KABARBURSA.COM - PT GoTo Gojek Tokopedia (GoTo) terus menghadapi tantangan dalam perjalanannya menuju profitabilitas.
Meski menunjukkan beberapa perbaikan dalam laporan keuangan terbaru, GoTo masih berjuang dengan kerugian yang signifikan dan fluktuasi harga saham.
Pada kuartal pertama tahun 2024, GoTo mencatat kerugian sebesar Rp862 miliar. Angka ini menunjukkan perbaikan signifikan dibandingkan kerugian Rp3.86 triliun pada periode yang sama tahun 2023 dan Rp6.47 triliun pada tahun 2022.
Meski masih mengalami kerugian, penurunan jumlahnya ini menunjukkan adanya upaya perusahaan dalam mengurangi beban finansialnya.
Pada kuartal kedua, kerugian meningkat menjadi Rp1.83 triliun, namun jika dibandingkan dengan kuartal pertama, angka ini masih lebih baik dibandingkan pada 2023 yang mengalami kerugian Rp3.29 triliun, dan tahun 2022 yang mengalami kerugian sebesar Rp7.17 triliun.
Tren ini menunjukkan adanya perbaikan yang berkelanjutan dalam upaya perusahaan mengelola kerugian tahunan, dari Rp90.39 triliun pada 2023 menjadi Rp85.93 triliun pada 2024.
Sementara itu, rasio PE (Price to Earnings) GoTo saat ini adalah -12,24 untuk tahun yang diannualisasi dan -0,77 untuk TTM (Trailing Twelve Months). Nilai negatif pada rasio PE menunjukkan bahwa perusahaan masih mengalami kerugian, sehingga harga sahamnya belum mencerminkan laba.
Harga terhadap penjualan (Price to Sales) berada di angka 4,23, yang menunjukkan bahwa investor bersedia membayar Rp4,23 untuk setiap Rp1 pendapatan yang dihasilkan oleh perusahaan.
Harga terhadap nilai buku (Price to Book Value) di angka 1,84 menunjukkan bahwa saham GOTO dihargai lebih tinggi dari nilai bukunya. Rasio harga terhadap arus kas (Price to Cashflow) TTM adalah -36,39 dan rasio harga terhadap arus kas bebas (Price to Free Cashflow) TTM adalah -8,98, menunjukkan arus kas negatif dan kesulitan dalam menghasilkan arus kas bebas.
Nilai EV (Enterprise Value) terhadap EBITDA (Earnings Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization) TTM adalah -9,90, menandakan perusahaan masih merugi pada tingkat operasional.
Laba Per Saham
Laba per saham (Earnings Per Share/EPS) GoTo untuk TTM adalah -71,53, dan untuk tahun yang diannualisasi adalah -4,49, menunjukkan bahwa perusahaan masih merugi pada basis per saham.
Pendapatan per saham (Revenue Per Share) TTM tercatat sebesar Rp13,02, menunjukkan adanya pendapatan yang dihasilkan meskipun belum mencukupi untuk menutup kerugian.
Kas per saham untuk kuartal ini adalah Rp16,75, menunjukkan likuiditas perusahaan yang cukup baik. Nilai buku per saham saat ini Rp29,95, menunjukkan nilai aset bersih yang dimiliki per saham. Arus kas bebas per saham (Free Cashflow Per Share) TTM adalah -6,13, menandakan arus kas negatif setelah mempertimbangkan belanja modal.
Sedangkan, rasio lancar (Current Ratio) dan rasio cepat (Quick Ratio) GoTo untuk kuartal ini masing-masing adalah 3,02, menunjukkan bahwa perusahaan memiliki likuiditas yang cukup baik untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
Rasio utang terhadap ekuitas (Debt to Equity Ratio) untuk kuartal ini tercatat sebesar 0,13, menandakan bahwa perusahaan memiliki tingkat utang yang rendah dibandingkan dengan ekuitasnya, yang merupakan tanda positif dari solvabilitas perusahaan.
Sementara itu, pengembalian aset (Return on Assets/ROA) TTM GoTo adalah -185,26 persen, menunjukkan bahwa perusahaan mengalami kerugian signifikan relatif terhadap aset yang dimilikinya. Pengembalian ekuitas (Return on Equity/ROE) TTM adalah -238,84 persen, menunjukkan kerugian besar terhadap ekuitas pemegang saham.
Margin laba kotor (Gross Profit Margin) untuk kuartal ini sebesar 49,59 persen, menunjukkan bahwa perusahaan masih mampu menghasilkan laba kotor dari penjualan setelah mengurangi biaya produksi.
Namun, margin laba operasi (Operating Profit Margin) kuartal ini -21,47 persen dan margin laba bersih (Net Profit Margin) kuartal ini -50,23 persen menunjukkan bahwa perusahaan masih mengalami kerugian pada tingkat operasional dan bersih.
Dividen GoTo
GoTo tidak membagikan dividen untuk TTM ini, yang bisa jadi disebabkan oleh kondisi keuangan yang masih merugi.
Sedanglan, pendapatan (Revenue) TTM GoTo adalah Rp15.63 triliun, yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan penjualan yang signifikan.
