Logo
>

Harga Batu Bara Dunia Terkoreksi di Tengah Pasokan Melimpah

Ditulis oleh Moh. Alpin Pulungan
Harga Batu Bara Dunia Terkoreksi di Tengah Pasokan Melimpah

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM – Harga batu bara dunia bergerak tipis pada Jumat, 13 Desember 2024 dini hari WIB, di tengah pasokan berlimpah dari produsen utama dunia. Kondisi ini turut menekan permintaan batu bara termal, terutama di kawasan Asia.

    Harga batu bara Newcastle untuk pengiriman Desember 2024 turun USD1,25 menjadi USD132,5 per ton. Sementara kontrak untuk Januari 2025 naik tipis USD0,5 menjadi USD133 per ton, dan Februari 2025 mencatat kenaikan USD0,4 menjadi USD134 per ton.

    Sebaliknya, harga batu bara Rotterdam justru mengalami penurunan lebih dalam. Kontrak Desember 2024 terkoreksi USD1,15 menjadi USD112,55 per ton, sedangkan Januari 2025 dan Februari 2025 masing-masing turun USD2 dan USD1,85 menjadi USD109,7 dan USD109,9 per ton.

    Pasokan dan Permintaan Menekan Harga

    Dikutip dari Tradingeconomics, harga batu bara Newcastle kembali turun ke bawah USD135 per ton, level terendah sejak Juli. Pasokan global yang melimpah dan stabilitas pasar gas alam membuat permintaan batu bara termal semakin tertekan.

    Negara-negara seperti Korea Selatan, Jepang, dan Taiwan, yang selama ini mengandalkan batu bara berkualitas tinggi dari Newcastle, memangkas impor masing-masing sebesar 6 juta, 3,1 juta, dan 3,8 juta ton sepanjang tahun ini. Selain itu, kuatnya produksi domestik di India juga mendorong konsumen utama tersebut untuk beralih menggunakan batu bara lokal daripada impor.

    Di sisi lain, curah hujan yang tinggi di Yunnan, China, memberikan energi alternatif melalui pembangkit listrik tenaga air. Kondisi ini memungkinkan kawasan manufaktur tersebut mengurangi ketergantungan pada batu bara, yang semakin menekan permintaan global.

    Target dekarbonisasi global dan tren diversifikasi sumber energi diperkirakan akan terus memberikan tekanan pada pasar batu bara dalam beberapa waktu mendatang.

    Terganjal Kompetisi dengan China

    Pada perdagangan Rabu, 11 Desember 2024 dini hari WIB, harga batu bara dunia bervariasi. Meski impor batu bara China mencatat kenaikan signifikan, harga internasional justru tertahan akibat persaingan dengan batu bara domestik China yang lebih murah.

    Harga batu bara Newcastle untuk pengiriman Desember 2024 turun USD0,3 menjadi USD133,45 per ton. Kontrak Januari 2025 stabil di USD133,25 per ton, sementara Februari 2025 naik tipis USD0,05 menjadi USD134,05 per ton. Di pasar Rotterdam, harga batu bara Desember 2024 tetap di USD113,9 per ton, Januari 2025 stagnan di USD111,35, dan Februari 2025 menguat USD0,1 menjadi USD111,5 per ton.

    Impor batu bara China pada November mencapai 54,98 juta ton, naik 26 persen dibandingkan November tahun lalu dan meningkat dari 46,25 juta ton pada Oktober. Total impor selama Januari hingga November mencapai 490,03 juta ton, melonjak 14,8 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Angka tersebut telah melampaui rekor tahunan sebelumnya sebesar 474,42 juta ton pada 2023.

    Lonjakan impor ini didorong kebutuhan energi yang meningkat akibat tingginya permintaan listrik, di tengah menurunnya produksi dari pembangkit listrik tenaga air. Namun, daya saing harga domestik China yang lebih rendah membuat batu bara impor sulit mendapatkan tempat di pasar lokal.

    Sementara permintaan batu bara di China meningkat, permintaan di kawasan Asia lainnya melemah. Kondisi ini menekan pergerakan harga global, meski volume perdagangan tetap tinggi. Di tengah fluktuasi harga dan persaingan, pelaku pasar kini menanti langkah lanjutan dari negara-negara pengimpor utama lainnya dalam merespons dinamika harga batu bara global.

