KABARBURSA.COM – PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) memberikan klarifikasi terkait isu suntikan modal dari holding BUMN Danantara yang memengaruhi fluktuasi saham perusahaan dalam beberapa waktu terakhir. Klarifikasi ini muncul setelah volatilitas saham Garuda yang cukup signifikan di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Direktur Utama Garuda Indonesia, Wamildan Tsani, menegaskan bahwa perusahaan tidak mengetahui adanya informasi atau fakta material yang belum diumumkan kepada publik terkait rumor suntikan modal dari Danantara. Hal ini dijelaskan dalam keterangan resmi yang dikeluarkan pada Senin, 9 Juni 2025.
“Sampai dengan saat ini, Perseroan tidak mengetahui adanya informasi atau fakta material lain yang belum disampaikan kepada publik yang dapat mempengaruhi nilai efek Perseroan atau keputusan investasi pemodal,” kata Wamildan, mengutip dari klarifikasi resmi yang diterima oleh BEI.
Pernyataan ini juga merespons surat dari BEI No. S-05205/BEI.PP2/05-2025 tertanggal 27 Mei 2025 yang meminta klarifikasi atas volatilitas perdagangan saham GIAA.
Wamildan menambahkan bahwa kebijakan serta strategi aksi korporasi adalah kewenangan dari pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya. Dalam kesempatan itu, ia juga menegaskan komitmen Garuda untuk menjaga transparansi dan kinerja operasional yang sesuai dengan strategi perusahaan yang telah ditetapkan.
“Perseroan secara berkala melakukan koordinasi dengan pemerintah dan para pemangku kepentingan lainnya, sambil tetap berfokus memastikan bahwa operasional dan kinerja Perseroan berjalan sesuai strategi yang telah ditetapkan,” jelasnya lebih lanjut.
Berdasarkan laporan terbaru, saham Garuda Indonesia (GIAA) menunjukkan pergerakan yang signifikan dalam beberapa minggu terakhir. Dalam sebulan terakhir, harga saham GIAA tercatat naik sebesar 66,67 persen, dari Rp36 per saham menjadi Rp65 per saham pada 5 Juni 2025. Kenaikan ini sebagian besar dipicu oleh spekulasi pasar mengenai potensi suntikan modal dari Danantara.
Sebelumnya, pada pertengahan Mei 2025, harga saham GIAA sempat berada di kisaran Rp50 per lembar, mencatatkan lonjakan lebih dari 38 persen dari posisi awal bulan. Kenaikan saham ini juga berkaitan dengan kabar rencana pembelian 50 unit pesawat Boeing 737 Max 8 yang diumumkan oleh Menteri BUMN Erick Thohir.
Suntikan Modal Danantara dan Potensi Implikasi Keuangan
Isu suntikan modal oleh Danantara menjadi perhatian utama pasar, mengingat Garuda Indonesia tengah menghadapi tekanan finansial yang signifikan. Seperti yang diketahui, Garuda Indonesia masih berjuang untuk keluar dari utang yang besar dan memperbaiki struktur keuangan yang lemah. Total liabilitas Garuda per 31 Desember 2024 tercatat mencapai USD8,01 miliar, dengan ekuitas yang tetap berada di zona negatif, yakni minus USD1,35 miliar.
Meski demikian, harga saham GIAA tetap naik berkat optimisme investor yang berharap suntikan modal dari Danantara dapat memperbaiki situasi keuangan Garuda. Akan tetapi, hingga saat ini, belum ada informasi resmi mengenai bagaimana suntikan modal tersebut akan dilakukan dan apakah itu akan melalui penerbitan saham baru atau pinjaman.
Rencana pembelian 50 pesawat Boeing 737 Max 8 oleh Garuda Indonesia tidak luput dari kritik. Beberapa pihak, termasuk pengamat BUMN, menilai bahwa langkah ini tidak mencerminkan prinsip kehati-hatian yang seharusnya diterapkan dalam kondisi keuangan yang belum pulih.
“Sebagai pemilik modal, Kementerian BUMN memang memiliki kewenangan untuk memerintahkan Garuda melakukan ekspansi, termasuk pembelian pesawat. Namun, pertanyaannya, apakah Garuda saat ini punya kemampuan finansial dan teknis untuk mengoperasikan 50 pesawat baru tersebut?” ujar Achmad Yunus, Direktur Eksekutif Sinergi BUMN Institute.
Menurut Achmad Yunus, Garuda lebih baik fokus pada penyelesaian masalah fundamental yang dihadapi perusahaan, seperti utang besar dan beban operasional, sebelum melakukan pengadaan pesawat baru yang justru berpotensi menambah beban finansial.
Garuda Indonesia mengakhiri tahun buku 2024 dengan rugi bersih sebesar USD69,77 juta, setelah pada tahun sebelumnya mencatatkan laba bersih sebesar USD251,99 juta. Meskipun pendapatan usaha tercatat naik menjadi USD3,42 miliar, lonjakan beban operasional dan keuangan menyebabkan margin keuntungan tergerus.
Kondisi keuangan Garuda yang belum sepenuhnya pulih terbukti dengan posisi ekuitas yang masih negatif hingga Maret 2025. Pada kuartal I 2025, Garuda kembali mencatatkan kerugian bersih sebesar USD75,93 juta, dengan total liabilitas yang mencapai USD7,89 miliar.
Pergerakan Harga Saham GIAA: Rebound atau Spekulasi?
Saham GIAA menunjukkan tren kenaikan tajam di bulan Mei hingga Juni 2025. Kenaikan harga saham ini dipandang sebagai respons pasar terhadap spekulasi bahwa Garuda akan mendapatkan suntikan modal dari Danantara. Namun, beberapa analis menilai bahwa kenaikan ini lebih didorong oleh harapan akan intervensi pemerintah, ketimbang didasarkan pada perbaikan fundamental perusahaan.
Wahyu Laksono, analis pasar keuangan dari Traderindo, mengingatkan bahwa meskipun harga saham Garuda naik, hal ini belum tentu mencerminkan perbaikan kondisi keuangan yang nyata. “Rebound harga saham GIAA banyak didorong oleh spekulasi, bukan pemulihan keuangan yang fundamental,” kata Wahyu.
Meskipun pembelian pesawat baru dapat memberikan manfaat operasional dalam jangka panjang, seperti efisiensi bahan bakar dan biaya perawatan yang lebih rendah, Wahyu mengingatkan bahwa tanpa strategi bisnis yang matang dan pembiayaan yang jelas, rencana tersebut bisa menjadi beban tambahan bagi Garuda.
“Semua potensi positif ini tidak akan terealisasi jika GIAA tidak memiliki strategi bisnis yang jelas dan matang,” ujar Wahyu. Ia juga menyoroti risiko pengadaan pesawat yang bisa memperburuk posisi keuangan Garuda, mengingat perusahaan masih menghadapi beban utang yang besar.
Potensi Spekulatif Saham GIAA
Dengan profil risiko yang tinggi, saham GIAA saat ini lebih cocok untuk investor spekulatif yang mampu memanfaatkan volatilitas harga saham. Investor konservatif sebaiknya berhati-hati, mengingat risiko inheren yang sangat besar. Sebelum membuat keputusan investasi, investor perlu menunggu klarifikasi lebih lanjut mengenai skema pembiayaan pesawat baru dan strategi jangka panjang Garuda. (*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.