Laba kotor (Gross Profit) TTM sebesar Rp9.41 triliun menunjukkan bahwa setelah mengurangi biaya produksi, perusahaan masih mampu menghasilkan laba kotor yang cukup baik.
EBITDA TTM tercatat sebesar Rp4.87 triliun, menunjukkan pendapatan sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi. Namun, laba bersih (Net Income) TTM adalah -Rp85.93 triliun, menunjukkan kerugian bersih yang masih besar.
Sementara itu, kas GoTo untuk kuartal ini sebesar Rp20.11 triliun, menunjukkan likuiditas yang cukup untuk memenuhi kebutuhan operasional.
Total aset (Total Assets) perusahaan sebesar Rp46.38 triliun, dengan total liabilitas (Total Liabilities) Rp12.86 triliun, menunjukkan posisi keuangan yang cukup kuat. Utang jangka pendek (Short-term Debt) untuk kuartal ini adalah Rp1.80 triliun, dan utang jangka panjang (Long-term Debt) Rp2.92 triliun, dengan total utang (Total Debt) Rp4.73 triliun. Ekuitas total (Total Equity) GoTo tercatat sebesar Rp35.98 triliun, menunjukkan nilai aset bersih yang dimiliki oleh pemegang saham.
Sedangkan, arus kas dari operasi (Cash From Operations) TTM menunjukkan nilai negatif sebesar Rp1.81 triliun, yang menunjukkan bahwa kegiatan operasional GoTo masih mengakibatkan pengeluaran lebih besar daripada penerimaan.
Arus kas dari investasi (Cash From Investing) TTM juga negatif sebesar Rp12.07 triliun, yang mencerminkan besarnya investasi yang dilakukan oleh perusahaan dalam aset-aset baru.
Di sisi lain, arus kas dari pendanaan (Cash From Financing) TTM positif sebesar Rp7.82 triliun, menunjukkan adanya penerimaan dana dari aktivitas pendanaan seperti penerbitan saham atau utang.
Belanja modal (Capital Expenditure) TTM tercatat negatif sebesar Rp5.54 triliun, menunjukkan investasi yang dilakukan perusahaan dalam aset tetap. Akibat dari semua ini, arus kas bebas (Free Cash Flow) TTM tercatat negatif sebesar Rp7.36 triliun, menunjukkan bahwa setelah memperhitungkan belanja modal, perusahaan masih mengalami defisit arus kas.
Pertumbuhan
Pertumbuhan pendapatan kuartalan (Quarter YoY Growth) tercatat sebesar 3,01 persen, yang menunjukkan adanya sedikit peningkatan dalam pendapatan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Pertumbuhan pendapatan Year-to-Date (YTD YoY Growth) sebesar 12,40 persen, dan pertumbuhan pendapatan tahunan (Annual YoY Growth) sebesar 30,28 persen, menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan dalam pendapatan perusahaan secara tahunan.
Pertumbuhan laba bersih kuartalan (Net Income Quarter YoY Growth) sebesar 44,30 persen menunjukkan adanya perbaikan signifikan dalam laba bersih perusahaan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Pertumbuhan laba bersih Year to Date (Net Income YTD YoY Growth) sebesar 62,30 persen, namun secara tahunan (Annual YoY Growth) menunjukkan penurunan -128,44 persen, menandakan adanya fluktuasi yang besar dalam kinerja keuangan perusahaan.
Pertumbuhan EPS kuartalan (EPS Quarter YoY Growth) sebesar 45,16 persen dan Year-to-Date (EPS YTD YoY Growth) sebesar 62,81 persen, namun pertumbuhan tahunan (Annual YoY Growth) menunjukkan penurunan -125,20 persen, mencerminkan fluktuasi yang serupa dengan laba bersih.
Kinerja Harga Saham GoTo
Pengembalian harga saham selama satu bulan terakhir (1 Month Price Returns) meningkat sebesar 10 persen, menunjukkan adanya sentimen positif di kalangan investor dalam jangka pendek. Namun, dalam jangka waktu tiga bulan dan enam bulan, harga saham mengalami penurunan masing-masing sebesar -12,70 persen dan -36,78 persen. Pengembalian harga saham selama 1 tahun terakhir menunjukkan penurunan yang signifikan sebesar -50,45 persen.
Secara Year-to-Date, harga saham turun sebesar -36,05 persen, menunjukkan performa yang negatif sejak awal tahun. Harga tertinggi dalam 52 minggu terakhir tercatat sebesar Rp116, sedangkan harga terendah dalam 52 minggu terakhir adalah Rp50.
Meskipun ada beberapa perbaikan dalam aspek pendapatan dan laba bersih, GoTo masih menghadapi tantangan besar dalam mengelola arus kas dan profitabilitasnya.
Penurunan signifikan dalam harga saham selama tahun ini menunjukkan ketidakpastian di kalangan investor terhadap kinerja masa depan perusahaan.
Fluktuasi dalam pertumbuhan laba bersih dan EPS juga mencerminkan ketidakstabilan dalam kinerja keuangan GoTo. (*)