    Prospek Emiten Baru Bara Indonesia

    Rencana pemerintah Indonesia menurunkan royalti batu bara membawa angin segar bagi sejumlah emiten terkait. Sebut saja PT Bumi Resources Tbk (BUMI), PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI), dan PT Indika Energy Tbk (INDY).

    Ketiga perusahaan tersebut selama ini membayar royalti besar kepada pemerintah. Sebagai contoh, hingga kuartal ketiga 2024, Adaro Energy (sekarang berganti nama menjadi PT Alamtri Resources Tbk) membayar royalti senilai USD912,62 juta atau sekitar Rp13,91 triliun.

    Sementara, Bumi Resources membayar royalti senilai USD200,46 juta atau sekitar Rp3,05 triliun, dan Indika Energy membayar USD333,15 juta atau sekitar Rp5,07 triliun.

    Kajian Penyesuaian Royalti Batu Bara

    Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tengah mengkaji usulan penyesuaian tarif royalti batu bara yang diajukan oleh pelaku usaha. Usulan ini mengacu pada penetapan tarif berdasarkan rentang harga batu bara acuan (HBA) dan kalori batu bara yang dijual, sesuai dengan Keputusan Menteri ESDM Nomor 227.K/MB.01/MEM.B/2023. Rentang HBA sendiri telah diatur dalam Pasal 16 Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2022 tentang Perlakuan Perpajakan dan Penerimaan Negara Bukan Pajak di sektor pertambangan batu bara.

    Pasal 16 PP Nomor 15 Tahun 2022 mengenai rentang tarif royalti batu bara berdasarkan HBA sebagai berikut:

    1. HBA di bawah USD70 per ton

    • Tarif royalti: 14 persen dari harga jual.
    • Dikurangi tarif iuran produksi atau royalti.
    • Dikurangi tarif pemanfaatan barang milik negara eks PKP2B dari hasil produksi per ton.

    2. HBA di atas USD70 per ton hingga di bawah USD80 per ton

    • Tarif royalti: 17 persen dari harga jual.
    • Dikurangi tarif iuran produksi atau royalti.
    • Dikurangi tarif pemanfaatan barang milik negara eks PKP2B dari hasil produksi per ton.

    3. HBA di atas USD80 per ton hingga di bawah USD90 per ton

    • Tarif royalti: 23 persen dari harga jual.
    • Dikurangi tarif iuran produksi atau royalti.
    • Dikurangi tarif pemanfaatan barang milik negara eks PKP2B dari hasil produksi per ton.

    4. HBA di atas USD90 per ton hingga di bawah USD100 per ton

    • Tarif royalti: 25 persen dari harga jual.
    • Dikurangi tarif iuran produksi atau royalti.
    • Dikurangi tarif pemanfaatan barang milik negara eks PKP2B dari hasil produksi per ton.

    5. HBA di atas USD100 per ton

    • Tarif royalti: 28 persen dari harga jual.
    • Dikurangi tarif iuran produksi atau royalti.
    • Dikurangi tarif pemanfaatan barang milik negara eks PKP2B dari hasil produksi per ton.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Moh. Alpin Pulungan

    Asisten Redaktur KabarBursa.com. Jurnalis yang telah berkecimpung di dunia media sejak 2020. Pengalamannya mencakup peliputan isu-isu politik di DPR RI, dinamika hukum dan kriminal di Polda Metro Jaya, hingga kebijakan ekonomi di berbagai instansi pemerintah. Pernah bekerja di sejumlah media nasional dan turut terlibat dalam liputan khusus Ada TNI di Program Makan Bergizi Gratis Prabowo Subianto di Desk Ekonomi Majalah Tempo.

    Lulusan Sarjana Hukum Universitas Pamulang. Memiliki minat mendalam pada isu Energi Baru Terbarukan dan aktif dalam diskusi komunitas saham Mikirduit. Selain itu, ia juga merupakan alumni Jurnalisme Sastrawi Yayasan Pantau (2022).