut dia, Masalah yang kerap terjadi, antara lain banjir, kekeringan pada musim kemarau, hingga rob di pesisir pantai utara Jawa. Pada musim kemarau 2023, sebanyak 32 kabupaten/ kota dilaporkan mengalami kekeringan. Sehingga, Pemprov Jateng menyalurkan sebanyak 33.060.300 liter air bersih.
Ia sengaja memilih UNESCO-IHE Institute for Water Education sebagai mitra kerja sama, karena merupakan salah satu lembaga pendidikan sektor air internasional, di bawah UNESCO dan Pemerintah Belanda.
Sementara, UNESCO-IHE telah terbukti memperkuat upaya-upaya yang dilakukan perguruan-perguruan tinggi dan pusat-pusat penelitian, dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tenaga-tenaga profesional di sektor air.
“Sebenarnya Pemprov Jateng sudah pernah menjalin kerja sama pada tahun 2016-2021. Pada kesempatan WWF ke-10 ini, kebetulan Mr Eddy Moors selaku Rektor UNESCO-IHE Institute for Water Education Netherlands juga hadir sini, sehingga kami manfaatkan untuk menjalin kerja sama kembali. Dan alhamdulillah, hari ini bisa melakukan penandatanganan Letter of Intent,” bebernya.
Setelah penandatanganan kerja sama tersebut, kata dia, akan ditindaklanjuti dengan melakukan pertemuan kedua belah pihak. Dari pihak UNESCO bisa ke Semarang, atau Pemprov Jateng yang ke Belanda.
Meskipun demikian, lanjutnya, penanganan masalah-masalah tersebut tidak bisa dilakukan oleh Pemprov Jateng sendiri, tapi butuh kolaborasi dengan berbagai pihak.
Dampak Pencemaran Air
Guru Besar IPB University dari Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Etty Riani membeberkan dampak pencemaran air terhadap ekonomi di masyarakat.
Etty menyatakan, air merupakan sumber kehidupan. Sehingga jika kualitas air terjaga, maka kehidupan masyarakat akan baik-baik saja.
“Jika air bagus, ikan, tanaman, hingga hewan ternak yang makan rumput seperti sapi dan kambing, tidak akan terkontaminasi oleh bahan pencemar,” kata Etty kepada Kabar Bursa.
Akan tetapi lain halnya jika air sudah tercemar. Menurut Etty, andai hal ini terjadi, diperkirakan bakal menimbulkan masalah baru di masyarakat.
“Airnya banyak tapi kualitasnya buruk, itu akan memunculkan berbagai masalah, sampai pada akhirnya mengakibatkan pelestarian akan terganggu,” ujarnya.
Etty menuturkan krisis air bisa berdampak pada perekonomian masayarakat. Sebagai contoh, papar dia, masyarakat tidak bisa menggunakan air bersih dikarenakan air yang berasal dari hujan langsung menuju ke laut.
Etty menilai, kondisi tersebut bakal merugikan masyarakat, terutama kalangan menengah bawah . Pasalnya, mereka harus merogoh kocek untuk membeli air bersih.
“Karena (air) ini tidak bisa dipakai, maka otomatis harus membeli, mungkin dulu air ada dimana-mana, ga perlu membeli. Jadi secara ekonomi jelas akan merugikan terutama untuk masyarakat kecil,” katanya.
Lebih lanjut Etty mengatakan, kesehatan masyarakat juga terancam akibat tercemarnya air. Dia bilang, masyarakat rentan terkena penyakit jika air sudah terkontaminasi.
Imbasnya, kata Etty, masyarakat kembali harus mengeluarkan pundi-pundi rupiahnya untuk melakukan pengobatan ke dokter.
“Kalau sakit, berobat kan enggak murah. Kalau hanya pusing saja mungkin hanya biaya dokter dan obat . Tapi kalau sudah kanker dan lain sebagainya, butuh peralatan untuk mengecek analisis pemeriksaan, itu kan mahal,” jelas dia.
Berdasarkan itu, Etty menyimpulkan, jika kualitas dan kuantitas air rusak, akan berdampak buruk terhadap ekonomi masyarakat. Dengan begitu, dia ingin, air tidak hanya dilihat dari kuantitas saja, namun segi kualitasnya juga harus diperhatikan.